Minggu, 18 Desember 2016

.....RUSIA...& SURIAH...?? ADA APA.. N... BAGAIMANA SEBENARNYA.. .... PERTALIAN KEDUA NEGARA ITU..??>>>> ...?? KENAPA RUSIA.......???...>> KONON .. RUSIA.. PASCA KOMUNIS BERKUASA.. .. KINI LEBIH DEKAT.. DG NEGARA SOSIALIS.. DAN MEMBUKA AJARAN AGAMA DI RUSIA.... DG BEBAS..??>>... KONON 2011 ... ITU ... PERANG SURIAH DIMULAI DG PERANG TEROR.. DIMANA DIKERAHKAN PASUKAN PEMBERONTAKKAN.. YG TERDIRI DR BERBAGAI NEGARA EROPA..AFRIKA..ARAB..N ASIA.. YG DI KOORDINIR OLEH SAUDI ARABIA.... DKK DG KOMANDANNYA PANGERAN BANDAR BIN SULTHAN.. YG TERKENAL GANAS.. N SANGAT BRUTAL.. KRN DIDIDIK OLEH CIA.. N TEMAN AKRAB DR KELUARGA G. BUSH.. YG MELAKUKAN PERANG IRAQ I N ANAKNYA J W BUSH JR.. YG MELAKUKAN EKSEKUSI SADAM HUSEN..>> PERANG SURIAH.... TAHUN 2011.... DI AWALI DG SERANGAN BESAR2AN PEMBERONTAK.. TERHADAP PEMERINTAHAN SAH BASYAR ASSAD.. YNG HAMPIR SAJA DIKALAHKAN.. N SDH TERDESAK OLEH KEKUATAN PARA PEMBERONTAK.. YG JUMLAHNYA LEBIH BESAR DARI TENTARA SURIAH.. N MEMILIKI PERSENJATAAN SANGAT SUPER CANGGIH.. SEHINGGA SAA-TENTARA SURIAH TERDESAK MUNDUR.. N HNY PADA POSISI.. SEKITAR DAMASKUS.. ??? >> ...... NAMUN PADA KAHIR.. PERANG.. DIMANA BASYAR ASSAD... SETELAH BANYAK MENDPAT DUKUNGAN RAKYAT..YNG NOTABENE MAYORITAS SUNY SURIAH.. N BANTUAN PASUKAN SUKARELA HEZBULLAH LEBANON.. N BANTUAN RUSIA.. ; MK TENTARA SAA BASYAR ASSAD DG AMUNISI DAN SNJATA YG SEIMBANG DG PARA PEMBERONTAK YG DI MOTORI SAUDI..KUWAIT..N USA.DKK.. ITU.. MULAI DAPAT MENGIMBANGI.. N BAHKAN MEMUKUL MUNDUR PARA PEMBERONTAK.. ITU.. >> DISAMPING MASING2.. LASYKAR PEMBERONTAK ITU.. ADA PERSELISIHAN PRINSIP.. DLM MELAKUKAN AKSI.. N JUGA SIKAP.. ALIRAN DALAM APLIKASI.. KEAGAMAAN.. YG DIANUT.. DIMANA.. TERKESAN.. ADA YG SANGAT BRUTAL.. N EXTREEM..N TDK SEJALAN DG KAIDAH AGAMA ISLAM YG SEBENARNYA.. N BERNUANSA.. LEBIH SEBAGAI AGEN ZIONIS..N SIFAT2 WAHABIYAH.. YG TRKENAL BENGIS.. ATW SANGAT TDK ISLAMI..>>.. KONON.... PERPECAHAN PRINSIP INI.. MEMBUAT SSAMA PEMBERONTAK.. MERASA TDK NYAMAN BERADA BERSAMA.. MEREKA.. N BNYK YG PULANG KENEGERI ASAL MEREKA..DIREKRUT..N MENJDI.. MASYARAKAT AWAM SEPERTI APA ADANYA...>> .... Rusia akan mengirimkan 7 pesawat termasuk pesawat-pesawat terbesar di dunia yakni “Antonov 12” yang akan mengangkut peralatan-peralatan, pesawat ini tidak dimiliki negara lain kecuali AS dan Rusia, bahkan China, Perancis dan negara-negara Eropa tidak memilikinya. Dikabarkan bahwa presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan kunjungan ke Damaskus dan Aleppo dalam rangka kegiatan keamanan, tidak ada satupun yang mengetahui pesawat apa yang akan digunakan Putin, sementara itu pesawat Antonov akan mengangkut semua peralatan perlindungan untuk presiden Putin. (Baca: Vladimir Putin:........ >>> Seluruh Umat Beragama Harus Bersatu Melawan Terorisme)




Efek Pembebasan Aleppo Bagi NATO, AS dan Sekutunya Menurut Analisa Helmi Aditya




aleppo-telah-bebas


VOA-ISLAMNEWS.COM, JAKARTA – Analisa yang cukup menarik yang dipaparkan oleh pengamat muda Timur Tengah Helmi Aditya dalam akun facebooknya membongkar apa efek pembebasan Aleppo bagi NATO, AS dan Sekutunya, berikut tulisannya:
Mau tahu betapa masifnya efek pembebasan Aleppo bagi AS, NATO dan Sekutunya?
Bersiaplah untuk gelombang propaganda fitnah, bejibun ‘last call’ yang berceloteh tanpa bukti, yang bahkan tidak bisa diverifikasi apakah pemerannya warga Aleppo atau bukan. Ambil contoh Bilal Abdul Kareem, yang lahir dan tumbuh besar di AS.

Beragam sumber anonim akan menghiasi berita-berita, membeberkan kesaksian tanpa bukti tentang bagaimana tentara Syria mengeksekusi warga sipil, dan bahkan memperkosa mereka. Beragam headline akan mengudara, menyelipkan kata ‘diduga’ dalam setiap tuduhan yang konsisten, mempermainkan persepsi publik. Beragam gambar pembantaian akan di daur ulang, dengan mengambil caption ‘Aleppo’.
Jumlah 250.000 warga sipil yang dinyatakan terjebak di Aleppo timur oleh Media Mainstream (MSM), dari dulu ditanggapi Syria dengan serius. Dan dengan modal itu pula lah, kehati-hatian dalam operasi militer menyebabkan proses pembebasan Aleppo berjalan begitu lama. 


Namun, lagi-lagi, saya harus bersimpati pada SAA dan koalisinya.

Distrik demi distrik mereka bebaskan dengan bertaruh nyawa, dan kini, terhitung hanya 80.000+ sipil yang berhasil dievakuasi dari Aleppo timur. Bahkan setelah mereka membolak-balik gedung demi gedung kosong yang hancur, setiap lubang basemen dan got-got yang tertutup reruntuhan.

Kemana yang lain?

Itulah masalahnya. Sekarang terungkap bahwa teroris dan rekannya di korporasi media telah menyiapkan angka ini untuk memainkan opini publik pasca pembebasan Aleppo.
Kini, negara pendukung ‘mujahidin’ seperti AS dan Uni Eropa, mulai menghembuskan propaganda bahwa Assad, membunuh 170.000 penduduk yang lain dalam pembebasan Aleppo.
170.000. Let that sink in.
Bagaimana menyembunyikan mayat dan kejahatan dalam skala sebesar itu di area yang hanya seluas 60 km persegi?

Does it even make sense?

Dulu, reporter dan jurnalis media umum tak ada yang berani memasuki Aleppo timur, karena tiadanya jaminan bahwa ‘pemberontak’ tak akan menculik atau membunuh mereka.
Kini, Aleppo sepenuhnya terbebas, dan media dari beragam negara dengan leluasa wira-wiri meliput. Dimanakah 170.000 warga sipil, atau puluhan bahkan ratusan anak-istri teroris yang dibunuh tentara Syria?
Manusia yang berakal sehat pasti menolaknya. Namun corong propaganda teroris takkan bergeming untuk sementara waktu, dan akan berusaha menggodok isu murahan ini demi menyudutkan Assad, dan jika mungkin, mendorong intervensi militer secara terbuka.
Ban Ki Moon, pimpinan PBB yang berulangkali menghalangi bantuan Rusia yang ditujukan ke Aleppo, kini berusaha meningkatkan agitasi dunia berdasar klaim pembantaian tanpa bukti.
Padahal, baru tiga tahun yang lalu PBB mengakui bahwa serangan gas Sarin yang terjadi di Ghouta, berasal dari wilayah yang dikuasai ‘pemberontak’, namun MSM masih saja memikul hal ini sebagai salah satu ‘kejahatan’ Assad.
Quick trivia: Serangan gas Sarin di Ghouta terjadi persis saat pemeriksa senjata kimia dari PBB mendarat di Damaskus.
Dan biarkan saya mengingatkan kita tentang sesuatu. There is no WMD in Iraq, hingga detik ini.
Namun, mesin-mesin propaganda sudah dihidupkan, roda-roda berita sudah digenjot. Kalah di perang sesungguhnya, AS dan sekutunya mencoba mempertahankan Aleppo melalui permainan media.
Ada beberapa hal sederhana yang bisa dipahami dalam jurnalisme. Mengapa MSM menggunakan istilah ‘Fall of Aleppo’ atau Jatuhnya Aleppo? 
Aleppo adalah bagian dari pemerintahan Syria yang sah, dan suka atau tidak, Syria telah merebutnya kembali. Lalu mengapa menggunakan istilah ‘Fall’, ketimbang ‘Recapture’, misalnya, seperti yang mereka gunakan di Palmyra?
Saat Jerman kalah pada PD II, pemerintahnya menyebut peristiwa itu dengan ‘Fall of Berlin’. Istilah ‘Fall’ selalu datang dari pemerintah yang sah, bukan pemberontak atau kubu oposisi (dalam hal ini Sekutu).
Have you find the dots?
Bahkan Perancis, negeri ‘Je Suis everything’, menanggapi bebasnya Aleppo dari pemberontak dan teroris bayaran -teroris yang sama yang membunuh warganya sendiri- dengan mematikan lampu di menara Eiffel. 
Seharusnya ini menjadi perlambang dan pengingat yang sempurna bagi kita.
Tadi malam, menara Eiffel sama hitamnya seperti hati pemimpin dan sekutunya, dan sama hitamnya seperti bendera Daesh. (VOAI)
Sumber: Salafynews.com

Putin Ancam AS dan “Jihadis” Aleppo, Tinggalkan Kota atau Mati Sebagai Teroris”


Selasa, 06 Desember 2016,
SALAFYNEWS.COM, MOSKOW – Rusia memberikan ultimatum kepada AS dan “Jihadis” di Aleppo untuk segera menarik diri dari kota atau dianggap teroris. (Baca: HEBOH! Putin Akan Kunjungi Damaskus dan Pidato di Aleppo)

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov telah memberitahukan dengan jelas istilah Rusia kepada AS dan Jihadis di Aleppo timur: mereka semua harus meninggalkan kota tetap pada tanggalnya atau diperlakukan sebagai teroris.

“Kelompok-kelompok yang menolak untuk meninggalkan Aleppo Timur akan diperlakukan sebagai teroris. Dengan menolak untuk keluar dari Aleppo timur mereka sebenarnya akan melanjutkan perjuangan bersenjata. Kami akan memperlakukan mereka sebagai teroris dan ekstrimis, serta mendukung tentara Suriah dalam operasi terhadap gerombolan bersenjata tersebut.


Kami menolak asumsi dari Amerika, ketika mereka mengajukan inisiatif mereka untuk membiarkan semua militan meninggalkan Aleppo timur, kami sangat menyadari langkah-langkah apa yang akan diambil oleh mereka dan sekutu untuk mempengaruhi militan kembali bercokol di kota yang diperangi.”

Oleh karena itu satu-satunya subjek diskusi antara Amerika dan Rusia adalah waktu dan rute mana yang dipilih oleh Jihadis untuk meninggalkan kota. 


Lavrov menunjukkan bahwa proposal gencatan senjata sedang diperdebatkan di Dewan Keamanan PBB yang akan memberlakukan 7 hari gencatan senjata, sementara Rusia menginginkan semua Jihadis untuk tinggalkan Aleppo Timur dalam periode yang lebih pendek. (SFA)



Eropa

HEBOH! Putin Akan Kunjungi Damaskus dan Pidato di Aleppo








Jum’at, 02 Desember 2016,

SALAFYNEWS.COM, MOSKOW – Rusia akan mengirimkan 7 pesawat termasuk pesawat-pesawat terbesar di dunia yakni “Antonov 12” yang akan mengangkut peralatan-peralatan, pesawat ini tidak dimiliki negara lain kecuali AS dan Rusia, bahkan China, Perancis dan negara-negara Eropa tidak memilikinya. Dikabarkan bahwa presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan kunjungan ke Damaskus dan Aleppo dalam rangka kegiatan keamanan, tidak ada satupun yang mengetahui pesawat apa yang akan digunakan Putin, sementara itu pesawat Antonov akan mengangkut semua peralatan perlindungan untuk presiden Putin. (Baca: Vladimir Putin: Seluruh Umat Beragama Harus Bersatu Melawan Terorisme)


Presiden Putin dikabarkan akan bersama Presiden Bashae Assad selama setengah jam di jantung kota Damaskus dan akan melalui jalan rahasia lain menuju Aleppo dan setelah dua bulan dari bebasnya Aleppo, Putin akan menyampaikan pidato selama setengah jam dan kemudian langsung kembali ke Moskow. Kunjungan presiden Putin ke Suriah akan berlangsung selama dua jam dan peralatan-peralatan yang akan diangkut dengan pesawat Antonov 12 adalah untuk peralatan untuk melindungi presiden Putin dan platform lapis baja. Selain itu di bagian tengah pesawat ini mengangkut helikopter militer yang akan digunakan untuk membawa presiden Putin, seperti dilansir oleh kantor berita Addiyar (01/12). 


Sementara itu, perusahaan Yukov yang dimiliki Putin dan dipimpin oleh Perdana Menteri Mediadev akan merekontruksi infrastruktur yang telah hancur di Aleppo dan Damaskus, bahkan presiden Assad bersama dengan presiden Putin akan menandatangani kesepakatan rekonstruksi wilayah Aleppo oleh perusahaan Yukov milik presiden Putin dan kesepakatan ini  bernilai lebih dari ratusan juta dolar. (SFA)

Membaca Masa Depan Perang Suriah

Membaca Masa Depan Perang Suriah

http://www.dakwatuna.com/2016/10/02/82820/membaca-masa-depan-perang-suriah/#axzz4TFsuw8T9

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi - Peta Suriah (inet)

Ilustrasi – Peta Suriah (inet)
dakwatuna.comPerang Suriah hendak memasuki tahun keenamnya dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Menurut estimasi PBB, hingga kini perang itu telah menelan lebih dari 400.000 korban jiwa dan menjadikan sekitar empat juta orang sebagai pengungsi.

Perang yang terpantik akibat penembakan demonstran oleh aparat keamanan Suriah pada tahun 2011 itu telah berkembang sedemikian rupa. Awalnya hanya dua pihak yang berkonflik: oposisi vis a vis pemerintah. Pada tahun 2014, dengan adanya deklarasi pembentukan khilafah oleh Abu Bakar Al Baghdadi, resmilah ISIS terlibat dalam konflik melawan oposisi dan pemerintah Suriah. Seiring waktu, bangsa Kurdi yang bercita-cita memerdekakan diri sebagai negara berdaulat juga melibatkan diri dalam perang tersebut.

Di tengah terjadinya kemelut konflik domestik di Suriah, komunitas internasional yang memiliki kepentingan di sana juga turut ‘meramaikan’ jalannya konflik. Tahun 2014, Amerika Serikat membentuk koalisi untuk memerangi ISIS di Irak dan Suriah. Koalisi tersebut memerangi ISIS dengan melakukan serangkaian serangan udara. Selain memerangi ISIS, AS juga memiliki agenda untuk membangun demokrasi di Suriah dengan mendukung pasukan oposisi –yang juga dibantu oleh Arab Saudi. Belakangan, AS juga menggelontorkan dana untuk mempersenjatai masyarakat Kurdi, baik untuk melawan ISIS maupun untuk menggolkan tujuannya menjadi negara merdeka.

Di sisi lain, pemerintah Suriah yang mendapatkan perlawanan dari segala arah tak kalah dukungannya. Setelah sekian lama dibela oleh Rusia –dan juga China- di Dewan Keamanan PBB sejak perang berlangsung, pemerintah Suriah resmi mendapat dukungan riil berupa bantuan militer pada 30 September 2015 dari negeri Beruang Putih tersebut. Selain dari Rusia, Iran dan organisasi Hezbollah Lebanon juga memberikan bantuan pada Assad atas dasar kedekatan ideologis dan merupakan antitesis keberpihakan Saudi pada oposisi.

Dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, resmilah permasalahan domestik Suriah menjadi suatu bentuk perang proxy kekuatan eksternal –baik regional: Saudi-Iran, maupun internasional: AS-Rusia. Adapun ISIS dan Kurdi adalah pihak pengganggu (instrusive system) yang juga menjadi “kerikil dalam sepatu” yang menyulitkan upaya resolusi konflik. Karena bagaimanapun juga ISIS dan Kurdi sulit untuk diajak berunding, apalagi salah satunya adalah kelompok teroris.

Staffan de Mistura, Utusan Khusus PBB untuk Suriah berpendapat bahwa Perang Suriah merupakan tragedi kemanusiaan paling buruk sejak Perang Dunia Kedua. Dalam pengalamannya mengawal 19 perang selama 46 tahun dengan PBB –termasuk Irak, Afghanistan dan Balkan- tidak pernah ditemuinya aktor-aktor terlibat dengan kepentingan masing-masing sebanyak yang ada di Perang Suriah.

Keberadaan Bashar Al Assad sebagai pemimpin pemerintah Suriah awalnya menjadi masalah utama. Beberapa kali dibahas dalam sidang Dewan Keamanan PBB, Assad tidak berkehendak menyerahkan kekuasaannya pada suksesi pemerintahan demokratis. Namun pada akhir 2015 lalu akhirnya Assad terpaksa tunduk pada keputusan komunitas internasional. DK PBB kemudian sepakat mengeluarkan resolusi 2254 –sebagai resolusi pertama yang disepakati oleh PBB terhadap Perang Suriah- yang menandai perlunya melakukan transisi pemerintahan di Suriah . Hanya saja, dalam resolusi tersebut Assad akan turun setelah dilaksanakan pemilu yang bebas dan adil sekitar 1,5 tahun ke depan.

Setelah DK PBB mengeluarkan resolusi itu, beberapa negosiasi Suriah-Suriah dilaksanakan pada awal Februari 2016 di Jenewa. Dalam negosiasi itu hanya dilibatkan pihak oposisi (High Negotiation Committee) dan pihak pemerintah. Adapun Kurdi dan ISIS tidak termasuk. Meski dengan itikad baik mendamaikan Suriah, PBB yang diwakili oleh Mistura gagal mencapai kesepakatan dalam negosiasi tersebut. Mistura mengatakan bahwa negosiasi akan berlanjut tapi hingga sekarang tak kunjung dilaksanakan.
Kabar terbaru, pada 10 September 2016 Rusia dan Amerika Serikat sepakat melaksanakan gencatan senjata. Bantuan logistik dan makanan berdatangan pada saat gencatan senjata tersebut. Namun lagi-lagi gencatan senjata itu runtuh seketika saat Senin lalu (20/9/2016) ada pihak membombardir Allepo bagian Timur. Seperti biasa, para pihak saling melontarkan tudingan satu sama lain atas kejadian itu.

Masa Depan Suriah

Sulit untuk menebak apa yang akan terjadi dengan negara dengan nomenklatur resmi Republik Arab Suriah itu. Hingga kini, Suriah telah terfragmentasi menjadi empat wilayah: (1) dikuasai pemerintah, (2) dikuasai pemberontak/oposisi, (3) dikuasai Kurdi, dan (4) dikuasai ISIS. Meski dalam beberapa sisi pemerintah Suriah masih bisa menjalankan negara, tapi Suriah telah jatuh dalam kondisi yang tidak stabil. Satu-satunya sebab mengapa pemerintah Suriah masih bisa berdiri adalah bantuan Rusia dan Iran. Apabila bantuan itu ditarik, pastilah pemerintah Suriah sudah jatuh.

Sayangnya, kalaupun pemerintah jatuh, itu juga akan menyebabkan buah simalakama bagi Suriah sendiri. Bisa jadi Suriah dikuasai oleh ISIS terlebih dahulu sebelum adanya transisi pemerintahan yang wajar. Belum lagi akan cukup membutuhkan banyak waktu bagi rakyat Suriah untuk melakukan rekonsiliasi pasca perang. Bisa juga terjadi seperti apa yang terjadi di Libya di mana oposisi yang bersatu melawan Qaddafi terpecah ketika di antara mereka berebut memegang kuasa di pemerintahan yang baru.

Ada juga kemungkinan Suriah terpecah menjadi beberapa negara, hanya saja kemungkinannya kecil. Karena untuk saat ini, pasukan koalisi oposisi Assad yang jumlahnya banyak itu masih memimpikan hengkangnya Assad dari Suriah ketimbang membuat negara tandingan di sebelahnya. Bagi mereka, tujuan Perang Suriah hanya satu: turunkan Assad lalu bentuk pemerintahan sesuai yang rakyat Suriah kehendaki (tentu dengan versi oposisi).

Bagaimanapun Perang Suriah tidak akan berakhir jika masing-masing pihak belum bisa mengendurkan kepentingannya. Masing-masing pihak masih berani mempertahankan kepentingannya dan berlaga di medan perang karena tentunya mereka masih memiliki sumber daya. Sumber daya itu adalah sumber perang itu sendiri yang didatangkan dari luar, yaitu pihak-pihak eksternal yang memiliki agenda perang proxy di Suriah. Agaknya itu yang perlu diatasi dan menjadi konsentrasi PBB dalam proses perdamaian Suriah.

Sayangnya PBB melalui utusan khususnya tidak bisa berbuat banyak karena yang berkepentingan dalam Perang Suriah juga bagian dari anggota tetap DK PBB: Amerika Serikat dan Rusia yang sewaktu-waktu dapat menjatuhkan veto ketika putusan DK tak sesuai kepentingan mereka. Kita hanya bisa berharap, barangkali ke depannya salah satu pihak ada yang mengalah demi perdamaian. Contohnya seperti apa yang dilakukan Mikhail Gorbachev yang akhirnya berkontribusi pada berakhirnya Perang Dingin. (dakwatuna.com/hdn)




14 Negara Bisa ‘Musnah’ Jika Perang Dunia III Pecah, Indonesia?



087131100_1475724741-20161006-perang-alepo-suriah-reuters4
Hipotesis pecahnya Perang Dunia III berdasarkan skenario politik dewasa ini bisa saja terjadi. Hal itu terlihat dari kesiapan masing-masing negara superpower.
Bukan cuma itu, konflik di Suriah yang tak henti-hentinya dianggap bakal jadi pemicu perang global di masa mendatang.
Belum lama ini pemerintah Jerman meminta warganya untuk menyetok segala kebutuhan makanan dan minuman. Hal yang tak pernah negara itu lakukan semenjak Perang Dingin.
Namun yang paling mengejutkan adalah permintaan Presiden Vladimir Putin yang meminta warganya di seluruh penjuru dunia untuk pulang kampung.
Jika benar Perang Dunia III pecah, ada kemungkinan terjadi kerusakan massal dan umat manusia di Bumi bisa saja musnah. Hal itu terjadi karena sudah ada 9 negara yang memiliki senjata nuklir yang mematikan.
Negara mana sajakah yang umat manusianya bakal hancur atau bahkan musnah? Bagaimana dengan nasib Indonesia.
Berikut, 14 negara yang mungkin akan berdampak serius jika Perang Dunia III meletus.Liputan6.com mengutip dari Listsurge dan berbagai sumber pada Minggu (23/10/2016).

1. India

Kurangnya dana bagi pertahanan juga masalah imigrasi di India telah menjadi isu utama di negara itu. Jika Perang Dunia III meletus, meski memiliki senjata nuklir, India dan negara tetangganya Pakistan akan hancur lebur.
Belum lagi masalah pengungsi jika benar PD III pecah akan menambah terpuruknya India. Masyarakat yang miskin akan semakin miskin.

2. Mesir

Mesir diduga berencana turut serta dalam perang dengan mengadakan koalisi dengan negara-negara Arab seperti Suriah, Irak, Sudah dan Libya. Rencana utama mereka jika Perang Dunia III pecah akan menyerang Israel dan memicu Perang Palestina.
Ekonomi Mesir kebanyakan bergantung pada pertanian dan industri. Jika Perang Dunia III meletus, mereka akan menjadi pendukung makanan dan persenjataan untuk perang lewat Terusan Kanal. Namun, Israel tidak selemah itu, prediksi jika perang pecah, invasi negara tersebut akan membuat negeri Piramida itu terhapus dari peta.

3. Prancis

Prancis ikut serta sebagai koalisi AS dalam Perang Sipil di Suriah yang tengah berlangsung. Kekuatan militer mereka makin meningkat semenjak 2014 setelah bergabung dengan pasukan koalisi di Irak dan Suriah.
Namun, setelah penyerangan Paris pada 13 November 2015 lalu, justru serangan dalam negerilah yang rentan terjadi bagi Prancis. Meski begitu, Prancis sudah menyiapkan persiapan jika senjata nuklir diarahkan ke negerinya.

Korsel hingga Inggris

4. Korea Selatan

Kawasan Semenanjung Korea bak api dalam sekam. Apalagi jika Kim Jong-un memutuskan akan menyerang AS dan mengebom Seoul.
Kehidupan yang damai di Korea Selatan akan dengan mudah porak-poranda jika Perang Dunia III meletus.

5. Iran

Meski dialog nuklir Iran berakhir dengan pelucutan senjata oleh AS, diam-diam mereka masih memiliki konflik dengan Negeri Paman Sam. Demikian juga terhadap Israel.
Iran dekat dan memiliki kerja sama militer dengan Libanon. Jika AS menyerang sisa persenjataan nuklir yang dimiliki Iran, pembalasannya akan membuat pecah Perang Dunia III.
Perang dengan AS akan membuat ekonomi global lesu karena tingginya harga minyak bumi. Kebanyakan negara-negara Asia yang bergantung dengan minyak di Negara Teluk akan membuat mereka merana. Salah satunya Indonesia. Meski tidak secara langsung hubungan dengan Iran, namun sejumlah kerja sama terkait energi akan kandas.

6. Inggris

Inggris sangat takut dengan serangan nuklir oleh para kontestan negara pencetus Perang Dunia III terutama Rusia dan kapal selam nuklirnya.
Negara Ratu Elizabeth II itu telah menginvestasikan sebuah sistem yang secara otomatis terkirim kepada seluruh warganya berupa teks SMS jika perang meletus.
Beberapa waktu lalu, kapal perang Rusia terlihat di perairan Inggris namun, masih berada di kawasan internasional. Hal itu membuat angkatan laut mereka ketar-ketir dan membuntutinya.
Jika Perang Dunia III terjadi di wilayah negara lain, Inggris disinyalir tak akan bersuara.

Israel hingga Afghanistan

7. Israel

Israel sudah dianggap ‘kontestan’ masa depan pemain Perang Dunia III setelah melakukan sejumlah uji coba senjata nuklir di Suriah pada 2007.
Negeri itu kemungkinan akan bergabung dengan AS untuk mengambil-alih Iran. ‘Perang’ Israel-Palestina kemungkinan akan berakhir dengan mengokupasi wilayah Palestina.

8. Pakistan

Negara ini sudah mendeklarasikan ‘hubungan dingin’ dengan tetangganya. Disebut-sebut Pakistan merupakan ‘surga’ bagi ISIS dan kelompok teroris lainnya. Jadi, bukan kejutan lagi jika mereka turut andil dalam Perang Dunia III jika nanti pecah.
Karena dianggap jadi tempat perlindungan teroris, Pakistan akan menjadi negara yang paling disalahkan dan paling berdampak buruk jika PD III meletus.

9. Afghanistan

Negara dengan pipa minyak kontroversial yang berlangsung pada tahun 1984, di mana proyek pipa untuk transfer cadangan minyak dari Afghanistan ke bagian lain dari Timur tengah seperti Abu Dhabi dan Turkmenistan telah menyebabkan kegemparan besar di antara mereka dan Amerika Serikat.
Hal itu yang membuat Taliban disusupkan untuk membuat hancur lebur Afghanistan.
Selain itu, Afghanistan diduga akan memonopoli perdagangan opium di semua negara Asia karena cadangan opium yang besar. ‘Aksi’ ini menjadi peran utama ketika Perang Dunia III meletus.
Namun, karena kekuatan tentara mereka lemah, Afghanistan dapat dengan mudah dihancurkan jika Perang Dunia III benar-benar terjadi.

China hingga AS


10. China

Ada kemungkinan China akan bergabung dengan Rusia untuk mengerahkan tentaranya ke Suriah. Negeri Tirai Bambu itu juga ada kemungkinan mengklaim wilayah Inda di Arunachal Pradesh saat Perang Dunia III berlangsung.
Salah satu partner dagang China terbesar adalah AS, karena perang meletus hubungan itu tertahan.
China sangat tergantung pada maritim untuk perdagangan luar negeri dan gangguan karena perang akan memotong sebagian besar perdagangan. Hal itu akan menyebabkan krisis minyak menghambat 90% dari total impor minyak. Garis pantai yang panjang China membuatnya rentan terhadap invasi dari laut dalam kasus perang.

11. Rusia

Rusia adalah salah satu negara yang disebut-sebut dapat memicu Perang Dunia III saat ini. Ketegangan dengan Ukraina, Turki dan intervensi dalam perang saudara di Suriah membuat keterlibatannya tak terelakkan.
NATO dan konflik Rusia meningkat dapat memicu perang dunia. Rusia dengan salah satu gudang terbesar hulu ledak nuklir dapat menyebabkan kiebinasaan yang jauh lebih dahsyat daripada di masa lalu.
Negara-negara yang berbatasan dengan Rusia akan terkena radiasi radioaktif berbahaya. Ekonomi Rusia akan menderita kemunduran besar karena tergantung pada ekspor minyak dan gas.

12. Suriah

Perang Sipil Suriah berlangsung selama sekitar 4 tahun hingga hari ini antara Pemerintah dan oposisi. Lebih dari 2,5 juta orang tewas.
Konflik Suriah melibatkan negara-negara besar dan ISIS telah menyebabkan kehancuran dan penduduknya menjadi pengungsi.

Situasi di Suriah sudah tampak seperti Perang Dunia III, tetapi jika terus berlanjut, Suriah akan diambilalih ISIS.

13 Korea Utara

Di bawah Kim Jong-un, Korut tampaknya sangat kuat. Dan negara itu telah mengantisipasi terjadinya Perang Dunia III. Mereka yakin akan memenangkannya.
Hal itu disebabkan karena Korea Utara memiliki tentara yang besar dan senjata nuklir. Jadi, jika Perang Dunia III berlangsung, Korut akan menguasai Korsel dan ada kemungkinan bergabung dengan Rusia menghancurkan musuh-musuhnya.

14. Amerika Serikat

Amerika Serikat memiliki ekonomi terbesar di dunia dan dengan demikian jelas, akan menjadi korban terbesar dari perang.
Negara-negara seperti Rusia, Iran dan Korea Utara sudah menargetkan AS jika Perang Dunia III terjadi.
Perang Dunia III akan menghasilkan peluang skala besar untuk memulai serangan (seperti berencana untuk menggunakan Mother of All Bomb),
Tidak hanya pangkalan militer AS yang diserang, tetapi juga pada basis ekonomi.
Hal ini dapat mengakibatkan inflasi yang lebih besar di negara ini, dan jika pemerintah kemudian tidak cukup efisien, juga akan mengakibatkan drainase ekonomi yang besar. Seperti Donald Trump baru-baru ini mengklaim, Perang Dunia III dapat membuat posisi AS sebagai negara terbelakang.

Bagaimana dengan Indonesia?

Dengan perseteruan di Laut China Selatan, China dengan mudah mengambil alih. Perang bakal tak terelakkan di wilayah itu.
Akibat perebutan dan perang terjadi di wilayah itu, ada kemungkinan akan berdampak.
Hadirnya kelompok-kelompok teroris lokal di dalam negeri memicu konflik horisontal selama Perang Dunia III berlangsung.
Semoga, prediksi ini tak terjadi.



Rusia Luncurkan Misil Nuklir, 

'Sinyal' Perang Dunia III? 

http://global.liputan6.com/read/2626171/rusia-luncurkan-misil-nuklir-sinyal-perang-dunia-iii






Liputan6.com, Moskow - Perkembangan mengkhawatirkan teramati dari Rusia. Presiden Vladimir Putin memanggil seluruh warganya di seluruh dunia untuk pulang kampung.
Imbauan itu muncul setelah Putin membatalkan rencana kunjungannya ke Prancis menyusul 'kemarahan' yang muncul atas keterlibatan Moskow dalam perang Suriah.
Tak hanya itu, Negeri Beruang Merah baru saja meluncurkan misil barunya, Topol, yang diklaim sebagai yang tercepat sedunia.
Rusia meluncurkan misil itu dari kapal selam di Laut Barents pada Rabu 12 Oktober lalu. Peluncuran ini dilakukan setelah beberapa kali uji coba balistik dilakukan.
Disinyalir sebagai kesiapan Moskow terhadap konflik internasional di masa depan. Demikian seperti dikutip dari Australian Network News, pada Jumat (14/10/2016).

Di hari peluncuran, secara bersamaan militer Rusia juga menembakkan misil lainnya dari sebuah pulau di utara Rusia. Dan setelah itu, misil ketiga berupa roket nuklir diluncurkan dari kapal selam di utara laut Jepang.
AS melihat tindakan itu merupakan ancaman. Baik Negeri Paman Sam dan Rusia, kedua negara itu bukan kawan akrab semenjak Perang Dingin.
Hubungan dingin AS-Rusia berlangsung hingga kini, apalagi AS telah menuduh Rusia berada di belakang 'perang kriminal' di Suriah.
Sementara itu, media-media Rusia memberitakan adanya kemungkinan perang nuklir di masa depan.

"Jika pada suatu hari perang nuklir terjadi, semua orang harus tahu di mana shelter perlindungan bom berada. Sekarang Anda wajib mengetahuinya," kata TV pemerintah, NTV.
Selain itu, baru-baru ini, Presiden Vladimir Putin memanggil seluruh warganya di seluruh dunia untuk pulang kampung.

Imbauan itu muncul setelah Putin membatalkan rencana kunjungannya ke Prancis menyusul 'kemarahan' yang muncul atas keterlibatan Moskow dalam perang Suriah.

Ternyata, pernyataan serupa tak hanya disampaikan Putin, namun juga mantan pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev. Ia memperingatkan bahwa dunia tengah berada dalam 'titik berbahaya' seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan AS.

Menurut situs Rusia, Znak.com, seluruh staf administrasi, kepala daerah, anggota parlemen dari semua tingkatan dan karyawan perusahaan publik telah diperintahkan untuk mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah asing sesegera mungkin.

Jika gagal untuk melaksanakan perintah maka peluang mereka untuk mendapat promosi jabatan akan terancam. Demikian media lokal melaporkan.

Meski demikian, Menteri Departemen Pertahanan Rusia, Sergei Shogi menolak anggapan rumor perang. Ia mengatakan peluncuran itu merupakan bagian dari latihan biasa. Bukan ancaman kedamaian dunia atau Perang Dunia III.

Tapi, ia mengakui bahwa ada rumor terkait Perang Dunia III beredar.
"Ide adanya perang militer, Perang Dingin baru dan PD III memang beredar. Namun, tentu saja, itu tak benar," klaim Shogi.

Dubes Indonesia untuk Suriah Ungkap Fakta Perang Suriah dan Bashar Assad

Dubes Indonesia untuk Suriah Ungkap Fakta Perang Suriah dan Bashar Assad

https://arrahmahnews.com/2016/03/21/dubes-indonesia-untuk-suriah-ungkap-fakta-perang-suriah-dan-bashar-assad/


Senin, 21 Maret 2016,
JAKARTA, ARRAHMAHNEWS.COM – Ada alasan yang cukup kuat, mengapa Pemerintah Republik Indonesia, hingga saat ini masih menempatkan duta besarnya di Suriah. Padahal, separuh dari 63 kedutaan besar di negara yang dirundung konflik itu, sudah tidak beroperasi.
Menurut Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) Republik Indonesia untuk Suriah, Djoko Harjanto, Suriah, adalah memiliki jasa tak sedikit untuk Indonesia. Ketika Suriah bergabung dengan Mesir dalam Republik Persatuan Arab (RPA), Suriah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. (Baca juga: 22 Pertanyaan Untuk Musuh-Musuh Bashar Assad)
Selain itu, saat muncul persoalan Timor-Timor, dukungan Suriah ke RI, sangat kuat. “Disuruh apa saja untuk mendukung kita, mereka mau,” katanya kepada wartawan Republika, Nashih Nashrullah.
Dalam perbincangan singkat saat kunjungannya ke Tanah Air saat menghadiri seminar internasional ihwal Konflik Suriah dan gejolak Timur Tengah yang dihelat Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) beberapa waktu lalu, pria asal Jawa Tengah ini pun, mengingkatkan umat Islam Indonesia, agar tak terseret dalam pusaran konflik dan mengimpornya ke Indonesia. Berikut petikan perbincangannya:
Bagaimana Anda melihat Pemerintah Suriah saat ini?
Pertama, orang sudah terlanjur menganggap pemerintah Suriah Syiah. Itu yang harus saya luruskan. Bashar Assad itu Alawie (Sayyid), yang terdiri antara lain dari Druze. Ia seorang bermadzhab Sunni.
Saya lihat langsung. Mufti Syekh Adnan al-Fayouni, yang diundang beberapa kali ke Indonesia oleh ICIS, dan belum lama ini ke Indonesia, memimpin mengimami shalat pada acara Maulid Nabi, di belakangnya Assad, shalatnya sendakep berarti bukan Syiah. Itu kita luruskan dulu. (Baca juga: 10 Fakta Suriah Yang Tak Terbantahkan)
Kedua, informasi yang menyatakan pemerintah Assad membunuhi rakyatnya. Itu tidak benar. Bagaimana mungkin, wong pemerintah solid didukung rakyatnya. Jadi jika memang ada yang meninggal, itu karena perang dua kubu, namanya perang.
Kalau dulu perang itu antar prajurit, tak boleh menyerang rumah sakit dan lain-lain, rumah ibadah, sekolah. Nah sekarang jihadis di Suriah yang fanatis dengan ISIS, Al-Qaeda, saling berperang. Bukan hanya pemerintah. Itu yang harus diketahui. Saya langsung disana, melihat dengan mata saya, mengamati detik demi detik dan melaporkan ke pemerintah RI. (Baca juga: Denny Siregar: Kelompok Khilafah Ingin Suriahkan Indonesia)

Menurut Anda, mengapa muncul kesimpangsiuran informasi terkait Suriah?

Media dikuasai Barat milik Yahudi, dikuasai oleh miliader Yahudi George Soros, berarti agendanya harus sesuai kepentingan mereka. Aljazeera milik Qatar, yang memusuhi Suriah, tak mungkin dia berpihak ke Assad. Ini saya sampaikan apa adanya secara pribadi dan tidak memihak.

Media Barat Sebarkan Fitnah Tentang Fakta Perang Suriah


Dan itu memang tugas pemerintah, tidak boleh macam-macam, fokus perlindungan dan  bantuan kemanusiaan. (Baca juga: Syekh Taufiq Ramadhan al-Buthi; TV Al-Jazeera dan Al Arabiyyah Berperan Aktif Ciptakan Arab Spring)

Apakah bantuan kemanusiaan RI sudah mengalir untuk Suriah?

Alhamdulillah sudah mengalir, setelah sekian lama, lewat Lembaga Koordinasi Bantuan Kemanusiaan PBB (OCHA) yang tidak memihak. Tapi soal sampai tidaknya wallahua’lam, sudah 500 juta USD mengalir, belum ada satu bulan ini.
Kalau memang mau aman memang lewat pemerintah. Anda sudah dengar, dari Palang Merah Internasional (ICRC) enam orang hilang, sampai sekarang tidak ketemu. Conflict is conflict, bantuan kemanusiaan perlu, tetapi persoalannya yang lama sejak 2012, bantuan biasanya tidak sampai, di tengah perjalanan sudah diserobot oleh pemberontak. Itu yang jadi persoalan. Jadi sensitif di luar negeri.
Begitu bantuan pertama masuk melalui OCHA, saya sudah punya impian untuk mendorong bantuan kemanusiaan ke Suriah. Kita sudah menghubungi Palang Merah mereka, tidak minta macam-macam. Obat tidak terlalu diperlukan karena disana murah, saya cek up sebagai dubes hanya 100 dolar tidak habis, meliputi semua. Kalau membantu yang diperlukan ambulans, kita sudah sampaikan.

Indonesia Serukan Solusi Damai

Bagaimana dengan upaya diplomasi damai di Suriah?

Sejak konflik mulai 2012, kita serukan damai karena konflik apapun akan selesai dengan perindungan, praktiknya di lapangan sulit, memang realitanya begitu. Politik juga begitu kan, lihat sendiri di Indonesia, Anda tahu sendiri. Yang kita khawatirkan, menurut Gajah Mada dan UMS, adalah perseteruan Sunni-Syiah, bahkan di Indonesia.
Di Suriah tidak ada benturan Sunni-Syiah, kalaupun ada itu adalah agenda perseteruan antara Arab Saudi dan Iran. Suriah-nya sendiri tidak ada, mereka saling menghormati, Kristen Ortodoks pun sendiri aman di sana. Orangnya ramah-ramah, sopan-sopan, tidak seperti negara lain, tentara sekalipun tidak ada yang berangasan. (Baca juga: Kesaksian Putra Ulama Al-Buthi, Tidak Ada Perang Sektarian (Sunnah-Syiah) di Suriah)

Apa fokus Pemerintah RI saat ini? 

Tugas kita masih terkonsentrasi untuk pemulangan warga, karena Warga kita disana banyak, tadinya sebanyak 15 ribuan, waktu belum perang, begitu perang 2012, kita nyatakan darurat satu, sudah kelewat darurat, tidak boleh oleh sembarangan, termasuk staf kedutaan, anak istrinya dipulangkan.
Duta besar manapun yang masih buka tidak ada. Begitu posisinya. Tetapi bantuan kemanusiaan tetap kita kampanyekan, kasihan, orang kelaparan apalagi di tempat pengungsian, listrik nihil, pemanas tidak ada.

Bagaimana dengan upaya lain, seperti politik, ekonomi, atau bahkan militer dari RI?

Itu yang sabatas bisa kita lakukan, kalau politik dan ekonomi waduh jangan ditanya. Anda sudah tahu sendiri, minyak habis dikuasai ISIS, yang ada hanya aspal, kapas, kita tidak butuh itu.
Yang pandai memanfaatkan peluang itu adalah Cina. Cina mendukung Suriah, Suriah didukung Rusia, Iran yang sangat militan. Hizbullah itu adalah orang Iran yang tinggal di Libanon perbatasan Suriah, dukungan Cina tidak mencakup militer hanya ekonomi. Yang lain sudah tahu AS, Arab, Qatar, Turki memusuhi. (Baca juga: Putra Ulama Al Buthi Beberkan Fakta Perang Suriah)

Apakah keberadaaan perwakilan RI di Suriah berarti keberpihakan ke Assad?

Kita tidak memihak, ya karena memang pemerintah Indonesia mengakreditasikan saya ke Assad, jika saya tidak bekerjasama dengan Assad, ya tidak bisa lindungi TKI dan kemana-kemana, malah bisa ditangkap. Lalu bagaimana ke depan? Kita bersikap praktis. Siapapun yang berkuasa, maka akan kita dukung. Jangan dianggap kita disana saat ini, langsug Pak Jokowi dituding Syiah lah, orangnya Assad lah. Jangan begitu.

Dalam pandangan Anda, mengapa negara-negara tersebut agresif melawan Assad?

Tujuannya apa? Menjatuhkan Assad, kalau presidennya jatuh dibunuh, kayak Libya, ditinggal biar berantakan. Kalau sudah berantakan benteng terakhir perlawanan ke Israel sudah tidak ada. Pertanyaannya, kalau memang ISIS kuat, mengapa tidak menyerang Israel?

Fakta Pemerintah Suriah


Malah faktanya Israel tenang-tenang saja. Itu yang diharapkan. Padahal fanatisme anti-Israel yang dimiliki Suriah lebih dari Indonesia. Salah satu buktinya, Suriah melarang warganya yang beragama Kristen berziarah ke Yerussalem, sementara negara kita masih memperbolehkan. (Baca juga: INILAH 3 Fakta Konflik Suriah)

Jadi, konflik Suriah akibat konspirasi internasional atau gejolak politik dalam negeri?

Dua-duanya betul. Faktor politik karena ada agenda Arab Spring. Tapi Arab Spring juga tidak bisa terlepas juga dari konspirasi internasional. Kita tahulah, siapa di balik Israel, AS mendukung sekutunya itu. Tapi kalau anti-Assad ada nalarnya. (Baca juga: Perang Suriah Bongkar Strategi Zionis-Amerika Hancurkan Islam dan Musuhnya)

AS Support FSA

Semua Islam betulan, Presiden Bashar Assad, pemerintahannya sejak bapaknya berkuasa lama karena partainya kuat, kita seperti Golkar disana Baath, kecenderungannya minta bantuan ke negara komunis, Rusia ketika itu.
Sedangkan Rusia punya kepentingan, modal mereka di Suriah sebesar 20 miliar dolar AS, investasi minyaknya, lewat Tartus, dekat Lattakia, tempat Assad berasal, nah jika itu investasi itu tidak dibentengi, ya habis. Investasi eknomi dan sudah lama bersahabat.
Dukungan nyata seperti apa dari Pemerintah RI untuk Suriah? Mengapa?
Dukungannya yang nyata ya saya diakreditasikan kesana, saya tidak hanya mewakili Presiden Jokowi saja, tapi mewakli 250 juta penduduk Indonesia, ada 63 kedutaan di Suriah, separuhnya tutup, kita termasuk yang tidak tutup. Mengapa? Karena ketika Suriah ketika bergabung dengan Mesir dalam Republik Persatuan Arab (RPA), adalah negara pertama yang mengakui mengakui kemerdekaan Indonesia.
Yang kedua, ketika persoalan Timor-Timor, Suriah disuruh apa saja untuk mendukung kita, mereka mau. Ketiga, tentunya sama-sama Muslim sama negara non-Blok, kita menolak misalnya ketika Arab Saudi yang mengajak koalisi militer, jika kita menerima ajakan itu, maka kita telah mencederai persahabatan dengan Iran dan negara lain, padahal di PBB, OKI dan organiasi apapun itu kan tempat duduknya diterapkan sistem alfabetik, Irak, Indonesia, Iran. (Baca juga: Fakta Bisnis Minyak Gelap Terungkap, Rakyat Turki Inginkan Erdogan Tepati Janjinya Untuk Mundur)
Lha jika sudah memusuhi Iran duduk bersama kayak apa? Lucu. Itu persoalan. Posisi Indonesia sudah sangat tepat, politik luar negerinya, membantu penyelesaiaan dengan cara politis cara damai bukan perang. Kalau perang tentu kita sudah mengirimkan senjata dan tentara, tetapi hal itu tidak kita lakukan.

Seperti apa prospek demokrasi saat ini dan ke depan di Suriah

Demokrasi yang diterapkan disana kan masih demokrasi dalam pertumbuhan, HAM tahu sendiri lah kayak apa juga disana, tapi kita harus hormati, apa yang saya sampaikan Indonesia dukung solusi politik, Indonesia mengehendaki mengalirnya bantuan kemanusiaan, secara damai, diplomatis dan juga keterlibatan negara besar, kalau hanya mengandalkan konstelasi dalam negeri mereka, sementara negara-negara besar masih mengacau, ya tidak selesai juga.

As Support FSA 2

Bagaimana upaya internasional untuk membantu penyelesaian damai konflik Suriah?

Nah, sekarang ini masa genjatan senjata, akan dilanjutkan perundingan damai, karena perundingan itu melibatkan banyak negara, AS, Turki, negara Arab Qatar, dibantu oleh jihadis dari 80 negara, bagaimana bisa menyelesaikan.
Ini krisis terburuk di dunia sejak kita lahir. Mudah-mudahan bisa selesai. Dan satu lagi, penyelesaian politik dan perdamaian itu, pemerintahannya harus ditentukan oleh rakyat Suriah itu sendiri. Itu yang harus kita hormati. Bukan Indonesia atau AS yang menghendaki.

Lalu di manakah posisi Indonesia untuk mendorong perundingan damai itu?

Kalau kita sebagai negara damai, ketika diminta kita akan ikut selama kita diundang. Kita tidak ada kepentingan, kita tidak mendukung salah satu faksi, tidak mendukung A dan B, kita hanya ingin diplomasi itu harus diawali dengan saling membangun kepercayaan, confidence building measures, kemudian conflict resolution kalau ada konflik yang diselesaikan secara damai, perkara susah yang kita coba selesaikan, itu adalah selangkah lebih maju.
Daripada rententan bom, kita selama disana ya takut dan khawatir, kantor kita pernah ditarget, tak sedikit kantor kedubes juga yang kena sasaran, tapi karena pemerintah Suriah memproteksi dan rakyatnya ramah, dan ketiga negeri Syam ditegaskan dalam Al-Qur’an sebagai negeri yang diberkahi, itu faktanya sampai sekarang.

Ada gejala menyeret konflik Suriah ke Indonesia, apa imbauan Anda?

Misi saya ingin didengar, apa yang saya lihat di sana, agar rakyat kita melihat jernih. Bagi saya, yang terpenting Indonesia harus bersatu, jangan ikut-ikutan lakukan pertumpahan darah, jangan suka mandi dengan darah bangsanya sendiri.
Silakan berdebat sampai berbusa, tapi jangan sampai membunuh. Jangan mudah dihasut, Jangan gampang menerima siaran yang tidak benar, atau memanfaatkan situasi di Suriah untuk kisruh di sini. (ARN)
Sumber: Republika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar