Selasa, 01 Juli 2014

...Pertamina, Menjadi Pemain Kelas Dunia ??.... Inilah Alasan Perlunya Infrastruktur Storage BBM ?? ....Ini Pentingnya Petral Ada di Singapura....??? ....Langkah Pemerintah Hindari Mafia Migas...???>>> ....Ribut-ribut Petral dan prinsip C&C....???....SEANDAINYA Pertamina diberi kepercayaan penuh mengelola Blok Mahakam, kawasan minyak dan gas ini akan mengalirkan duit cukup deras ke kas perusahaan milik negara ini. Setahun setelah dikelola atau 2018, Blok Mahakam akan memberi kontribusi Rp 15 triliun per tahun ke Pertamina......>>> Menariknya, sebentar lagi sebanyak 19 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik Petronas yang ada di Indonesia akan diakuisisi oleh Pertamina. Dari 19 SPBU itu, sembilan di antaranya sudah dibeli. “Nanti akan diakuisisi semuanya secara bertahap,” ujar Umi Asngadah, Direktur Pembinaan Hilir Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Selasa pekan lalu. Sejak akhir Agustus tahun lalu, PT Petronas Niaga Indonesia (PNI) telah menghentikan suplai bahan bakar minyak (BBM) ke 19 SPBU-nya itu. Alasannya, penjualan kecil. Akibatnya, pendapatannya tidak bisa menutupi biaya operasi....>>>

Ribut-ribut Petral dan prinsip C&C

Senin, 21 Mei 2012
http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/05/21/ribut-ribut-petral-dan-prinsip-cc/

Manufacturing Hope 27

Kadang timbul, kadang tenggelam, kadang timbul tenggelam. Begitulah isu korupsi di Pertamina. Dan itu sudah berlangsung puluhan tahun.
Belum ada yang mengamati: tiap musim apa mulai timbul dan mengapa (ada apa) tiba-tiba tenggelam begitu saja.
Lalu, sejak sekitar tiga bulan lalu isu ini timbul lagi. Belum tahu kapan akan tenggelam dan ke mana tenggelamnya. Sebenarnya menarik kalau bisa dirunut, mengapa isu ini kembali muncul.
Ada kejadian apa dan siapa yang pertama kali memunculkannya. Dari sini bisa diduga kapan isu ini akan tenggelam dan bagaimana tenggelamnya.
Kadang isu yang muncul di sekitar sewa tanker. Kadang sekitar ekspansi Pertamina di luar negeri. Kadang pula, seperti sekarang ini, soal anak perusahaan Pertamina yang bernama Petral.
Petral adalah anak perusahaan yang 100 persen dimiliki Pertamina. Tugasnya melakukan trading. Jual-beli minyak. Lebih tepatnya membeli minyak dari mana saja untuk dijual ke Pertamina.
Semua aktivitas itu dilakukan di Singapura. Petral memang didesain untuk didirikan di Singapura.
Sebagai perusahaan Singapura Petral tunduk pada hukum Singapura.
Isu pertama: mengapa dibentuk anak perusahaan? Kedua: mengapa di Singapura?
Dulu, segala macam pembelian dilakukan induk perusahaan Pertamina di Jakarta. Apakah ketika itu tidak ada isu korupsi? Sama saja. Isunya juga luar biasa.
Tapi mengapa dipindah ke Singapura? Dan dilakukan anak perusahaan?
Alasan pembenarnya adalah supaya segala macam pembelian dilakukan oleh perusahaan trading. Direksi Pertamina jangan diganggu oleh pekerjaan trading.
Alasan tidak formalnya, kalau transaksi itu dilakukan di Singapura dan tunduk pada hukum Singapura, maka intervensi dari mana saja bisa berkurang.
Bagi orang korporasi seperti saya, sangat gampang menerima logika mengapa dibentuk anak perusahaan dan mengapa di Singapura. Tapi bagi publik bisa saja dianggap mencurigakan.
Bagi publik, munculnya pertanyaan mengapa dibentuk anak perusahaan dan mengapa di Singapura itu saja sudah mengandung kecurigaan.
Pertamina memang bisa membuktikan praktik di Petral sudah sangat clean dengan tender internasional yang fair. Tim-tim pemeriksa yang dikirim ke sana pun tidak menemui penyimpangan.
Kalau begitu apa yang masih diperlukan? Di sini kelihatannya bukan hanya clean yang perlu dipertunjukkan, tapi juga clear.
Perusahaan BUMN memang tidak cukup dengan clean, tapi juga harus C & C. Harus clean and clear.
Clean berurusan dengan GCG, hukum, dan penjara. Clear berhubungan dengan public trust alias kepercayaan publik.
Perusahaan yang tidak clear tidaklah melanggar hukum. Semua bisa dipertanggungjawabkan. Tapi perusahaan yang tidak clear tidak akan dipercaya publik.
Karena BUMN adalah perusahaan milik publik, maka praktik C & C menjadi sangat penting.
Di manakah letak belum clear-nya praktik trading Petral di Singapura?
Begini, Pertamina adalah perusahaan yang sangat besar, bahkan terbesar di Indonesia.
Sebagai perusahaan terbesar, posisi tawar Pertamina tidak akan ada bandingannya. Boleh dikata, dalam bisnis, Pertamina berhak mendikte: mendikte apa saja, termasuk mendikte pemasok dan bahkan mendikte pembayaran.
Inilah yang belum clear.
Sebagai perusahaan terbesar mengapa Pertamina belum bisa mendikte. Mengapa masih berhubungan dengan begitu banyak trader.
Mengapa tidak sepenuhnya melakukan pembelian langsung dari pemilik asal barang: membeli BBM langsung dari perusahaan kilang dan membeli crude (minyak mentah) langsung dari perusahaan penambang minyak.
Dalam satu bulan terakhir tiga kali Presiden SBY mengajak mendiskusikan soal ini dengan beberapa menteri, termasuk saya.
Arahan Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina. Kalau ada yang mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden atau dari Cikeas atau dari Istana, abaikan saja.
Bisa saja ada yang mengaku-ngaku mendapat backing dari Presiden SBY.
Sebenarnya tidak demikian. Jangankan Presiden SBY, saya pun, di bidang lain, juga mendengar ada orang yang mengatakan mendapat backing dari Menteri BUMN!
Presiden SBY juga menegaskan itu sekali lagi minggu lalu.

Dalam pertemuan menjelang tengah malam itu diundang juga Dirut Pertamina Karen Agustiawan.
Karen melaporkan sudah siap melakukan pembelian langsung, tanpa perantara lagi.
Tentu diperlukan persiapan-persiapan yang matang. Tidak bisa, misalnya seperti yang diinginkan beberapa pihak, besok pagi Petral langsung dibubarkan. Pasokan BBM bisa terganggu. Bisa kacau-balau.

Memang kelihatannya banyak motif yang berada di belakang isu Petral ini, setidaknya ada tiga motif, yaitu:

  1. Ada yang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar C&C dan menjadi kebanggaan nasional.
  2. Dengan adanya Petral mereka tidak bisa lagi ‘ngobyek’ dengan cara menekan-nekan Pertamina seperti terjadi di masa sebelum Petral.
  3. Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan, jual-beli minyak kembali dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.
Tentu, seperti juga bensin oplos, ada juga campuran lain: politik!
Ada politik anti pemerintah Presiden SBY. Tapi yang keempat ini baiknya diabaikan karena politik adalah satu keniscayaan.
Misalnya ketika ada yang menyeru: bubarkan Petral sekarang juga! Saya pikir yang dimaksud sekarang itu ya pasti ada tahapannya.
Ternyata tidak. Ternyata benar-benar ada yang menginginkan Petral bubar saat ini juga.
Mereka tidak berpikir panjang kalau Petral bubar sekarang, siapa yang akan menggantikan fungsi Petral. Siapa yang akan mendatangkan bensin untuk keperluan bulan depan dan beberapa bulan berikutnya.
Mungkin memang ada maksud terselubung: bubarkan Petral sekarang juga, biar terjadi kelangkaan BBM dan terjadilah gejolak sosial.
Ini mirip-mirip dengan logika, jangan naikkan harga BBM dan pemakaiannya juga jangan melebihi 40 juta kiloliter setahun! Logika Joko Sembung yang tidak nyambung.
Tentu saya tidak akan terpancing pemikiran pendek seperti itu.
Yang harus dilakukan Pertamina adalah langkah yang lebih mendasar. Sebagai perusahaan raksasa, Pertamina, seperti ditegaskan Presiden SBY setegas-tegasnya, tidak boleh lagi membeli minyak dari perantara.
Langkah seperti itu sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh Pertamina, tapi belum semua. Jadinya tenggelam oleh pembelian yang masih dilakukan lewat Petral.
Apakah kelak setelah Pertamina tidak lagi membeli minyak dari perantara otomatis tidak akan ada yang dipersoalkan? Tidak dijamin!
Akan terus ada yang mempersoalkan, misalnya:
  1. Mengapa membeli langsung kalau pedagang bisa memberikan harga lebih murah? (Dalam dunia bisnis, tidak dijamin pemilik barang menjual lebih murah dari pedagang. Bisa saja pedagang kuat membeli barang dalam jumlah besar dengan diskon yang tinggi. Lalu menjual kepada konsumen dengan harga lebih murah).
  2. Pertamina (atau siapa pun) dapat komisi dari pemilik barang.
  3. Mengapa membeli langsung kepada pemilik barang? Mengapa tidak pakai tender terbuka saja?
Dan banyak lagi yang masih akan dipersoalkan karena pada dasarnya memang banyak orang yang hobi mempersoalkan apa saja.
Tapi ribut-ribut seperti itu tidak akan lama. Syaratnya manajemen Pertamina konsisten menjaga integritas.
Tidak mudah memang. Memerlukan waktu yang panjang untuk membuktikan konsistensi itu.
Tapi dalam menjaga integritas itu Pertamina tidak akan sendirian. Perkebunan sawit BUMN juga harus melakukan hal yang sama, misalnya dalam pembelian pupuk.

Sebagai perusahaan perkebunan terbesar di Indonesia, tentu aneh kalau PTPN masih membeli pupuk dari perantara. Perkebunan gula idem ditto.

PLN juga harus membeli batubara langsung dari pemilik tambang. Dan ini sudah dilakukan sejak dua tahun lalu: semua pemasok adalah pemilik tambang. Tidak ada lagi perantara batubara di PLN dalam dua tahun terakhir.

Awalnya memang ribut-ribut terus, tapi sekarang sudah kempes.
Inilah prinsip yang harus dipegang: Dengan clean kita memang tidak akan masuk penjara secara fisik, tapi dengan clear kita tidak akan masuk penjara secara rohani.
Hukum cukup menghendaki clean. Publik menghendaki clean and clear. (*)
Dahlan Iskan
Menteri  BUMN

Majalah InilahREVIEW Edisi ke-32 Tahun II
Pertamina, Menjadi Pemain Kelas Dunia ??
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1975529/pertamina-menjadi-pemain-kelas-dunia#.U7Ob7EBdClQ 
1
Headline
Gedung Pertamina - (Foto: inilah.com/Wirasatria)
Oleh: Iwan Purwantono
ekonomi - Senin, 8 April 2013 | 08:03 WIB
 
SEANDAINYA Pertamina diberi kepercayaan penuh mengelola Blok Mahakam, kawasan minyak dan gas ini akan mengalirkan duit cukup deras ke kas perusahaan milik negara ini. Setahun setelah dikelola atau 2018, Blok Mahakam akan memberi kontribusi Rp 15 triliun per tahun ke Pertamina.

Tentu saja, kontribusi dari Blok Mahakam itu makin membuat Pertamina bertambah gemuk. Sebab, di tahun itu, perusahaan minyak dan gas ini sudah merancang target dapat meraup keuntungan Rp 120 triliun. “Keuntungan Rp 120 triliun itu belum termasuk kontribusi dari Blok Mahakam,” kata Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication Pertamina.

Nah, bisa dibayangkan seandainya Blok Mahakam berada dalam genggaman Pertamina. Selain menambah kas Pertamina, perusahaan ini juga bisa naik kelas. Bahkan, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla merasa yakin Pertamina mampu mengungguli Petronas, perusahaan sejenis asal Malaysia. Syaratnya, Blok Mahakam diberikan 100% kepada Pertamina. "Kalau Pertamina mau kalahkan Petronas, pasti bisa. Asal mau saja," ujarnya.

Menariknya, sebentar lagi sebanyak 19 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik Petronas yang ada di Indonesia akan diakuisisi oleh Pertamina. Dari 19 SPBU itu, sembilan di antaranya sudah dibeli. “Nanti akan diakuisisi semuanya secara bertahap,” ujar Umi Asngadah, Direktur Pembinaan Hilir Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Selasa pekan lalu.

Sejak akhir Agustus tahun lalu, PT Petronas Niaga Indonesia (PNI) telah menghentikan suplai bahan bakar minyak (BBM) ke 19 SPBU-nya itu. Alasannya, penjualan kecil. Akibatnya, pendapatannya tidak bisa menutupi biaya operasi.

Pertamina memang tengah berusaha menjadi pemain kelas dunia di sektor minyak dan gas. Pada periode 2011-2014, perusahaan ini akan mengeluarkan investasi hingga mencapai Rp 408,6 triliun. Ini untuk menggapai target produksi satu juta barel per hari.

Untuk menjadi pemain kelas dunia, BUMN ini mendirikan sejumlah anak usaha. Saat ini, Pertamina sudah memiliki 21 anak serta beberapa cucu dan cicit perusahaan. Selain itu, Pertamina juga memiliki sekitar 13 perusahaan patungan yang bergerak di berbagai bidang usaha.

Usaha yang digeluti keluarga besar Pertamina memang tak jauh dari bidang energi. Di bisnis hulu, lini usaha Pertamina bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Kegiatan ini dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia maupun di luar negeri.

Pengusahaan di dalam negeri dilakukan melalui operasi sendiri (own operation) serta bekerja sama dengan mitra bisnis. Tak kurang dari 12 anak perusahaan Pertamina yang melakoni bisnis ini. Di antaranya PT Pertamina EP, PT Petragas, PT Pertamina Hulu Energi, dan PT Pertamina Drilling Service Indonesia.

Sementara di sektor hilir, anak-anak perusahaan Pertamina menangani bisnis pengolahan serta pemasaran dan niaga minyak dan gas (migas). Di bisnis pengolahan, Pertamina memiliki dan mengoperasikan tujuh buah unit kilang di Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Sorong.

Di usaha pemasaran dan niaga, Pertamina memasarkan produk-produk hasil minyak dan petrokimia. Mulai dari produk BBM, bahan bakar khusus, bahan bakar nabati, produk non-BBM dan petrokimia, gas, pelumas, hingga produk-produk kilang lainnya.

Di bisnis niaga, Pertamina melakukan pengadaan impor minyak mentah dan produk minyak untuk memenuhi kebutuhan kilang Pertamina dan BBM dalam negeri. Anak-anak usaha Pertamina yang bermain di bisnis hilir, antara lain PT Pertamina Tongkang dan Petral.

Jadi, kenapa ragu dengan Pertamina?
Selengkapnya, artikel ini bisa disimak di majalah InilahREVIEW edisi ke-32 Tahun II yang terbit Senin, 8 April 2013. [tjs]

Oleh: Ranto Rajagukguk
ekonomi - Selasa, 24 Juni 2014 | 20:14 WIB
 
INILAHCOM, Jakarta - Mantan Direktur PT Pertamina, Ari H Soemarno menguraikan pentingnya Pertamina memiliki anak usaha Pertamina Trading Limited (Petral) di Singapura.
Menurut Ari, Singapura merupakan salah satu negara yang menjadi pusat trading penjualan minyak dan gas bumi (migas). Dengan membuat anak usaha yang berlokasi di Singapura, maka efektifitas dan efisiensi pembelian minyak bisa mudah.

"Tentu dengan Petral berlokasi di Singapura itu memiliki banyak keuntungan. Singapura itu perusahaan trading migas internasional sehingga dengan adanya anak usaha berlokasi di sana, Pertamina mendapatkan kepercayaan usaha," ujar Ari di Jakarta, Selasa (24/6/2014).


Ari juga bercerita, dengan memiliki kedudukan usaha berbadan hukum di Singapura, kepercayaan terhadap bank nasional di negara itu bisa didapatkan. Menurut dia, bunga bank yang diimplementasikan di Singapura terbilang rendah ketimbang di Indonesia.

"Kalau kita punya kedudukan hukum di sana maka dipercaya di bank di sana. Bunga bank di sana biayanya rendah, dan hubungannya langsung," ujar Ari.

Dalam upaya menyuplai pasokan minyak mentah dan BBM yang diperoleh di Singapura, ia berpendapat kepastian hukum bisa diperoleh secara langsung. Hal ini hanya bisa dengan adanya anak usaha berbadan hukum di negara itu.

"Kepastian hukum jelas yang ingin jual beli minyak. Tidak ada salahnya punya Petral. Petral punya Pertamina. Dan Pertamina itu milik negara, dan milik rakyat," tutur dia.

Di samping pengelolaan Petral penting, Ari tetap memperhatikan persoalan impor BBM yang telah membebani beban APBN. Ia mengharapkan agar impor BBM dikendalikan dengan mengembangkan infrastruktur penunjang kilang minyak mentah
. [hid]

Oleh: Ranto Rajagukguk
ekonomi - Selasa, 24 Juni 2014 | 17:11 WIB
S
INILAHCOM, Jakarta - Pemerintah memerlukan infrastruktur storage atau penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) guna mengantisipasi kebutuhan produk hilir energi jika mengalami lonjakan konsumsi.

Mantan Dirut PT Pertamina, Ari H Soemarno menyatakan, kebutuhan BBM saat ini terus mengalami pertumbuhan konsumsi. Apalagi produk BBM yang diperoleh bergantung dengan negara-negara penghasil minyak atau melalui impor.

"Dengan konsekuensi itu tak lain kita perlu cadangan penyimpanan BBM nasional. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi bila terjadi hal yang tak terduga," kata Ari di Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Guna merealisasikan hal itu, pemerintah perlu mengurangi beban subsidi di sektor energi. Pasalnya, beban subsidi yang terlalu besar menghambat pembangunan infrastruktur penyimpanan BBM nasional.

"Dampak subsidi BBM di samping menjadi beban berat APBN juga menghambat pengembangan infrastruktur penyimpanan. Karena subsidi BBM pengembangan infrastruktur tersebut terhambat," katanya.


Dalam waktu dekat, ia mengharapkan infrastruktur storage BBM segera direalisasikan. Ia memperkirakan dana pembangunan infrastruktur penyimpanan BBM ini hanya akan menelan dana sekitar US$200-250 per barelnya.

Saat ini saja ia mencatat, cadanga BBM nasional Indonesia hanya mencapai 18 hari. Jika terjadi kendala teknis dalam penyebaran pola distribusi, maka pemenuhan energi ke masyarakat pun menjadi terganggu.

"Rata-rata secara keseluruhan cadangan BBM nasional itu hanya 18 hari. Setidaknya bisa mencapai 30 hari dengan nambah infrastruktur penyimpanan BBM," ujarnya. [hid]

Langkah Pemerintah Hindari Mafia Migas
Headline
(Foto: ilustrasi)
Oleh: Ranto Rajagukguk
ekonomi - Selasa, 24 Juni 2014 | 18:24 WIB
INILAHCOM, Jakarta - Pemerintah perlu memperbaiki mekanisme impor minyak mentah dan produk bahan bakar minyak (BBM) dengan mengembangkan sarana penunjang kilang minyak di dalam negeri.

Mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Ari H Soemarno mengatakan, merubah pola impor minyak mentah dan BBM penting dilakukan agar terhindar dari permainan mafia-mafia migas.

"Selama ini, kita impor minyak mentah dan produk BBM tanpa memperhatikan pembangunan kilang minyak. Padahal hal itu, cukup krusial dan sangat penting bagi ketahanan energi nasional," ucap Ari di Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Menurut Ari, pembangunan kilang baru bukan sebuah prioritas karena keekonomiannya sangat marjinal. Penekanan yang perlu dilakukan adalah pada ekspansi dan modernisasi kilang minyak yang ada.

"Tapi kalau memang mau bangun kilang baru, sebaiknya tempatnya di tempat kilang yang sudah ada karena pertimbangannya keekonomian," terangnya.

Ari menjelaskan, kegiatan impor minyak mentah dan produk BBM harus segera ditekan karena menyangkut beban subsidi yang hingga kini mencapai Rp300 triliun. Di samping itu, produksi dan cadangan minyak belum bisa diandalkan dalam menyuplai kebutuhan bahan bakar di masyarakat.

"Sementara kapasitas kilang penghasil BBM stagnan sejak 1995. Tidak ada progres kapasitas kilang nggak nambah ini yang dimainin di pasar. Yang memainkan mafi-mafia migas di pasar," tambahnya. [imb]

Ini Alasan Pertamina Bikin Kantor Petral di Singapura

Rista Rama Dhany - detikfinance.Rabu, 23/01/2013 18:29 WIB.Halaman 1 dari 2
http://finance.detik.com/read/2013/01/23/182930/2151059/1034/ini-alasan-pertamina-bikin-kantor-petral-di-singapura
Foto: Dok. detikFinance
 
Jakarta -Banyak pihak mencurigai anak usaha Pertamina yaitu PT Pertamina Energy Trading (Petral) Ltd diletakkan di Singapura agar permainan mafia minyak tidak terbongkar. Namun tudingan itu dibantah Pertamina dan ini alasannya.

"Petral dibuka di Singapura karena masalah strategi operasional bisnis Pertamina saja," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir saat ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu (23/1/2013).

Dikatakan Ali, Singapura dipilih karena merupakan salah satu negara yang menjadi pusat perdagangan minyak di Asia Pasifik.

"Karena Singapura merupakan pusat perdagangan minyak di Asia Pasifik, dan tentunya suatu kelaziman kita buka di Singapura (Petral) untuk kepentingan trading arm di sana," jelas Ali.

Kata Ali, perlu diketahui Petral adalah trading arm di Pertamina. Petral adalah kepanjangan tangan Pertamina yang mengurusi impor minyak.

"Tetapi Petral tidak diberi kewenangan untuk memutuskan hal apapun, karena semuanya ada ditangan kantor pusat Pertamina (direksi Pertamina)," tegas Ali.

Bahkan dengan keberadaan Petral di Singapura, Pertamina mendapatkan keringanan dari pemerintah Singapura yakni berupa insentif pajak

Ini Alasan Pertamina Bikin Kantor Petral di Singapura

Rista Rama Dhany - detikfinance.Rabu, 23/01/2013 18:29 WIB.Halaman 2 dari 2
"Dengan Petral di Singapura, kita mendapatkan insentif pajak dari pemerintah Singapura, bahkan kita mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Singapura karena Petral dinilai sebagai perusahaan yang baik dan transparan," tambah Ali.

Ali mengibaratkan, Petral adalah seperti sebuah restoran terkenal dan besar yang membuka agen di sebuah pasar induk yang memasok bahan kebutuhan restoran mereka.

"Saya ibaratkan, kalau sebuah pasar induk di Jakarta, jualan sayur dan macam-macam, ada restoran ternama yang pasti akan membuka agen di pasar tersebut untuk memasok kebutuhan restoran tersebut. Jadi ini masalah operasional bisnis saja," cetus Ali.

Petral selama ini bertugas membeli minyak dari luar negeri untuk kebutuhan di Indonesia. Banyak pihak yang seringkali mencurigai adanya praktik kongkalikong dalam pengadaan impor minyak di Petral.

Petral Dituding 'Sarang Mafia', Ini Jawaban Pertamina

Rista Rama Dhany - detikfinance.Rabu, 23/01/2013 17:49 WIB.
  Foto: Dok. detikFinance
Jakarta -
Anak usaha Pertamina yaitu PT Pertamina Energy Trading (Petral) yang mengurusi impor BBM hingga saat ini masih dituding banyak pihak sebagai sarang mafia minyak. Apa jawaban Pertamina?

"Kalau Petral dituding sarang mafia, tidak terbuka, tidak bersih, itu tidak benar. Karena Pertamina saat ini sudah menerapkan IFRS (Internasional Financial Reporting System) yang diakui dunia," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir, ketika ditemui di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (23/1/2013).

Kata Ali, di dalam negeri Pertamina diaudit oleh akuntan publik. Kemudian soal penyerapan anggaran subsidi BBM, Pertamina diaudit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Sedangkan di domestik kita diaudit akuntan publik, PSO (subsidi) kita diaudit BPK bahkan BPKPP juga ikut di dalamnya, kurang apa lagi? Kurang transparan apa Pertamina," kata Ali.

Bahkan untuk menjamin transparansi Pertamina, kata Ali, Pertamina sudah menerapkan I-Cover.

"Sudah IFRS, BPK, BPKP, diaudit akuntan publik yang ternama, kita tambah lagi I-Cover, audit Pertamina tambah transparan lagi, kalau sudah setelanjang itu masih ada tudingan ada mafia, ya itu terserah masing-masing pihak yang menilai," tandasnya.

Petral ini berdomisili di Singapura dan tugasnya adalah membeli minyak dari luar negeri untuk kebutuhan di Indonesia. Banyak pihak yang seringkali mencurigai adanya praktik kongkalikong dalam pengadaan impor minyak di Petral.

PETRAL ISTANA MAFIA MINYAK (Anak Perusahaan Pertamina yang Bermarkas disingapura)

Posted: Mei 23, 2012 in Fakta dan Realita Penjajah Modrn
http://ardhimorsse.wordpress.com/2012/05/23/petral-istana-mafia-minyak-anak-perusahaan-pertamina-yang-bermarkas-disingapura/ 

ALUNAN tembang yang dilantunkan Krisdayanti menyemarakkan perhelatan Pertamina Press Awards di Assembly Hall Jakarta Hilton Convention Center, Sabtu pekan lalu. Direktur Utama Pertamina, Ariffi Nawawi, bersama jajaran direksi BUMN kuda laut itu, duduk di barisan paling depan. Mereka tampak sumringah menonton suguhan hiburan yang juga dimeriahkan humor segar P Project.

Sejumlah pejabat Kementerian BUMN, anggota DPR, wartawan, dan ratusan tamu undangan menghadiri acara Pertamina yang memberi penghargaan kepada insan pers itu. Ariffi hanyut dalam acara tersebut. Ketika GATRA mencoba mengonfirmasikan kasus Petral, ia berulang kali menolak. “Jangan-jangan,” katanya. Direktur Hilir Pertamina, Harry Purnomo, ikut menyela. “Ini lagi launching, kita bicara launching saja,” katanya.

Petral, kependekan dari Pertamina Energy Trading Limited, memang lagi jadi tema. Anak perusahaan Pertamina di Singapura itu, sejak pekan lalu, ramai diberitakan media massa karena kebobolan duit US$ 8,25 juta.

Kasus ini menambah panjang daftar penjarahan terhadap BUMN perminyakan beraset lebih dari Rp 100 trilyun itu. Banyak tangan kotor yang ditengarai ikut mengeruk duit Pertamina. Caranya macam-macam. Yang paling sering adalah menggembungkan nilai proyek, seperti kasus Kilang Balongan, yang hingga kini perkaranya masih berkubang di Gedung Kejaksaan.

Pembobolan Petral mencuat ke permukaan, setelah Ariffi Nawawi membeberkan pekara itu dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Rabu pekan lalu. Raibnya fulus Petral, menurut Ariffi, berawal dari adanya transaksi derivatif, berupa jual-beli minyak mentah dengan perusahaan di Singapura. Jangka waktunya enam bulan. Petral menjaminkan US$ 9 juta di sebuah bank di Singapura. Selama transaksi, kurs rupiah menguat terhadap dolar.

Selisih duit yang seharusnya disetor ke kocek Petral justru diberikan ke perusahaan di Singapura tadi. Hingga kini, kata Ariffi, Pertamina tak mengetahui ke mana duit itu mengalir. “Ada oknum yang memalsukan tanda tangan direksi sehingga dana bisa cair,” ujar Ariffi. Perkaranya, katanya, sudah dilaporkan ke polisi Singapura.

Namun, penelusuran GATRA menemukan versi lain pembobolan Petral. Laporan Audit Internal Pertamina bertanggal 23 Oktober 2003 memaparkan kronologi dan kesimpulan kasus Petral. Dokumen yang dibuat pada masa Pertamina dipimpin Baihaqi Hakim ini juga dilengkapi hasil pemeriksaan terhadap petinggi perusahaan yang dianggap tahu perkara tersebut.

Tercatat empat eksekutif Petral diperiksa Tim Pemeriksa Pertamina. Mereka adalah Soekono Wahjoe (Direktur Utama Petral hingga September 2003), Zainul Ariefin (Direktur Keuangan Petral hingga September 2003), Muchsin Bahar (Komisaris Utama Petral), dan Burhanuddin Hasan (Komisaris Petral). Beberapa pegawai Petral, dari manajer hingga sekretaris, juga diperiksa. Tim audit itu beranggotakan lima orang, diketuai Hari Subagya dengan pengawas Sumi Harjono.

Pencurian deposito Petral sebenarnya sudah terendus pada akhir Juni 2002. “Waktu itu, saya minta dilakukan investigasi,” kata Ainun Naim, mantan Direktur Keuangan Pertamina, kepada GATRA. Doktor ekonomi lulusan Temple University, Amerika Serikat, ini curiga, karena perintah pemindahan US$ 9 juta duit Petral dari Credit Suisse Singapore Branch ke rekening Pertamina di BNI Gambir, Jakarta, ditolak bank.

Ainun minta duit itu ditransfer karena sudah ngendon di Credit Suisse selama lima bulan. Sedangkan fasilitas kredit yang dijanjikan tak kunjung cair. Demikian juga ketika perintah yang sama diulang pada Agustus 2002. Hasilnya tetap nihil. Kemudian investigasi dilanjutkan secara resmi dengan membentukan Tim Pemeriksa Petral, berdasar surat keputusan Direktur Utama Pertamina Baihaqi Hakim pada Juli 2003.

Deposito Petral sebesar US$ 9 juta di Credit Suisse itu awalnya disetor pada 15 Februari 2002, sebagai jaminan pemberian fasilitas kredit dari bank. Perusahaan minyak ini juga mendepositokan uangnya, antara lain, di Sumitomo Bank, BNP Paribas Hong Kong, dan Bank Mandiri, dengan tujuan sama. Dari bank-bank lain, pendanaan mengalir lancar. Tapi, tak sepeser pun dana mengucur dari Credit Suisse.

Perkongsian Petral dengan Credit Suisse bermula dari perkenalan Zainul Ariefin, Direktur Keuangan Petral ketika itu, dengan Lim Chee Chien, Asisten Direktur Kredit Credit Suisse yang kini tak lagi menjabat. Keduanya dipertemukan Dedy H. Garna, pemilik Aceasia Commercial Enterprises Ltd –perusahaan yang terdaftar di British Virgin Islands pada 18 Juni 2001.

Zainul bahkan pernah bertandang ke rumah Dedy di Bandung, ketika pengusaha “kota kembang” itu menikahkan anaknya pada 2002. Zainul juga mengenalkan Dedy pada Soekono Wahjoe, ketika itu Direktur Utama Petral.

Dalam dokumen pemeriksaan Tim Audit Internal Pertamina disebutkan, Soekono menyatakan pernah mengunjungi rumah Dedy. Ia menyebut nama Boediono, yang menemaninya selama di Bandung. Boediono adalah pengusaha yang dikenal punya hubungan akrab dengan sejumlah direksi Pertamina. Tapi, ketika dihubungi GATRA, Boediono mengaku tak tahu-menahu soal pertemuan Dedy dengan Soekono itu. “Nggak, nggak ada itu,” katanya, singkat.

Aceasia sempat menawarkan dana US$ 40 juta untuk Petral. Namun, Soekono Wahjoe tak berminat. Kemudian Dedy menggandeng Lim Chee Chien menawarkan dana dari Credit Suisse, dengan syarat ada jaminan US$ 9 juta tadi. Petral kepincut. Menurut penelusuran auditor, Aceasia sangat berperan dalam perkongsian antara Petral dan Credit Suisse.

Zainul lalu mentransfer US$ 9 juta dari rekening Petral di BNP Paribas Hong Kong ke Credit Suisse Singapore. Tiga hari kemudian, perjanjian pemberian fasilitas kredit untuk Petral diteken. Petral diwakili Soekono Wahjoe dan Zainul Ariefin. Credit Suisse diwakili Phillipe Mettraux dan Joseph Sim.

Pada kesempatan itu, ikut ditandatangani pula dokumen board of resolution, yang memperluas kerja sama kredit hingga mencakup pertukaran devisa dan penarikan tunai. Bila penarikan duit dilakukan, Petral akan berutang sejumlah duit yang ditarik, sementara duit jaminan masih sebagai deposito. Sesuai dengan perjanjian itu, baik Zainul maupun Soekono berwenang melakukan transaksi tanpa persetujuan dewan komisaris.

Inilah yang jadi pangkal persoalan. Menurut Muchsin Bahar, sebagaimana tertuang dari pemeriksaan terhadapnya, board of resolution yang menyetujui perluasan kerja sama kredit di luar bisnis inti Petral itu harusnya ditandatangani lebih dulu oleh dewan komisaris. Karena belum ada, seharusnya direksi Petral menarik board of resolution itu. Tapi tak dilakukan.

Burhanuddin Hasan, komisaris sewaktu kasus itu terjadi, mengaku hanya tahu sedikit ihwal kasus Petral ini. Tapi, ia tak mau bicara kepada GATRA. Di manajemen Petral yang baru, Burhanuddin masih menjadi komisaris.

Dedy dan Lim Chee Chien yang paham dengan kebijakan pencairan dana itu kemudian memanfaatkan situasi. Mereka, berdasar versi audit, memalsu tanda tangan komisaris Petral pada dokumen board of resolution. Perintah pencairan duit US$ 8 juta dari rekening Petral untuk dipindahkan ke Aceasia di Credit Suisse, dengan memalsu tanda tangan Zainul, lalu dibuat. Perintah itu tak menggunakan kop surat resmi.

Selanjutnya, laporan rekening bulanan Petral di Credit Suisse yang seharusnya dikirim ke kantor dilayangkan ke rumah Zainul Ariefin di Peck Hay Road, Singapura. Zainul mempertanyakan hal itu kepada Dedy H. Garna. Pengusaha ini memberi alasan Petral akan pindah kantor, sehingga korespondensi dialamatkan ke rumah Zainul. Direktur Keuangan Petral itu tak keberatan.

Karena duit sudah dipindah ke Aceasia, posisi keuangan Petral berubah. Petral kini punya deposito US$ 9 juta, sekaligus utang ke Credit Suisse US$ 8 juta. “Pada laporan bulan Maret, utang itu muncul,” kata Zainul, sebagaimana disebut dalam dokumen audit Pertamina. Sebenarnya kondisi itu terjadi sejak Februari.
Kepada tim audit, Zainul menyatakan tak tahu alasan munculnya utang di laporan rekening Petral dari bank. Sehingga ia tak melaporkan posisi utang itu dalam laporan bulanan. Zainul mengaku pernah menanyakan hal itu kepada Credit Suisse. Dijawab Lim Chee Chien, bank tak bisa mengungkapkan soal itu.

Dalam laporan kas bulanan pada Juni 2002, posisi utang itu juga tak dicantumkan. Untuk menunjukkan seolah-olah ada transfer –setelah ada perintah dari Ainun– dalam laporan posisi kas Petral 24-28 Juni 2002, ditulis uang di Credit Suisse sudah dipindahkan ke BNI Gambir. Jumlahnya US$ 8,9 juta. Sehingga saldo Petral di BNI menjadi US$ 19,7 juta. Padahal, rekening korannya di BNI Gambir hanya US$ 10,86 juta ketika itu. Artinya, pemindahan dana itu fiktif belaka.

Zainul Ariefin mengaku menerima pesan “khusus” dari Pertamina Jakarta. Isinya, kalau ada kontrak kerja sama dengan Aceasia, duit Petral boleh dipertahankan di Singapura. Jika tak ada kontrak, rekening di Credit Suisse harus ditutup. Tapi, Zainul tak ingat nama sang pemberi pesan.
Berbekal “masukan” tadi, Zainul mengontak Dedy dan mendesaknya agar membuat kontrak kerja sama. “Kami ingin uang tetap di Singapura,” katanya. Sebab, menurut dia, menggunakan fulus di Singapura untuk bisnis Petral lebih mudah dibandingkan dengan memakai dana dari Jakarta.

Kontrak kerja sama pengelolaan duit Petral oleh Aceasia kemudian diteken Zainul dan Dedy Garna pada 12 Agustus 2002. Surat berlaku surut sejak 27 Februari 2002 atau sehari setelah pemindahan rekening Petral ke Aceasia. Pemberlakukan perjanjian secara surut ini, menurut Zainul, untuk memberikan keuntungan kepada Petral, karena deposito sudah ada sejak Februari.

Penandatanganan perjanjian tersebut, masih kata Zainul, tak diberitahukan kepada Soekono Wahjoe. “Kata dia, tanda tangan saya sudah cukup karena nanti juga bisa diubah,” katanya. Dalam kontrak itu disebutkan, Aceasia menjadi pengelola US$ 8 juta duit Petral di Credit Suisse. Sebagai imbalannya, Petral mendapat bunga investasi US$ 900.000 sampai saat jatuh tempo.

Pada perjanjian itu juga disebutkan, jatuh tempo pembayaran pokok investasi dan bunga kepada Petral pada 14 Maret 2003. Aceasia ternyata wanprestasi. Tim audit berkesimpulan, tindakan Zainul telah melampaui wewenang jabatannya. Ia meneken kontrak perjanjian dengan pihak di luar Petral, tanpa persetujuan tertulis Direktur Utama Petral. Belakangan, Zainul memang memberitahu Soekono, tapi sudah terlambat.

Petral juga menghadapi masalah lain, yakni membayar utang US$ 8 juta yang tercatat di buku Credit Suisse yang jatuh tempo pada 10 April 2003. Sehari sebelumnya, manajemen Petral berunding di kantor Petral untuk menyelesaikan kasus ini. Masukannya ada dua. Pertama, menutup rekening Petral di Credit Suisse. Kedua, utang ditutup dengan deposito Petral yang ada di bank tersebut.

Mereka memilih opsi kedua. Pilihan inilah yang menyebabkan Petral menanggung rugi US$ 8 juta, ditambah bunga investasi yang seharusnya diterima Petral sebesar US$ 250.000. Langkah ini dinilai tim audit bisa melemahkan posisi Petral. Sebab, dengan cara itu, berarti Petral mengakui utang.

Zainul lalu menghubungi Joseph Sim dari Credit Suisse. Ia ingin tahu penyebab munculnya utang US$ 8 juta. Ia juga menanyakan adakah duit yang ditransfer dari rekening Petral. Joseph mengiyakan. Ia menyebutkan, transfer terjadi pada 26 Februari 2002. “Saya shock dan tak percaya ada yang berbuat aniaya seperti itu,” kata Zainul kepada tim audit. Joseph juga memberitahu, perintah transfer itu atas nama Zainul.

Direktur Keuangan Petral itu lantas minta Joseph mengirimkan dokumen perintah transfer tersebut. Meski tanda tangan di dokumen mirip dengan tekenannya, ia merasa tak pernah menorehkannya. Akhirnya, pada 17 April 2003, Zainul melaporkan kasus ini ke polisi.

Dokumen transfer yang berisi tanda tangan Zainul diserahkan ke Health Security Authority Singapura untuk diteliti keasliannya. Hasilnya dinyatakan palsu. Karena “bodong”, Petral beranggapan pemindahan duit ke rekening Aceasia tak sah. Namun, bank hingga kini belum mau mengembalikan duit Petral itu.

Dedy Garna, yang diduga punya andil penting dalam pembobolan duit Petral, belum jelas keberadaannya. Penelusuran GATRA untuk mencarinya belum membuahkan hasil. Walau begitu, Zainul, seperti dinyatakan kepada tim audit, optimistis Petral bakal bisa menarik duitnya. Begitu juga Soekono Wahjoe. “Kami hanya minta tanggung jawab bank yang telah mengeluarkan uang dengan tak hati-hati,” katanya.

Ia menyerahkan penyelesaian perkara dengan pihak Aceasia kepada kepolisian Singapura. Pada 16 Desember 2003, Petral menuntut Credit Suisse ke pengadilan Singapura. Harapannya, duit segera kembali ke kocek Petral. Sehingga wajah Petral yang kini murung segera berubah sumringah, seperti pejabat Pertamina ketika mendengarkan suara Krisdayanti.

Irwan Andri Atmanto, Astari Yanuarti, dan Rachmat Hidayat

[Laporan Utama, GATRA, Edisi 7 Beredar Jumat 27 Desember 2003]

Isu korupsi seputar penjualan Minyak anak usaha PT Pertamina, Pertamina Energy Trading Ltd ( PT Petral )kembali menjadi bola panas. Isu ini memang sudah lama digemboskan ke publik, tetapi tak jelas eksekusinya. Desakan pengusutan korupsi Petral ini pertama kali keluar dari mulut Ketua DPR RI Marzuki Alie tanggal 22/2/2012 lalu. Marzuki meminta pemerintah mengevaluasi PT Petral yang diduga melakukan penyelewengan tender minyak. PT Petral diduga telah merugikan negara dengan membeli minyak tanpa tender dari Pertamina sebanyak 800 ribu perbarel setiap hari. Diduga total minyak yang dibeli Petral mencapai USD 18 miliar per tahun.

Menurut Marzuki, praktik-praktik yang dilakukan oleh PT Petral terkait ekspor-impor minyak mentah atas kerjasama dengan PT Pertamina itu melanggar ketentuan hukum soal pengadaan tender proyeknya. Marzuki meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar kasus ini. Pasalnya, berdasarkan keterangan yang dia peroleh, ada indikasi dugaan korupsi yang didasarkan pada tindakan praktik yang dianggap mencurigakan serta soal laporan transparansi transaksi keuangan dari PT Pertamina terkait yang dilakukan oleh PT Petral.  Pernyataan Marzuki itu seolah ingin membuka kota pandora dari Petral.

Betapa tidak, pada hari yang sama (22/2/2012; Baca, Vivanews) Menteri BUMN, Dahlan Iskan, selaku pemegang saham Pertamina langsung mengeluarkan pernyataan. Dahlan  memandang Petral mengganggu citra dan kinerja PT Pertamina. Dahlan mengusulkan agar membubarkan Petral.

Dahlan menjelaskan, citra Pertamina sering terganggu oleh isu mengenai Petral sebagai tempat korupsi. Petral yang berkantor di Singapura dituduh orang-orang sulit mengontrol dan direksi Pertamina mendapatkan komisi dari transaksi Petral.Untuk itu, Dahlan telah berbicara dengan Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, beberapa waktu lalu untuk membubarkan Petral, dan ternyata dirut Pertamina pun menyetujui usulannya. Dengan pembubaran Petral, maka citra Pertamina yang saat ini sedang membangun GCG tidak akan terganggu. Dirut Pertamina sendiri mempunyai opsi lain, yaitu memindahkan Petral ke Indonesia dan tidak lagi menjadi anak perusahaan Pertamina.

Pernyataan Dahlan inipun ditanggapi positif oleh Rhanald Kasali (Guru besar Manajemen UI, Bubarkan Petral? Baca; Kompas, 1/3/2012). Menurut Kasali gagasan membubarkan Petral yang diajukan Dahlan adalah sebuah gagasan tulus agar Pertamina bersih dari urusan politik. Tetapi ini harus dijawab apakah benar Petral dibubarkan? Apakah benar jika ditaruh di Jakarta terjamin bersih? Kasali mengatakan, Petral harus dijauhkan dari politisi.

Apalagi Kasali mengaku pernah melakukan riset soal Petral sampai ke Singapura seputar perusahaan dagang termasuk Petral. Setelah proses transformasi tahun 1999, Petral sudah menjadi milik Pertamina dan berevolusi dari broker menjadi anak usaha yang fokus pada trading. Kasali mengatakan perdagangan minyak di Singapura berlomba-lomba mempengaruhi harga dan tendernya diselenggarakan oleh Platts (Mid Oil of Plats).

Pertannyannya yang perlu diajukan adalah mengapa Petral harus dijauhkan dari Politisi? Bukankah Marzuki adalah politisi?

Dinamika politik kita terlihat bahwa sesama politisi saling membuka kotak hitam sesama lawan politiknya. Lebih khusus ketika Parpol yang dikendarainya sedang oleng. Marzuki adalah politisi Partai Demokrat (PD ) yang sedang ini dalam sakratul maut akibat kasus suap yang menyeret mantan Bendahara Partainya, M. Nazarudin. Lantas apakah pernyataan Marzuki perlu ditelusuri lebih lanjut?

KPK seharusnya menangkap peluang dari konspirasi jahat para politisi ini, karena dalam keadaan gawat darurat, mereka saling membongkar aib para lawan politiknya. Apalagi Marzuki sendiri memiliki banyak bisnis di dunia Migas dan sekarang sedang gencar membangun smelter di Papua. Politisi yang sudah malang-melintang di bisnis pertambangan dan migas tentu mengenal kawan-lawannya.

Politisi Partai Demokrat kelahiran Palembang, 6 November 1955 ini, kini menjabat sebagai Ketua DPR dan salah satu figur penting di Partai Demokrat karena ia menjabat sebagai wakil ketua dewan pertimbangan partai.

Marzuki tercatat sebagai Presiden Komisaris PT GLOBAL PERKASA INVESTINDO sejak 2006. Perusahaan ini berencana membangun copper smelter di Timika, Papua dengan estimasi produksi 400,000 tons copper cathode per tahun. Itu berarti lebih besar dari PT Smelting Co (270,000 tons per tahun) di Gresik, Jawa Timur, dimana PT Freeport Indonesia memiliki 25% sahamnya.Salah satu sumber informasi menjelaskan bahwa PT Global Perkasa Investindo is an exclusive Natural Resources company.

Sumber informasi lainnya: http://www.sisminbakum.go.id, menyatakan bahwa perusahaan ini adalah perusahaan global yang bergerak dalam bidang besi baja.

Sumber informasi lainnya: http://www.bumn.go.id/pln/galeri/foto/plta-terbesar-di-papua-direktur-utama-p-2542/, mengungkapkan bahwa PT Global Perkasa Investindo pada 11 Juni 2011 lalu, di Jakarta, telah menandatangani MoU dengan PT PLN dan China Huadian Engineering Co. Ltd Internasional Company untuk melaksanakan studi pengembangan potensi tenaga air sungai Yawei di Papua yang nantinya akan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terbesar di provinsi tersebut. Sungai Yawei ini terletak lebih kurang 70 km sebelah barat Timika, ibu kota kabupaten Mimika, propinsi Papua.

Wajar jika Dahlan mengusulkan tugas yang selama ini diemban Petral untuk jual-beli minyak mentah dan BBM akan ditangani oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia. “Karena ini kan masalah trading, tapi ini baru gagasan,” katanya.

Dahlan melanjutkan, tugas-tugas Petral membeli minyak mentah dan dikelola di kilang minyak Pertamina  jangan ditangani oleh dua direktur Pertamina seperti dahulu.

Namun, beberapa pihak menolak Petral dibubarkan. Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) menilai anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina Trading Energy Ltd (Petral) tidak perlu untuk dibubarkan.

Ketua Puskepi Sofyan Zakaria menuturkan yang perlu dilakukan yaitu lebih meningkatkan sistem dan pengawasannya guna meminimalisir penjualan minyak ilegal. Menurutnya, jika Petral dibubarkan dan dibuat lagi Petral lain sepanjang masih ada orang-orang kuat tersebut tetap saja perusahaan dan orang-orangnya itu tidak akan berani menentang dan melawan perintah orang-orang kuat tersebut apalagi jika dalam permainan itu juga memberi keuntungan pribadi buat mereka.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menegaskan, Petral secara normal sebagai sole trading-arm melaksanakan kegiatan trading Pertamina. Pertamina sebagai induk perusahaan memberikan dukungan penuh terhadap operasional Petral.Petral tetap menjalankan fungsinya dalam pengadaan minyak mentah maupun produk BBM untuk kebutuhan dalam negeri. “Semua transaksi bisnis tetap berjalan normal
seperti biasa dan Petral yang 100% sahamnya dikuasai oleh Pertamina mendapatkan dukungan penuh dari Perseroan dalam menjalankan bisnis tersebut,” tutur Karen Agustiawan.

Keberadaan Petral sebagai sole trading arm yang sekaligus menjalankan fungsi market intelligent bagi Pertamina, merupakan best practices dalam bisnis trading minyak mentah dan produk BBM yang terjadi di pasar global. Bahkan, dengan dukungan kompetensi yang dimiliki Petral, Pertamina berhasil melakukan efisiensi pengadaan minyak mentah dan produk BBM senilai US$283 juta selama 2011 lalu.

Petral saat ini tercatat sebagai perusahaan peringkat 8 besar dari 1.000 perusahaan terbesar yang menjalankan bisnisnya di Singapura, di atas GS Caltex Singapore Pte Ltd (ke-9), Sinochem International Oil (Singapore) Pte Ltd (ke-12), Petrobras Singapore Private Limited (ke-16), Shell Eastern Petroleum (Pte) Ltd (ke-17), CNOOC Trading (Singapore) Pte Ltd (ke-25), ConocoPhillips International Trading Pte Ltd (ke-37), dan Singapore Petroleum Company Limited (ke-42) berdasarkan 25th Annual Ranking Edition yang dikeluarkan oleh Singapore 1000 & SME 1000 tahun 2012. Petral juga merupakan salah satu dari sedikit perusahaan yang mendapatkan corporate tax incentive dengan tarif 5% dari besaran normal 17,5%.

Saat ini Petral juga telah mengembangkan bisnis, di samping sebagai pemasok utama bagi Pertamina untuk mendukung ketahanan energi nasional, yang diharapkan akan menjadi salah satu pemain utama bisnis trading minyak mentah dan BBM di pasar regional. Untuk mendukung pengembangan bisnis tersebut, Petral bersama Pertamina telah memulai pengembangan Hyperterminal BBM Pulau Sambu berkapasitas 3 juta barel dan Terminal BBM Tanjung Uban 2,5 juta barel yang akan mendukung bisnis Petral dan ketahanan energi dalam negeri.

Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun menambahkan kepercayaan pasar dan mitra merupakan modal kunci dalam bisnis trading minyak mentah dan BBM di pasar global. Petral telah
memperoleh kepercayaan dan dukungan finansial dari bank-bank internasional dengan mendapatkan credit facility sebesar US$3,5 miliar.Ketidakpastian informasi tentang Petral di dalam negeri akhir-akhir ini telah mengganggu kepercayaan pasar kepada Petral yang pada akhirnya bisa berpengaruh terhadap pasokan energi nasional.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Pertamina Energy Trading Ltd Nawazir mengatakan pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan produk BBM telah dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar. Perusahaan-perusahaan yang mengikuti tender merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) Petral untuk mendapatkan rekanan yang eliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

Untuk mengikuti tender, Petral membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk setiap perusahaan yang berminat, asalkan dapat memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan. Persyaratan ini diperlukan untuk mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak terjadi gagal suplai yang menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

Tunjuk Langsung

Pengadaan beberapa minyak mentah yang tidak dijual bebas atau terbatas, yang dilakukan secara langsung kepada perusahaan nasional produsen maupun pihak yang ditunjuk oleh produsen untuk memasarkan minyak mentah tersebut. Contoh penunjukan langsung adalah pengadaan Arab Light dari Aramco yang tidak diperjualbelikan secara bebas, dan Azeri dari PTT Thailand, yang mempunyai penyimpanan minyak mentah Azeri yang terbesar di luar Azerbaijan.

Selain dengan dua perusahaan itu, pengadaan langsung juga dilakukan dengan Kuwait Petroleum Company dan Petronas (Malaysia). Khusus untuk PTT Thailand dan Petronas Malaysia, Pertamina bekerja sama dengan kedua perusahaan minyak nasional tersebut dalam kerangka kerjasama ASCOPE (ASEAN Council on Petroleum), yaitu wadah kerja sama antar perusahaan minyak nasional di ASEAN.

Dalam pengadaan minyak mentah dan BBM, diperlukan pengetahuan pasar dan keahlian trading yang tinggi. Strategi untuk pembelian harus ditentukan untuk mencegah harga melambung tinggi dan menghindari mark-up. Untuk penunjukan langsung harus dilakukan kepada Perusahaan Minyak Nasional (National Oil Company seperti Aramco, KPC, Petronas dan PTT). Hal ini sesuai dengan aturan dan dilakukan untuk menghindari praktek broker dan mark-up harga. Perusahaan Minyak Nasional dikenal melarang praktek broker dan uang komisi dan selalu mempunyai pengawas internal dalam mencegah praktek korupsi.

Adapun, pembelian bensin Premium selalu diadakan melalui tender tender terbuka yang diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun Major Oil Company (MOC). Petral membeli bensin Premium setiap bulan lebih dari 8 juta barrel. Supplier yang sering memenangkan tender bensin Premium adalah Arcadia, Total, Glencore, Vitol, Concord, Verita, Gunvor, PPT, Kernel, Bp, Unipec, Petrocina, Petronas, Shell, Trafigura, SK, Conoco. Pembelian bensin Premium dilakukan secara tender karena produsennya kebanyakan adalah para Trader di Singapura yang melakukan proses blending di Singapura.

Untuk pengadaan Solar secara spot dilakukan tender terbuka yang diikuti oleh 30 perusahaan yang terdaftar. Sedangkan pengadaan jangka panjang, ditunjuk empat Perusahaan Minyak Nasional yaitu Kuwait Petroleum Company, Petronas Malaysia, PTT Thailand dan S-Oil yang dimiliki oleh Saudi Aramco.

Keempat perusahaan minyak tersebut mempunyai kilang minyak yang memproduksi Solar. Penunjukan keempat Perusahaan Nasional tersebut untuk mencegah para trader Singapura melakukan penimbunan dan spekulasi harga yang merugikan Pertamina serta praktik penyelundupan solar bersubsidi ke Singapura.

Pemegang Saham Petral dan Kinerja Petral merupakan perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Companies Ordinance Hong Kong, berkedudukan di Hong Kong. Saat ini, sebanyak 99,83% saham Petral dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) dan sisanya dimiliki oleh Presiden Direktur Petral sebagaimana diatur dalam Companies Ordinance Hong Kong.

Petral membukukan trading 2011 sebanyak 266,42 juta barel yang terdiri dari 65,74 juta barel minyak mentah dan 200,68 juta barel berupa produk. Dari aktivitas perdagangannya, Petral membukukan pendapatan sebesar US$31,4 miliar dengan profit margin sebesar US$47,5 juta. Petral berhasil membukukan efisiensi harga yang didapat terhadap market price pada tahun 2011 adalah Rp2,6 T untuk pengadaan Produk BBM (Mogas 88 RON & HSD 0.35% S) serta Rp0,4 T untuk pengadaan Crude impor.
Petral diperlukan berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh konsultan McKinsey dengan pertimbangan:

•  Penunjukkan kepada Petral dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran harga pasar yang sebenarnya, dikarenakan Anak Perusahaan bertindak sebagai Trading Arm yang menjalankan fungsi Market
Inteligence Pertamina di tengah-tengah pasar regional Singapore.
•  Berada di tengah pusat financial dan institusi Keuangan yang diperlukan dalam pendanaan pengadaan.
•  Untuk mendapatkan fleksibilitas operasional yang lebih cepat dibandingkan Pertamina secara korporasi.

Persyaratan Menjadi Rekanan Petral
Saat ini sesuai dengan Surat Komisaris No. 072/K/DK/2009 tanggal 26 Februari 2009, dan RRD No. RRD-42/C00000/2009/S0 tanggal 22 April 2009, Petral ditunjuk sebagai single trading arm untuk kegiatan impor yang berkedudukan di Singapura. Yang bisa menjadi pemasok MM dan BBM untuk Pertamina adalah badan usaha yang telah memenuhi persyaratan sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) Petral. Kriteria ini diperlukan untuk mendapatkan rekanan yang reliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

Kriteria peserta tender :

1. Listed company pada major global stock exchange dan atau perusahaan yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh negara (state owned company) yang bergerak di bidang produksi, pengolahan, atau trading crude oil, refined produk, LNG, atau petrochemical.
2. Perusahaan yang memiliki total equity minimum US$50 juta yang terlihat dari Laporan Keuangan audited terakhir yang diaudit oleh salah satu 4 besar kantor audit (EY, KPMG, PWC, dan Deloitte)
3. Perusahaan yang memiliki asset yang mendukung pola usaha, misalnya kilang, fasilitas storage, fasilitas blending, shipping facilities atau mitra potensial tersebut mempunyai minimum 1 tahun long term contract fasilitas. Besar fasilitas ini minimal sama dengan besar fasilitas trading yang ada.
Best Practices kegiatan trading MM/BBM di global market yang dilakukan oleh perusahaan minyak lain, juga menggunakan Trading Arm (sebagian besar di Singapore) seperti halnya Pertamina. Sebagai contoh:
• Relliance – Relliance Global Energy Services pte Ltd. (Singapore)
• PTT – PTT Trading di Singapore
• SK – SK Energy International (Singapore)• PetroChina – PetroChina International (Singapore) Pte. Ltd.
• Total – Total Oil Trading SA (TOTSA) di Singapore
• Shell – Shell International Eastern Trading Co (SIETCO) di Singapore
• BP – BP Singapore Pte. Limited•        Petronas – Petronas Trading Corporation (PETCO) di Kuala Lumpur
• CNOOC – China Offshore Oil (Singapore) International Pte. Ltd
• S-Oil – S-Oil Corporation Singapore Branch

Prosedur Tender Minyak Mentah di Petral Singapore

1. Petral secara resmi menerima permintaan kebutuhan minyak mentah dari Pertamina.
2. Berdasarkan permintaan resmi Pertamina, Petral mengirim undangan tender ke para supplier yang telah terregister sesuai dalam daftar DMUT (daftar mitra usaha terseleksi) yang telah disahkan oleh risk management department  Petral
3. Undangan yang didalamnya memuat nama-nama minyak mentah yang akan dibeli, kuantitas, tanggal kedatangan di kilang Pertamina dan tujuan kilang Pertamina, serta persyaratan lainnya, dikirim lewat email ke masing masing  Perusahaan dalam DMUT.
4. Para supplier kemudian mengirim penawarannya sebelum tanggal penutupan tender melalui surat eletronik ke alamat khusus yang sudah ditentukan oleh management Petral.
5. Kemudian dilakukan pembukaan penawaran disaksikan oleh tim tender. Anggota tim tender diketuai oleh Head of Trading Petral dengan anggota dari fungsi trader, keuangan dan risk management.
6. Harga terbaik kemudian disampaikan ke Pertamina tanpa menyertakan nama perusahaan yang menawarkan minyak mentah tersebut. Kemudian Pertamina dengan menggunakan software Linear Programming GRTMPTS menghitung minyak mentah yang paling menguntungkan untuk dibeli, tanpa mengetahui siapa penjual minyak mentah tersebut.
7. Pertamina kemudian memberitahu Petral secara resmi, minyak mentah mana saja yang dibeli oleh Pertamina.
8. Petral kemudian menegosiasikan sekali lagi untuk mendapatkan harga yang lebih baik dan kemudian secara final membeli minyak mentah yang ditentukan tersebut.

Pemenang Tender 3 Bulan Terakhir

Dalam tender yang dilaksanakan oleh Petral dalam 4 bulan terakhir, telah dibeli minyak mentah oleh Petral sbb. :
1. Bulan Januari 2012 : Akpo dibeli dari Verita Oil, Azeri dibeli dari PTT Thailand, Nemba dibeli dari Verita Oil, Bonny Light dibeli dari Vitol, Seria dibeli dari Verita Oil dan Girassol dibeli dari Repsol.
2. Bulan February 2012 : Akpo dibeli dari Eni, Azeri dibeli dari PTT Thailand, Champion dibeli dari Shell Brunei, Espo dibeli dari Vitol, Qua Iboe dibeli dari BP, Vityaz dibeli dari Verita Oil dan Saharan dibeli dari Eni.
3. Bulan Maret 2012 : Tidak ada spot tender karena jumlah stok minyak mentah mencukupi.
4. Bulan April 2012 : Azeri dibeli dari PTT Thailand, Akpo dibeli dari
Total, Sokol dibeli dari BP dan Vityaz dibeli dari Verita Oil.  Dari data di atas terlihat jelas bahwa minyak mentah Azeri memang dikuasai oleh PTT Thailand sebagai pihak yang ditunjuk oleh produsen Azeri di Azerbaijan untuk memasarkan Azeri di Asia Pacific. PTT Thailand selalu menawarkan Crude Azeri dengan harga yang paling murah.
Setelah tender dilaksanakan di Singapura oleh Petral, terlihat pergeseran pihak pemenang tender. Kini tender hanya bisa dimenangkan oleh perusahaan-perusahaan yang memang pemain minyak yang mempunyai nama besar dan jaringan yang kuat. Tidak ada lagi perusahaan-perusahaan oportunis yang dapat memenangi tender yang sudah sangat transparan ini.

Proporsi Pengadaan Minyak Mentah

Berdasarkan data pengadaan minyak mentah (MM) selama tahun 2011, secara garis besar porsi pengadaan MM untuk suplai Kilang Pertamina adalah sebagai berikut:
MM Domestik : 65 %
Arabian Light Crude : 13 % (term Saudi Aramco)
MM Impor via PES (Petral Energy Services Pte Ltd : 22% (via spot dan term)
Pola pengadaan Minyak Mentah Impor menggunakan dua Pola, yaitu Spot dan Term, dan biasanya dilakukan melalui tender oleh PES, kecuali yang tidak diperdagangkan secara umum atau diperdagangkan secara terbatas seperti ALC dan crude oil lainnya. Perbandingan antara total Spot Vs Term adalah sekitar 30% Vs 70%.
Efisien Harga Pembelian Minyak Mentah dan Produk BBM
Dari hasil pemilihan strategi pembelian yang tepat, Petral berhasil melakukan penghematan di tahun 2011 sebagai berikut :
1. Harga pembelian minyak mentah Petral rata-rata USD 113.95 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 119.45 per barrel.
2. Harga pembelian Bensin Premium Petral rata-rata USD 118.50 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 123.70 per barrel.
3. Harga pembelian Solar Petral rata-rata USD 126.70 per barrel dibandingkan dengan harga rata-rata pasar USD 132.90 per barrel.

Alasan Memilih Singapura Sebagai Basis

•  Singapura merupakan pusat perdagangan MM dan produk BBM di kawasan Asia dan tempat berkumpulnya trading arm/supplier MM dan produk BBM
. Singapura merupakan salah satu dari pusat perdagangan MM dan BBM dunia, seperti Jenewa, London, Houston, Dubai, dan Singapura sendiri.
• Hingga saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang berbadan hukum Indonesia mampu melakukan penawaran MM dan produk BBM kepada Pertamina/PES.
• Menghindari/mengurangi tekanan politis yang biasa terjadi dalam pengadaan MM dan produk BBM.
•  Singapura merupakan tempat publikasi yang biasa diacu oleh para pemain di pasar minyak mentah dan produk BBM.
Beberapa anggota DPR periode 2009 lalu juga telah mengungkap korupsi dibalik tender Petral ini. Ade Daud dan mantan anggota DPR Boy Saul, beserta kuasa hukum Johnson Panjaitan menyambangi kantor Petral. Mereka meminta klarifikasi perihal dugaan kolusi dalam praktik tender.Selain dengan dua perusahaan itu, pengadaan langsung juga dilakukan dengan Kuwait Petroleum Company dan Petronas (Malaysia).
Khusus untuk PTT Thailand dan Petronas Malaysia, Pertamina bekerja sama dengan kedua perusahaan minyak tersebut dalam kerangka kerjasama Ascope (Asean Council on Petroleum), yaitu wadah kerja sama
antaperusahaan minyak nasional di Asean. Hal ini sesuai dengan aturan dan dilakukan untuk menghindari praktik percaloan dan mark-up harga.
Adapun, pembelian bensin premium selalu diadakan melalui tender terbuka yang diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun Major Oil Company (MOC). Petral membeli bensin premium setiap bulan lebih dari 8 juta barel.
Untuk pengadaan solar secara spot, Petral menggelar tender terbuka yang diikuti 30 perusahaan. Sedangkan untuk pengadaan jangka panjang ditunjuk empat perusahaan minyak yaitu Kuwait Petroleum Company, Petronas Malaysia, PTT Thailand, dan S-Oil milik Saudi Aramco.
Penunjukan keempat perusahaan tersebut bertujuan untuk mencegah trader Singapura menimbun dan spekulasi harga yang merugikan Pertamina serta praktik penyelundupan solar bersubsidi ke Singapura.

Sejarah

Petral, yang tadinya bernama Perta Oil, mulai digemukkan. Caranya dengan memberikan kontrak jangka panjang impor minyak Pertamina. Anak perusahaan yang sahamnya pernah dipegang Bob Hasan dan Tommy Soeharto itu juga dilibatkan dalam tender impor minyak. Sejak saat itulah, porsi impor dari tender, yang sebelumnya 80 persen, diturunkan menjadi 20 persen. Sebaliknya, porsi impor dari kontrak dinaikkan dari 20 persen menjadi 80 persen. Hanya dalam waktu tiga tahun, kinerja Petral yang diberi modal awal US$ 30 juta itu semakin mengkilap. Volume perdagangannya naik dari 155 ribu barel per hari pada 2001 menjadi 321 ribu barel per hari pada 2002, dan 365 ribu barel per hari pada 2003. Petral menjadi terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah Vittol. (FHM)

kami ajak teman2 tuips menghitung secara kasar berapa kerugian negara akibat korupsi Petral/Pertamina/MRC cs. Data harga rata2 minyak mentah dunia 2011 sesuai dept ESDM AS tahun : US$ 87.3/ barrel. Kita bulatkan saja jadi US$ 87. Harga rata2 minyak produk (Gasoline dan Diesel) = US$ 94 dan US$ 102 / barrel. Ini utk kualitas tinggi. Kalau gasoline = pertamax super.

Tahun 2011 Petral beli minyak produk Gasoline rata2 US$ 118/ barrel dan Solar/ Diesel US$ 123/ barel. Jumlah pembelian 200,6 juta/barrel, Artinya selisih harga beli impor Petral US$ 20/ barel dari harga rata2 crude, Gasolide dan Diesel/Solar. Berapa kerugian negara / rakyat?, Kerugian negara/uang rakyat yg dicuri Petral dan Mafia Minyak Thn 2011 = 200,6 juta barel x US$ 20= US$. 4.012 M atau Rp. 37 triliun !!.

Informan saya broker minyak Singapore bilang : “Kalian orang Indonesia BODOH !! ditipu mafia minyak dan Petral puluhan tahun !!!!”, Dia lanjutkan : harga minyak brent saja paling tinggi tercatat sepanjang thn 2011 hanya US$ 126. itu pun sebentar..rata2 dibawah US$ 100, Harga minyak mentah/crude rata2 US$ 87 / barrel. Petral beli dengan harga rata2 thn 2011 US$ 103 / barel ! Gilaaaaaaaaak !!, petral beli 66 juta barel Crude tahun 2011. Selisih harga beli minyak impor Crude Petral = US$ 26 / barel x 66 juta = US$ 1.716 Milyar !. petral beli 66 juta barel Crude tahun 2011. Selisih harga beli minyak impor Crude Petral = US$ 26 / barel x 66 juta = US$ 1.716 Milyar !



Apakah itungan tersebut abal2? Silahkan ada google ttg harga rata2 minyak dunia, harga beli petral, volumenya dan jenis2nya..silahkan !

Lalu anehnya (seperti kebingungan alm. Wamen ESDM) : RI impor gasoline kualitas tinggi, kok Pertamax volumenya sedikit yg beredar?, Nah, minyak produk / Gasoline/ Pertamax plus yg diimpor Petral itu DIOPLOS oleh mafia2 minyak. Dicampur dgn premium oktan rendah !!. Minyak mentah/Crude kita pun dioplos oleh mafia minyak dan petral. 1/3 kualitas bagus yg harganya 80-100/barrel dioplos 2/3 minyak jelek.

Kasus minyak mentah oplosan inilah yg sempat tertangkap dan dikenal dgn kasus kasus ZATAPI. Hanung cs/ pejabat2 Pertamina jd tersangka. kilang minyak RI kapasitasnya terbatas. Banyak yg rusak tapj sengaja tdk diperbaiki agar impor minyak produk semakin naik tiap tahun.

Bgmn cara Petral mengakali harga beli minyak mentah/ produk yg dimark up itu? Caranya : beli minyak mentah RI dgn harga tinggi juga, Contoh : harga minya mentah dunia US$ 85 / barrel. Tapi Petral bilang ke Pertamina, dia beli harga minyak RI seharga US$ 100/barrel. Sehingga jika Petral beli harga minyak mentah middle east dan africa seharga US$ 103/barrel, seolah2 harga itu sdh murah. Trus, tidak akan ada timbul pertanyaan ketika Petral beli harga produk US$ 118 atau US$ 123 / barrel. Pdhl biaya pengolahan hny US$ 2,52. Semua pemain minyak dunia tahu persis bhw selisih minyak mentah dan produk tidak sampai US$ 10/ barrel. Sdh termasuk biaya distribusi.


Silahkan anda teman2 tuips google..berapa total biaya pengolahan minyak mentah menjadi minyak produk, biaya distribusi : US$ 5 -9/barel, Kita rakyat Indonesia senasib sepenanggungan telah ditipu dan dirampok oleh Mafia Minyak, Petral dan Pertamina dengan beking penguasa. 2 minggu yg lalu Ketua MK Mafhud MD teriak : PERTAMINA PALING KORUP !! Pertamina gertak mau somasi, eeh..diam2 datang ke rumah Mahfud. Metro TV kelepasan bicara mafia minyak di Saresahan Anak Negeri..Pertamina siram uang ke Metro TV..amaan..gilaaaaaak !!.

Korupsi mafia minyak, pertamina dan petral ini harus dihentikan !! Rakyat yg harus hentikan. Ada lagi skenario mereka utk bobol Negara.

Saya sudah diinfokan oleh pemain2 minyak singapore, sebentar lagi akan ada proyek X puluhan triliun. Bobol uang negara juga, Nanti jika data2 sudah ditangan, saya akan bongkar rencana korupsi puluhan triliun Proyek X yg penuh mark up itu. Anda ingat ketika ribuan mobil rusak karena pump oil jebol? Itu akibat oplosan minyak impor dan premium otkan rendah yg keterlaluan.


Intinya, mafia2 minyak ini terus merampok uang negara dan rugikan rakyat. Apalagi 2014 semakin dekat. Mereka hrs siapkan 15-20 trliun.

Saya hanya beri pencerahan kepada rakyat & rakyat harus sadar musuh utama kita adalah : Mafia minyak, mafia anggaran, mafia tambang dst.

Sekian dulu..saya ada janji ketemu relasi pukul 2 siang ini…terima kasih. Mari kita usir para mafia penghisap darah rakyat !

PT Petral, anak perusahaan Pertamina diminta untuk tidak berkantor di Singapura. Seharusnya berkantor dan menggunakan bendera Indonesia. Pasalnya, kalau di Singapura, tidak akan memberikan keuntungan bagi Indonesia. Kita kehilangan potensi pajak. Kemudian Indonesia akan kesulitan melakukan pengawasan terhadap kinerja Petral.

Pendapat tersebut disampaikan mantan Anggota DPR, Ade Daud Nasution kepada Zulkarmedi Siregar. Berikut keterangan lengkapnya :

Sebagai mantan Anggota Komisi VII DPR yang membidangi soal energi, bagaimana Anda melihat pengelolaan energi kita khususnya yang dilakukan Pertamina selama ini?

Pengelolaan minyak kita memang sangat berbeda dengan pihak asing.  Kalau di luar, terpusat pada satu titik, angkanya mencapai rata-rata 1 juta barel. Kalau kita berserakan pada titik-titik, hanya pada angka 5000 barel. Minyak kita itu tidak bisa dikelola lebih jauh, tidak bisa dibuat turunannya. Minyak yang didelola di Duri, Riau itu misalnya, hanya bisa dipakai langsung dibakar.


Anda bersama beberapa aktivis pernah melaporkan Petral ke KPK soal adanya tudingan korupsi. Apa sebenarnya yang Anda laporkan ke KPK?

Petral beli minyak dari Azerbaijan, seharusnya dilaksanakan pembeliannya secara G to G. Ini malah menggunakan pihak ketiga, yakni melalui  perusahan perdagangan minyak Thailand, PTT.  PTT oleh Petral disebut  bisa menjual lebih murah. Tapi berdasarkan data yang kita peroleh ternyata lebih mahal. Kenapa kita beli dari Azerbaijan?  Minyak Azerbaijan itu memang cocok dengan kondisi kita.

Seperti apa datanya?

Data yang kita peroleh, Petral menyebut harga minyak yang dibeli dari PTT Thailand US$ 2,75, tapi Azerbaijan menawarkan hanya US$2,70. Itu artinya ada selisih 5 sen. Itu pun belum negosiasi, karena ini kan perjanjian G to G. Dari harga pengangkutan kapal bisa turun, dari biaya asurasni bisa turun, cara bayar, kalau pakai LC akan lebih mahal daripada menggunakan telegrafic, barang jalan dan setelah sampai baru bayar.

Sejauh mana kebenaran pernyataan Ketua MK, Mahfud MD, yang menuding Pertamina sarang korupsi?

Semua lembaga negara ini semua hampir korupsi, bukan hanya Pertamina. DPR lebih gila lagi. Pertamina lebih banyak lagi proses pengawasannya yang ketat. Prosesnya pengelolaan sudah memiliki manajemen yang baik, pengawasan internal dan eksternalnya ada, jadi lebih sulit untuk melakukan korupsi.  Banggar  DPR semua main. Wa Ode  akan bongkar semua.


Artinya, dengan sistem dan pengelolaan manajemen yang diterapkan Pertamina memang sulit untuk terjadinya korupsi?

Korupsi tetap ada saja. Ini kan persoalan mental. Apakah seseorang yang bekerja di Pertamina, memang niatnya bekerja atau mencari duit secara tidak benar.

Apakah benar Pertamina masih dijadikan bancakan oleh berbagai pihak termasuk partai politik?

Pertamina, melalui Petral membeli minyak satu bulannya US$ 32 miliar . Untuk itu harus ditata. Apakah pantas Pertamina menunjuk Petral yang berdomisili di Singapura. Apakah memang di Indonesia tidak mampu, tidak memiliki sarana komunikasi, sistem perbankan yang kondusif. Pertamina sekarang sudah memiliki balance, neraca perhitungan rugi laba yang transparan, waktu saya menjadi anggota DPR periode 2004-2009 belum ada.

Bisnis perdagangan minyak memang bukan remeh temeh. Coba saja dihitung, setiap hari, Indonesia mengimpor minyak mentah 300.000 barel dan bahan bakar minyak (BBM) 500.000 barel atau totalnya 800.000 barel.

Kalau harga impor minyak mentah dan BBM disamakan saja sebesar 100 dolar AS per barel, maka setiap hari, uang yang ditransaksikan mencapai 80 juta dolar atau Rp720 miliar.

Dalam setahun, jumlahnya berlipat menjadi Rp260 triliun. Suatu angka yang menggiurkan siapa pun.
Meganya bisnis perminyakan juga sering kali menimbulkan spekulasi adanya pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya.

Dalam konotasi negatif, mereka sering disebut mafia minyak.

Mereka, di antaranya dituding membuat industri perminyakan di Indonesia menjadi tidak efisien, mengendalikan bisnis minyak PT Pertamina (Persero), yang dijalankan anak usahanya, Pertamina Pertamina Energy Trading Limited (Petral), dan memperoleh “fee” hingga triliunan rupiah.

Namun, hingga kini, tudingan tersebut masih belum ada kebenarannya.

Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto berpendapat, besarnya bisnis minyak, membuat tidak semua pihak punya kemampuan melakukannya.

Dengan demikian, secara alamiah, pasar minyak memungkinkan terjadinya penguasaan beberapa pedagang (trader) saja.

“Hal inilah yang kemudian diasosiasikan sebagai kartel atau dalam konotasi yang cenderung negatif adalah mafia minyak,” katanya.

Petral sendiri juga telah berulang kali membantah proses tender baik minyak mentah maupun BBM diatur mafia.

Pada akhir Februari 2012, Petral menunjukkan proses transparansi tender minyak kepada belasan wartawan asal Indonesia yang diundang secara khusus ke kantornya di Kawasan Orchard, Singapura.

Para wartawan diperlihatkan proses tender minyak mentah sebanyak 4-6 kargo atau sekitar 2,4-3,4 juta barel untuk memenuhi kebutuhan Mei 2012.

Untuk tender itu, Petral mengundang 52 perusahaan yang memang sudah terdaftar sebagai rekanan minyak.
Undangan tender disampaikan melalui surat elektronik beberapa hari sebelumnya.

Dari hasil tender yang dilakukan melalui elektronik itu, sebanyak 13 rekanan memasukkan penawaran dengan total 33 kargo.

Presdir Petral Nawazir mengatakan, sistem tender yang dipakai saat ini berbeda dengan dulu.
Petral kini memakai sistem tender yang menjamin proses berlangsung adil dan transparan.
“Siapa pun yang mampu, boleh ikut tender, sehingga kami bisa memilih penawar dengan harga terbaik,” ujarnya.

Pertamina setidaknya memiliki 53 rekanan impor minyak mentah dan pemasok BBM sekitar 30 perusahaan.
Di antara rekanan terdaftar tersebut adalah BP, Shell, Chevron, ENI, ExxonMobil, StatOil, Total Trading, PTT Thailand, dan Itochu.

“Bagaimana kami bisa atur tender yang diikuti perusahaan kelas dunia itu,” kata Nawazir.
Pada 2011, dengan sistem tersebut, Petral mencatat efisiensi impor BBM senilai 283 juta dolar AS atau Rp2,6 triliun, karena realisasi harga di bawah pasar.

Pasokan minyak mentah Pertamina berasal dari domestik 67 persen, 13 persen diimpor langsung dari Saudi Aramco, dan 20 persen impor melalui Petral.

Selama tahun lalu, Petral merealisasikan volume perdagangan minyak mentah dan produk BBM sebanyak 266,42 juta barel. Terdiri atas minyak mentah 65,74 juta barel atau rata-rata 180.000 barel per hari dan produk jadi 200,68 juta barel atau 550.000 barel per hari.

Pada 2011, Petral membukukan laba bersih 47,5 juta dolar AS atau naik 53 persen dibandingkan 2010.
Selain “trader”, Petral yang didirikan di Hongkong juga berfungsi sebagai “market intelligent” bagi Pertamina.

Laporkan

Pri Agung menyarankan, kalau memang ada pihak tertentu mempunyai bukti keterlibatan mafia minyak yang merugikan negara atau Pertamina, maka sebaiknya melaporkannya ke pihak berwenang seperti KPK dan kepolisian.

Hal senada dikemukakan Anggota Komisi VIII DPR, Achmad Rilyadi.
Menurut dia, pelaporan ke KPK akan memberikan kejelasan peran mafia minyak sesungguhnya.

“Apakah memang benar ada mafia atau tidak? Dengan demikian, tidak ada dusta di antara kita,” ucap politisi asal PKS tersebut.

Sementara, kolega Pri Agung di ReforMiner, Komaidi Notonegoro mengatakan, terlepas dari ada atau tidaknya mafia minyak, pemerintah perlu membenahi tata kelola industri migas.

Pada sektor hulu, pemerintah mesti meningkatkan kinerja baik produksi maupun cadangannya yang kini terus menurun.

Demikian pula hilirnya, perlu dilakukan upaya menutup defisit yang terus meningkat.
“Pemerintah perlu tegas memacu dan melindungi sektor migas baik di hulu maupun hilir,” ujarnya.
Di samping itu, menurut dia, program pengalihan konsumsi BBM, khususnya transportasi ke gas yang tersedia melimpah di dalam negeri juga akan mengurangi peran mafia minyak.

“Kalau semua sudah pakai gas, maka tidak ada lagi mafia minyak,” kata Komaidi.
Pengembangan gas dan energi alternatif lain seperti panas bumi, angin, surya, air, dan nabati juga merupakan wujud diversifikasi pasokan energi.

Sementara, produk BBM atau minyak mentah yang harganya relatif mahal sebaiknya diekspor, sehingga diperoleh devisa.

“Ini juga dilakukan Iran. Mereka menggunakan gas dan nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya, sedangkan minyak diekspor untuk membangun bangsanya,” katanya.

Hata rajasa adalah salah satu tokoh mafia minyak yang bergabung di PETRAL.

Upaya lainnya adalah menaikkan harga BBM sesuai keekonomiannya, sehingga kalaupun ada mafia yang bermain, tertutup peluang dan geraknya.

Kenaikan harga BBM juga membuat APBN tidak terbebani beban subsidi sekaligus mengurangi penyalahgunaan distribusi.
“Untuk itu, sekali lagi diperlukan keseriusan semua pihak, terutama pemerintah untuk mewujudkannya,” katanya.
Pada akhirnya, kalau itu semua dilakukan, diharapkan ketahanan energi dapat tercapai dan dipertahankan secara berkelanjutan.
suber info :
http://antipartai.net/2012/05/15/berbagi-rampokan-tapaksakti-blog-com20120509petral-culas-rakyat-terhempas/
23 Feb 2012 17:33

Petral Lakukan Tender Terbuka Pembelian Minyak

SINGAPURA - http://www.pertamina.com/en/news-room/news-release/archieve-2012/petral-lakukan-tender-terbuka-pembelian-minyak/

Pengadaan minyak mentah maupun produk BBM pada umumnya dilakukan dengan tender terbuka yang saat ini diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar.

Presiden Direktur PT Pertamina Energy Trading Ltd Nawazir mengatakan pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan produk BBM telah dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar. Perusahaan-perusahaan yang mengikuti tender merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) Petral untuk mendapatkan rekanan yang eliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

"Petral membeli minyak mentah dari Nigeria, Asia, Australia dan juga negara-negara eks Rusia. Pengadaan tersebut pada prinsipnya semua dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan," katanya.

Untuk mengikuti tender, Petral membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk setiap perusahaan yang berminat, asalkan dapat memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan. Persyaratan ini diperlukan untuk mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak terjadi gagal suplai yang menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

Dia menambahkan hanya pengadaan beberapa minyak mentah yang tidak dijual bebas atau terbatas, yang dilakukan secara langsung kepada perusahaan nasional produsen maupun pihak yang ditunjuk oleh produsen untuk memasarkan minyak mentah tersebut. Contoh penunjukan langsung adalah pengadaan Arab Light dari Aramco yang tidak diperjualbelikan secara bebas, dan Azeri dari PTT Thailand, yang mempunyai penyimpanan minyak mentah Azeri yang terbesar di luar Azerbaijan.

"Harga perolehan Azeri yang dibeli dari PTT Thailand secara langsung terbukti lebih murah daripada harga perolehan Azeri yang dilakukan melalui tender terbuka."

Selain dengan dua perusahaan itu, pengadaan langsung juga dilakukan dengan Kuwait Petroleum Company dan Petronas (Malaysia). Khusus untuk PTT Thailand dan Petronas Malaysia, Pertamina bekerja sama dengan kedua perusahaan minyak nasional tersebut dalam kerangka kerjasama ASCOPE (ASEAN Council on Petroleum), yaitu wadah kerja sama antar perusahaan minyak nasional di ASEAN.

Dalam pengadaan minyak mentah dan BBM, diperlukan pengetahuan pasar dan keahlian trading yang tinggi. Strategi untuk pembelian harus ditentukan untuk mencegah harga melambung tinggi dan menghindari mark-up. Untuk penunjukan langsung harus dilakukan kepada Perusahaan Minyak Nasional (National Oil Company seperti Aramco, KPC, Petronas dan PTT). Hal ini sesuai dengan aturan dan dilakukan untuk menghindari praktek broker dan mark-up harga. Perusahaan Minyak Nasional dikenal melarang praktek broker dan uang komisi dan selalu mempunyai pengawas internal dalam mencegah praktek korupsi.

Adapun, pembelian bensin Premium selalu diadakan melalui tender tender terbuka yang diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun Major Oil Company (MOC). Petral membeli bensin Premium setiap bulan lebih dari 8 juta barrel. Supplier yang sering memenangkan tender bensin Premium adalah Arcadia, Total, Glencore, Vitol, Concord, Verita, Gunvor, PPT, Kernel, Bp, Unipec, Petrocina, Petronas, Shell, Trafigura, SK, Conoco. Pembelian bensin Premium dilakukan secara tender karena produsennya kebanyakan adalah para Trader di Singapura yang melakukan proses blending di Singapura.

Untuk pengadaan Solar secara spot dilakukan tender terbuka yang diikuti oleh 30 perusahaan yang terdaftar. Sedangkan pengadaan jangka panjang, ditunjuk empat Perusahaan Minyak Nasional yaitu Kuwait Petroleum Company, Petronas Malaysia, PTT Thailand dan S-Oil yang dimiliki oleh Saudi Aramco.

Keempat perusahaan minyak tersebut mempunyai kilang minyak yang memproduksi Solar. Penunjukan keempat Perusahaan Nasional tersebut untuk mencegah para trader Singapura melakukan penimbunan dan spekulasi harga yang merugikan Pertamina serta praktik penyelundupan solar bersubsidi ke Singapura.

"Harga yang didapat melalui pembelian jangka panjang lebih murah daripada pembelian spot melalui tender yang terutama diikuti para trader," tutur Nawazir.

FACTSHEET

Pemegang Saham Petral dan Kinerja
Petral merupakan perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Companies Ordinance Hong Kong, berkedudukan di Hong Kong. Saat ini, sebanyak 99,83% saham Petral dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) dan sisanya dimiliki oleh Presiden Direktur Petral sebagaimana diatur dalam Companies Ordinance Hong Kong.

Petral membukukan trading 2011 sebanyak 266,42 juta barel yang terdiri dari 65,74 juta barel minyak mentah dan 200,68 juta barel berupa produk. Dari aktivitas perdagangannya, Petral membukukan pendapatan sebesar US$31,4 miliar dengan profit margin sebesar US$47,5 juta. Petral berhasil membukukan efisiensi harga yang didapat terhadap market price pada tahun 2011 adalah Rp2,6 T untuk pengadaan Produk BBM (Mogas 88 RON & HSD 0.35% S) serta Rp0,4 T untuk pengadaan Crude impor.

Petral diperlukan berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh konsultan McKinsey dengan pertimbangan:

  • Penunjukkan kepada Petral dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran harga pasar yang sebenarnya, dikarenakan Anak Perusahaan bertindak sebagai Trading Arm yang menjalankan fungsi Market Inteligence Pertamina di tengah-tengah pasar regional Singapore.
  • Berada di tengah pusat financial dan institusi Keuangan yang diperlukan dalam pendanaan pengadaan.
  • Untuk mendapatkan fleksibilitas operasional yang lebih cepat dibandingkan Pertamina secara korporasi.

Persyaratan Menjadi Rekanan Petral

Saat ini sesuai dengan Surat Komisaris No. 072/K/DK/2009 tanggal 26 Februari 2009, dan RRD No. RRD-42/C00000/2009/S0 tanggal 22 April 2009, Petral ditunjuk sebagai single trading arm untuk kegiatan impor yang berkedudukan di Singapura. Yang bisa menjadi pemasok MM dan BBM untuk Pertamina adalah badan usaha yang telah memenuhi persyaratan sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) Petral. Kriteria ini diperlukan untuk mendapatkan rekanan yang reliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

Kriteria peserta tender :

  1. Listed company pada major global stock exchange dan atau perusahaan yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh negara (state owned company) yang bergerak di bidang produksi, pengolahan, atau trading crude oil, refined produk, LNG, atau petrochemical.
  2. Perusahaan yang memiliki total equity minimum US$50 juta yang terlihat dari Laporan Keuangan audited terakhir yang diaudit oleh salah satu 4 besar kantor audit (EY, KPMG, PWC, dan Deloitte)
  3. Perusahaan yang memiliki asset yang mendukung pola usaha, misalnya kilang, fasilitas storage, fasilitas blending, shipping facilities atau mitra potensial tersebut mempunyai minimum 1 tahun long term contract fasilitas. Besar fasilitas ini minimal sama dengan besar fasilitas trading yang ada.

Best Practices kegiatan trading MM/BBM di global market yang dilakukan oleh perusahaan minyak lain, juga menggunakan Trading Arm (sebagian besar di Singapore) seperti halnya Pertamina. Sebagai contoh:

  • Relliance - Relliance Global Energy Services pte Ltd. (Singapore)
  • PTT - PTT Trading di Singapore
  • SK - SK Energy International (Singapore)· PetroChina - PetroChina International (Singapore) Pte. Ltd.
  • Total - Total Oil Trading SA (TOTSA) di Singapore
  • Shell - Shell International Eastern Trading Co (SIETCO) di Singapore
  • BP - BP Singapore Pte. Limited· Petronas - Petronas Trading Corporation (PETCO) di Kuala Lumpur
  • CNOOC - China Offshore Oil (Singapore) International Pte. Ltd
  • S-Oil - S-Oil Corporation Singapore Branch

Prosedur Tender Minyak Mentah di Petral Singapore

  1. Petral secara resmi menerima permintaan kebutuhan minyak mentah dari Pertamina.
  2. Berdasarkan permintaan resmi Pertamina, Petral mengirim undangan tender ke para supplier yang telah terregister sesuai dalam daftar DMUT (daftar mitra usaha terseleksi) yang telah disahkan oleh risk management department Petral
  3. Undangan yang didalamnya memuat nama-nama minyak mentah yang akan dibeli, kuantitas, tanggal kedatangan di kilang Pertamina dan tujuan kilang Pertamina, serta persyaratan lainnya, dikirim lewat email ke masing masing Perusahaan dalam DMUT.
  4. Para supplier kemudian mengirim penawarannya sebelum tanggal penutupan tender melalui surat eletronik ke alamat khusus yang sudah ditentukan oleh management Petral.
  5. Kemudian dilakukan pembukaan penawaran disaksikan oleh tim tender. Anggota tim tender diketuai oleh Head of Trading Petral dengan anggota dari fungsi trader, keuangan dan risk management.
  6. Harga terbaik kemudian disampaikan ke Pertamina tanpa menyertakan nama perusahaan yang menawarkan minyak mentah tersebut. Kemudian Pertamina dengan menggunakan software Linear Programming GRTMPTS menghitung minyak mentah yang paling menguntungkan untuk dibeli, tanpa mengetahui siapa penjual minyak mentah tersebut.
  7. Pertamina kemudian memberitahu Petral secara resmi, minyak mentah mana saja yang dibeli oleh Pertamina.
  8. Petral kemudian menegosiasikan sekali lagi untuk mendapatkan harga yang lebih baik dan kemudian secara final membeli minyak mentah yang ditentukan tersebut.

Pemenang Tender 3 Bulan Terakhir


Dalam tender yang dilaksanakan oleh Petral dalam 4 bulan terakhir, telah dibeli minyak mentah oleh Petral sbb. :

  1. Bulan Januari 2012 : Akpo dibeli dari Verita Oil, Azeri dibeli dari PTT Thailand, Nemba dibeli dari Verita Oil, Bonny Light dibeli dari Vitol, Seria dibeli dari Verita Oil dan Girassol dibeli dari Repsol.
  2. Bulan February 2012 : Akpo dibeli dari Eni, Azeri dibeli dari PTT Thailand, Champion dibeli dari Shell Brunei, Espo dibeli dari Vitol, Qua Iboe dibeli dari BP, Vityaz dibeli dari Verita Oil dan Saharan dibeli dari Eni.
  3. Bulan Maret 2012 : Tidak ada spot tender karena jumlah stok minyak mentah mencukupi.
  4. Bulan April 2012 : Azeri dibeli dari PTT Thailand, Akpo dibeli dari Total, Sokol dibeli dari BP dan Vityaz dibeli dari Verita Oil. Dari data di atas terlihat jelas bahwa minyak mentah Azeri memang dikuasai oleh PTT Thailand sebagai pihak yang ditunjuk oleh produsen Azeri di Azerbaijan untuk memasarkan Azeri di Asia Pacific. PTT Thailand selalu menawarkan Crude Azeri dengan harga yang paling murah.

Setelah tender dilaksanakan di Singapura oleh Petral, terlihat pergeseran pihak pemenang tender. Kini tender hanya bisa dimenangkan oleh perusahaan-perusahaan yang memang pemain minyak yang mempunyai nama besar dan jaringan yang kuat. Tidak ada lagi perusahaan-perusahaan oportunis yang dapat memenangi tender yang sudah sangat transparan ini.

Proporsi Pengadaan Minyak Mentah

Berdasarkan data pengadaan minyak mentah (MM) selama tahun 2011, secara garis besar porsi pengadaan MM untuk suplai Kilang Pertamina adalah sebagai berikut:

MM Domestik : 65 %

Arabian Light Crude : 13 % (term Saudi Aramco)

MM Impor via PES (Petral Energy Services Pte Ltd : 22% (via spot dan term)

Pola pengadaan Minyak Mentah Impor menggunakan dua Pola, yaitu Spot dan Term, dan biasanya dilakukan melalui tender oleh PES, kecuali yang tidak diperdagangkan secara umum atau diperdagangkan secara terbatas seperti ALC dan crude oil lainnya. Perbandingan antara total Spot Vs Term adalah sekitar 30% Vs 70%.

Efisien Harga Pembelian Minyak Mentah dan Produk BBM


Dari hasil pemilihan strategi pembelian yang tepat, Petral berhasil melakukan penghematan di tahun 2011 sebagai berikut :

  1. Harga pembelian minyak mentah Petral rata-rata USD 113.95 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 119.45 per barrel.
  2. Harga pembelian Bensin Premium Petral rata-rata USD 118.50 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 123.70 per barrel.
  3. Harga pembelian Solar Petral rata-rata USD 126.70 per barrel dibandingkan dengan harga rata-rata pasar USD 132.90 per barrel.

Harga pasar diperoleh dari publikasi PLATT Singapore, yang dikenal dapat dipercaya oleh seluruh pelaku perminyakan. Pada 2011, Pertamina telah membeli minyak sebanyak 266,42 juta barrel yang terdiri dari minyak mentah dan produk BBM.

Alasan Memilih Singapura Sebagai Basis

  • Singapura merupakan pusat perdagangan MM dan produk BBM di kawasan Asia dan tempat berkumpulnya trading arm/supplier MM dan produk BBM
  • Singapura merupakan salah satu dari pusat perdagangan MM dan BBM dunia, seperti Jenewa, London, Houston, Dubai, dan Singapura sendiri.
  • Hingga saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang berbadan hukum Indonesia mampu melakukan penawaran MM dan produk BBM kepada Pertamina/PES.
  • Menghindari/mengurangi tekanan politis yang biasa terjadi dalam pengadaan MM dan produk BBM.
  • Singapura merupakan tempat publikasi yang biasa diacu oleh para pemain di pasar minyak mentah dan produk BBM.

Good Corporate Governance

Saat ini, untuk mengukur penerapan GCG di Pertamina, termasuk Petral, telah ditetapkan 5 parameter yang dinilai. Pelaksanaan hak dan tanggung jawab pemegang saham diberi porsi 9 persen, penetapan kebijakan GCG mendapat porsi 8 persen. Untuk implementasi GCG, Pertamina menetapkan porsi terbesar 66 persen. Untuk pengungkapan informasi 7 persen dan komitmen mendapat porsi 10 persen.

Kerja keras untuk penerapan GCG ini sudah menuai hasil. Hal ini tercermin dari peningkatan posisi Pertamina dalam indeks rating GCG 86.79 persen di tahun 2010 dan mencapai tingkat kesehatan perusahaan SEHAT pada kategori AA dengan skor 90,85. Adapun, Petral juga telah menggunakan Ernst and Young dalam melakukan auditor terhadap kesehatan laporan keuangan perusahaan.

Perusahaan Raksasa dibalik Konspirasi Rahasia Zionis (NWO)

Posted: Mei 28, 2012 in Fakta dan Realita Penjajah Modrn
himorsse.wordpress.com/2012/05/28/perusahaan-raksasa-dibalik-konspirasi-rahasia-zionis-nwo/
 

 

Kita mungkin terkejut ketika mengetahui ternyata uang yang kita belanjakan selama ini sebagian besarnya untuk membantai bangsa Palestina. Barang-barang yang kita konsumsi sehari-hari mulai dari susu, penyedap rasa, telepon genggam(HP), kosmetik bayi, pakaian dan masih banyak lagi, punya andil untuk menjadikan kita sebagai seorang pembunuh berdarah dingin secara tidak langsung. Itulah yang terjadi sekarang. Produsen barang-barang tersebut sangat loyal kepada pemerintahan Israel yang sekarang membunuh puluhan jiwa rakyat Palestina yang tidak berdosa setiap harinya.

Bahkan, tak sedikit dari perusahaan itu secara terang-terangan mendukung penjajahan Israel atas bangsa Palestina. Berikut ini beberapa perusahaan-perusahaan tersebut.

America OnLine Time Warner (AOL Time Warner)

Perusahaan komunikasi terbesar yang menguasai Amerika. Hampir seluruh sahamnya dimiliki oleh orang-orang Yahudi. Sebagian produk perusahaan ini adalah Majalah Time-Live, Kantor Berita CNN. 30 persen keuntungan investasi raksasanya digunakan untuk kepentingan Israel. Tahun 1998, mendapat penghargaan JUBILEE AWARD-penghargaan tertinggi pemerintahan Israel yang diberikan kepada person atau lembaga- sebagai rasa terima kasih atas bantuan dan pertisipasi untuk kepentingan Zionisme Internasional.

APAX Partners & CO Ltd

Perusahaan ini bergerak hampir di berbagai lahan bisnis. Misalnya, Kemanan, Travel, Supermarket, Sponsor dan penyelenggara Grand Prix. Beroperasi di Amerika Serikat dan Inggris. Telah menginvestasikan 100 juta Dollar di Israel tahun 2000. Berencana untuk meningkatkan volume investasinya menjadi 600 juta Dollar untuk tiga tahun berikutnya. Mantan PM Netanyahu pernah memberikan penghargaan JUBILEE AWARD atas jasa-jasanya membantu Israel.

Coca Cola Company

Terhitung sebagai perusahaan raksasa dunia. 30 tahun lamanya mendukung Israel secara terang-terangan. Bahkan, membuat iklan yang menyakitkan hati ummat Islam. Dengan menampilkan Qubbatus Sakhra (Rock Dome) dalam iklannya. Coca cola mempunyai 200 lebih produk minuman. Namun hanya tiga yang terkenal, Coca Cola, Sprite, Fanta. Perusahaan ini sangat eksis di negara-negara Arab bahkan hampir di seluruh dunia karena didukung oleh konglomerat bahkan pemerintah setempat.

DANONE

Salah satu produsen susu, permen, biskuit, wafer dan bahan makanan. Mempunyai badan Riset dan Pengembangan di Israel. Loyalitasnya penuh untuk kepentingan Israel. Salah satu produknya di Indonesia adalah air mineral dengan merk AQUA. Mendapat penghargaan JUBILEE AWARD dari Israel tahun 1998.

DELTA GALIL

Termasuk salah satu produsen garmen Israel yang membantu Israel untuk mengusir bangsa Palestina dari negrinya sendiri. 25% sahamnya dimiliki oleh perusahaan Sara Lee(perusahaan pakaian jadi, makanan kaleng. Lihat keterangan di bawah) Mantan PM Israel Ehud Barak punya hubungan kekerabatan dengan ‘bos’ perusahaan ini. Diantara merk-merk produknya adalah Calvin Klein, Ralph Lauren, Hugo Boss, Donna Karan, DIM. Mempunyai jaringan garmen di Eropa. MARKS & SPENCER di Inggris, HEMA di Belanda, Carrefour dan Auchan di Perancis, LINDEKS di Swiss dan Tchibo di Jerman.

Walt Disney

Walaupun terdapat saham Amir Saudi Waleed bin Thalal di Walt Disney, namun perusahaan yang bergerak di bidang hiburan, film dan animasi ini murni mendukung Israel. Disney selalu berusaha untuk memburukkan citra Arab dan ummat Islam dalam produk-produknya. Ironisnya, 100 juta dollar hasil produksinya dibeli oleh TV Arab dan Timur Tengah serta 200.000 wisatawan Arab berkunjung ke Disney Land. Salah satu usahanya yang menonjol untuk mengubah sejarah ummat Islam dengan membuat pameran ‘Milenium’ dengan maksud untuk mempopulerkan alQuds sebagai ibukota ‘Abadi’ bagi Israel.

ESTEE LAUDER

Bos perusahaan ini Ronald Lauder merupakan bisnismen yang paling fanatik dengan keyahudiannya. Ia mengepalai beberapa lembaga fundamentalis Yahudi diantaranya Jewish National Fund. Produsen minyak wangi dan kosmetika ini mempunyai merk-merk terkenal seperti Aramis, Clinique, Dikny, Prescriptives, Origins, Mac Cosmetics, La Mer, Bobby Brown, Tommy Hilfiger, Jan, Donna Karan, Eifida, Stella Cosmetics, Jo Malone, Bombel & Bombel (Bb), Kat Spad.

IBM Company

Merupakan perusahaan komputer terbesar di Amerika dan dunia. Di Mesir, produk ini jarang dipakai karena harganya terlalu tinggi untuk level pribadi. IBM mempunyai investasi yang cukup besar di Israel. Bahkan mereka mendirikan badan Riset (R&D) dan mempekerjakan sekitar 2000 orang Yahudi di perusahaannya. Dalam pernyataannya di Jerusalem Post, Lawrence Ribkyrdi -vice president IBM- mengatakan bahwa tanah ini (tanah Palestina yang dijajah Israel), dan ideologi yang di anut (Zionisme) mempunyai arti yang sangat penting bagi IBM. Perusahaan ini juga telah menerima penghargaan berkali-kali dan salah satunya di masa pemerintahan Ariel Sharon.

Jhonson & Jhonson

Begitu pedih ketika kita mengetahui bahwa perusahaan yang memproduksi bahan-bahan kosmetika untuk anak-anak (bahkan ibu-ibu), pembasmi nyamuk, dan produk lainnya ini ternyata sangat mendukung penjajahan Israel. Produk-produk ini membanjiri rumah kita walaupun dengan harga yang lebih mahal ketimbang produk lainnya. Jhonson & Jhonson telah membeli Pabrik Pusains di Haifa seharga 400 juta Dollar pada September 1997. Pada masa Netanyahu, perusahaan ini mendapat penghargaan JUBILEE AWARD.

Kimberly-Clark

Produsen Tissu, pembalut wanita dan produk-produk perawatan diri wanita ini mempunyai investasi 14 juta dollar lebih. Produksinya banyak dipakai dinegara-negara Arab. Mempunyai merk-merk terkenal seperti tissu Kleenex, pembalut wanita KOTEX, Hugess, Andreeksi. Nilai investasinya di Israel mencapai 50 juta dollar. Pada masa Netanyahu, perusahaan ini menerima JUBILEE AWARD yang langsung diterima oleh President Direkturnya, Robert B Van Der Meero.

LEWIS TRUST

Kepala perusahaan ini-seorang Yahudi ekstrem-David Lewis merupakan salah seorang investor terbesar di bidang pariwisata dan perhotelan di Palestina. Perusahaannya-dengan mengumpulkan dana-mempunyai peranan penting terhadap meluasnya pendudukan Israel atas tanah bangsa Palestina. Diantara hotel-hotelnya Isrotel di Palestina, Eprotel di Spanyol dan Portugal. Juga beberapa savana di Inggris serta mempunyai merk pakaian River Island. David Lewis juga anggota pendiri Yayasan Inggris-Israel.

LOREAL

Perusahaan yang berproduksi alat-alat kecantikan wanita ini mempunyai sikap yang mendua. Ketika Liga Arab mempropagandakan embargo terhadap produk Israel, LOREAL termasuk yang akan menghentikan produksinya di Israel. Namun, akibat keputusannya ini LOREAL didenda 1,4 juta Dolar Amerika. Akhirnya bukan malah menyetop produksinya, justru malah menambah angka produksi. Sekarang ini LOREAL menjadikan Israel sebagai pusat produksinya. Bahkan sahamnya sebanyak 35 % dijual kepada perusahaan Interbeauty seharga 9 juta dolar. Hasil-hasil produksinya menjadi merk terkenal. Misalnya GIORGIO ARMANI, REDKEN AVENUE, VICHY laboratoires, La Roche Posay, Ralph Lauren, MAYBELLINE, BIOTHERM, Helen Rubinstein, Garnier.

MARKS & SPENCER

Perusahaan yang mempunyai jaringan butik di Inggris merupakan pendukung utama Israel dalam setiap aksinya. Tak ada perusahaan yang punya dukungan sebesar Marks & Spencer. Hal ini dituturkan sendiri oleh Lord Marcus Seif. Salah satu tujuan perusahaan ini didirikan adalah sebagai penopang pertumbuhan ekonomi bagi Israel. Sejarah berdirinya perusahaan ini memang penuh warna Yahudi. Bahkan jauh sebelum negara Yahudi diproklamirkan. Berdiri tahun 1884 oleh Michael Marks seorang Yahudi Rusia. Sejak berdiri, perusahaan ini melaju pesat dan dipimpin oleh tokoh-tokoh zionis. Selain mengumpulkan dana untuk membantu migrasi Yahudi ke bumi Palestina, mereka juga mendukung penuh Inggris-sebagai negara adidaya waktu itu-dalam perpolitikan untuk maslahat Israel. Mendapat penghargaan berkali-kali dari pemerintahan Israel. Salah satunya JUBILEE AWARD.

NESTLE

Sungguh mengejutkan hati, tatkala perusahaan yang berpusat di SWISS dan memproduksi bahan-bahan makanan menjadi salah satu perusahaan yang sangat membantu Yahudi dalam setiap aksinya. Perusahaan raksasa yang mempunyai cabang hampir di seluruh negara di dunia ini mempunyai tak kurang dari 17 laboratorium riset dan pengembangan (R&D). Diantara laboratorium yang terpenting ada di Israel. Operasinya khusus untuk mengembangkan makanan yang sesuai dengan Syari’at Yahudi. Sebanyak 50 % sahamnya dipegang oleh orang-orang Yahudi. Yang terbesar adalah “OSEM” memproduksi makanan. Pada masa Netanyahu, NESTLE dianugrahi

JUBILEE AWARD.

Cukup banyak produk-produk NESTLE. Diantaranya, susu NIDO, NESCAFE, VITTEL (merk dagang perusahaan air mineral, diantaranya adalah BARAKA), Pure Live, Susu Carnation, Lypies,Milk Maid, minuman coklat Nesquik, penyedap rasa MAGGI, Cross & Balckwell, coklat KITKAT, Milk Bar, Quality Street, Lion, Polo, makanan kucing Felix. Yang harus diketahui bahwa produk-produk NESTLE mempunyai nama dan merk sesuai dengan negara setempat.

News Corporation

Imperium produsen ‘kabar berita’ dan film yang beroperasi di AS dan dunia. Kaisarnya adalah seorang Yahudi Robert Murdoch. Investasinya diperkirakan mencapai 42 milyar dolar Amerika dengan income pertahun 14 milyar. Berupaya untuk selalu mempropagandakan ideologi Yahudi dengan teknologi yang dimiliki. Banyak perusahaan-perusahaan Arab yang membeli film-film produk New Corporation ini. Juga, tak sedikit pula yang menjalin kerjasama bisnis dengannya. Khusus di tanah pendudukan, News Corporation membuka lapangan kerja bagi para pemuda Yahudi. Begitu juga diseluruh cabang-cabangnya. Memiliki perusahaan film 20th CENTURY FOX, Tv FOX, FOX for Kids, SKY TV, StarTV, National Geographic Channel, koran Weekly Standard, News World, The Sun, Times, Sunday Times, Time Educational, Daily Telegraph, Herald Sun, Independent, News Photos, Sunday Herald, Sunday Meil, New York Post, dan sebagainya. Juga buku-buku serta jurnal khusus. Dari data diatas, cukuplah bagi Murdoch News Corporation untuk menutupi data dan fakta serta memplintir semua yang terjadi di Israel.

Perusahaan HP NOKIA.

Percaya atau tidak bahwa ternyata perusahaan komunikasi yang berpusat di Finlandia ini tak lain hanya salah satu media untuk melanggengkan penjajahan Israel. Investasi NOKIA di Israel mencapai 500 juta dolar AS. Juga memfasilitasi pembangunan pangkalan teknologi mutakhir yang dikontrol sepenuhnya oleh Israel. Hal ini diungkapkan secara jelas oleh pimpinannya, Lars Wolf. Bahkan Wolf menambahkan, seluruh aset komunikasi mutakhir digunakan untuk membantu Israel menjadi negara termaju dibidang komunikasi.

REVLON

Produsen kosmetika, hiburan dan seni. Seluruh produk kosmetiknya membawa merk dagang REVLON. Pemiliknya adalah seorang Yahudi fundamentalis-ekstrem, Milyarder Ronald Phrilman. Seorang yang sangat antusias mempropagandakan Holocaust seantero dunia. Selain memiliki perusahaan kosmetik REVLON, juga mengepalai New World Corporation di bidang hiburan dan perusahaan FORES. Tentu saja keuntungan yang didapat digunakan untuk kepentingan Yahudi.

Sara Lee

Memproduksi pakaian jadi, makanan kaleng serta kosmetik perawatan diri. Memiliki 25 % saham perusahaan DELTA GALIL ( keterangan diatas). Mendapat Penghargaan JUBILEE AWARD.

Silvryditch

Bergerak di bidang produksi alat kecantikan, minuman keras, roti dan biskuit serta bahan-bahan makanan. Keuntungan perusahaan ini sebagian besarnya didermakan untuk membantu Israel mengusir rakyat Palestina dari tanahnya sendiri.

The Limited

Salah satu perusahaan yang terang-terangan membantu Israel dengan segenap kemampuannya. Berdiri tahun 1963 di Ohio. Memiliki sekitar 2700 trade center ditambah 5 mall dengan menggunakan nama berbeda. Misalnya Express sekitar 668 tempat. The limited 389 tempat. Learner New York 560 tempat. Structure 369 tempat. New York and Company 79 tempat plus tempat-tempat lain. ‘Bos’ perusahaan ini adalah seorang Zionis Extrem, Lesley Wykanser. Anggota dewan pengurus sekte “Eimet” yang terdiri dari bisnismen dan politikus Yahudi. Dari lembaga inilah muncul kamar perang Informasi dengan tujuan membentuk opini Amerika dan Internasional untuk mendukung Israel dan memusuhi Arab dan Umat Islam secara kontinyu. Para tokoh Eimet ini diantaranya adalah Leonard Eibrimson-investor dibidang kesehatan(salah seorang ketua). Termasuk dalam dewan pengurusnya adalah Berny Markos, pendiri perusahaan Home Depot-, Lesley Wykanser-bos The Limited-, Edgar Brownfman-pemilik perusahaan Cygram-, Lo Dunberry, pialang di pasar uang Amerika Wall Street dan pemilik saham salah satu bank terbesar di Israel. Tokoh penting lainnya adalah Jean Kirk Patrick, mantan Duta Besar AS untuk PBB.

Home Depot

Perusahaan kedua terbesar di bidang bisnis. Keuntungan penjualannya pertahun mencapai 45 milyar dolar AS. Mengelola sekitar 1029 outlet di Amerika, 67 di Kanada, 7 di Amerika Latin plus mengelola 26 markas untuk menyelenggarakan pameran serta bekerja sama dengan 227 ribu orang. Mempunyai merk dagang EXPO (penyelenggara pameran), Villadger hardware, Giorgio light. Pemiliknya adalah Berny Markos salah saorang pengelola kamar perang informasi.

Intel

Perusahaan raksasa AS yang bergerak di bidang informasi dengan produknya yang terkenal Intel Pentium. Untuk memboikotnya termasuk yang paling sulit karena hampir semua hardware komputer bagian dari produknya. Intel merupakan lembaga teknologi Amerika yang mendukung penjajahan Israel atas bangsa Palestina secara terang-terangan. Tahun 1974, Intel membangun Labor Riset dan Pengembangan pertama diluar Amerika yaitu di Haifa. Sejak tahun itu Intel terus membantu pengembangan teknologi Israel baik secara komunikasi maupun militernya. Intel juga membangun pabriknya di tengah pemukiman Keryat Gat (nama sebelumnya ialah el Mansyiat el Iraq) dengan mengusir 2000 orang Palestina yang menghuni 300 rumah. Juga menghancurkan 2 mesjid dan sebuah sekolah. Dengan kapasitas 4000 orang Yahudi, maka Intel menjadikan tempat ini sebagai lokasi terpenting untuk mengekspor teknologinya dengan omset 3 juta dolar perharinya. Untuk diketahui, Pentium 4 merupakan hasil produksi pabrik ini. Selain itu juga Intel mempunyai R&D di wilayah Al Quds. Total omset Intel di Palestina sesuai dengan statistik tahun2001 mencapai 2 milyar dolar. Ironis memang, hampir semua perusahaan ini mempunyai pasar di negara-negara Arab dan Islam. Padahal semua produk dan keuntungannya semata-mata untuk memusuhi bahkan membantai bangsa Arab dan ummat Islam. Allahumma farrij anna alkarb wa ‘anil makrubiin.

Sumber Info :
Kairo,  Hanafi Yunus, aktifis SINAI (Studi Informasi Alam Islami)

IMPOR MINYAK MENTAH

Ini alasan Pertamina impor minyak lewat Petral



 Ini alasan Pertamina impor minyak lewat Petral



JAKARTA. Komisi VI DPR mempertanyakan kepada PT Pertamina (Persero) yang hingga saat ini masih melakukan impor minyak kepada anak usahanya yang berada di Singapura, yaitu PT Pertamina Energy Trading (Petral). Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah mengapa Petral harus berkedudukan di Singapura.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis bahwa nilai impor minyak mentah dan hasil minyak Indonesia selama Oktober 2014 mencapai US$ 2,14 miliar atau Rp 21,4 triliun.

Dari jumlah itu, 1,12 juta ton atau US$ 1,11 miliar (sekitar Rp 11 triliun). Ini adalah nilai impor minyak yang paling besar.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan mengatakan, pembentukan Petral bertujuan untuk mengoptimalisasikan dan rekstruturisasi kegiatan trading ekspor-impor Pertamina.

“Petral merupakan best practice dalam industri migas. Sebagian besar perusahaan minyak termasuk NOC (National Oil Company) juga memiliki perusahaan seperti Petral. Misalnya, Shell yang punya Sietco, Petronas punya Petco, BP ada BP trading, PTT ada PTT Trading, Petrochina ada Petrochina International yang bermarkas juga di Singapura. SK Energy punya SK Energy International yang bermarkas di Singapura juga,” tutur Karen, Kamis (5/12) di Gedung DPR, Jakarta.

Karen menjelaskan, pembentukan Petral dilakukan guna untuk mengurangi risiko perusahaan dalam bisnis jual-beli minyak dan gas. “Petral itu sebagai bentuk risk management exposure bisnis korporasi,”jelasnya.

Selain itu, menurutnya, alasan menunjuk Petral sebagai perusahaan trading Pertamina adalah karena flesivelitas dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan operasional dan pemanfaatan kesempatan usaha di pasar.

"Untuk kegiatan ekspor maupun impor minyak atau BBM, Petral juga tidak bisa memutuskan langkah sendirian, ada mekanisme yang berlaku di mana dalam pengadaan atau penjualan harus sesuai kebutuhan dan permintaan dari Pertamina. Kemudian oleh Pertamina dievaluasi apakah pengadaan impor atau ekspor disetujui apa tidak, jika disetujui maka transaksi dilakukan," kata Karen.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar