Jumat, 23 Mei 2014

DIVERTIMENTOOOOO.......???? ADA RITME SEJARAH.. DAN FENOMENA ALAM... YANG MENGISI ZAMAN... ??? PERMAINAN TANGAN ASING DI MESIR.. SANGAT KENTARA... ??? DAN MILITER MESIR.. MENJADI MESIN FASCIST TERHADAP UMMAT ISLAM DAN RAKYAT MESIR...YANG BARU... ??? SANGAT TELANJANG .. UNTUK SIAPA MILITER BERMAIN-MAIN POLITIK DAN KEBENGISAN...???>>> SEKALI LAGI... DARAH DAN KEKEJAMAN TERHADAP ... RAKYAT DAN UMMAT ISLAM.. DIMAINKAN OLEH PARA KOLABORATOR ASING DAN PARA PENJAJAH KRIMINAL INTERNASIONAL.. DITANAH NEGERI... ALIRAN SUNGAI NIL YANG TERSOHOR... MESIR....??!!! >>> AS-MILITER MESIR-ISRAEL DAN KONON ARAB SAUDI SEBAGAI PENDANA...DENGAN ANGGARAN SPEKTAKULER.....???!!! >>> UNTUK MENGHADAPI APA DAN SIAPA.. MEREKA.....???? DAN KEBENGISAN... SEKALI LAGI KEBENGISAN... FASCIST... DAN KEBIASAAN PENJAJAH KRIMINAL... SEDANG DIMAINKAN... >>> .....AS bisa bernafas lega seiring terjadinya perubahan arus politik di Mesir dengan tumbangnya Mursi dan Ikhwanul Muslimin, yang disingkirkan dari dinamika politik negara Afrika Utara itu. Di permukaan, AS menunjukkan sikapnya sebagai "negara kampium demokrasi" dengan mengkritik pemerintahan transisi Mesir yang mengkudeta Mursi demi mengecoh publik dunia. AS juga mengurangi bantuan militer tahunannya kepada Kairo, yang memicu reaksi dari pemerintah Mesir. Bahkan, pemerintah sementara Mesir mulai mempertimbangkan untuk melirik Rusia yang menjadi rival AS.....>>> ...Beberapa hari menjelang pemilu presiden Mesir, Martin Dempsey, Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS mengatakan bahwa masa depan hubungan militer kedua negara dipengaruhi oleh sikap pemerintah baru Kairo. Dempsey di Brussels baru-baru ini menegaskan, meski hubungan antara militer AS dan Mesir masih tetap terjaga, tapi berhasil atau tidaknya pemerintahan mendatang akan berpengaruh terhadap hubungan kedua belah pihak. Lalu bagaimana sikap sebenarnya Washington terhadap Mesir. Apakah Mesir akan kembali menjadi sekutu utama Washington di dunia atau tidak ?...>>> ...Tampaknya, untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu menelisik latar belakang hubungan antara Washington-Kairo, dan juga Washington-Tel Aviv, serta urgensinya dari sudut pandang hubungan Mesir dan AS. Mesir di era Anwar Sadat dan Hosni Mubarak merupakan sekutu strategis AS di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah. Selain itu, Mesir selama tiga dekade terakhir senantiasa menjadi eksekutor kebijakan AS dalam berbagai isu kawasan mengenai Palestina dan rezim Zionis....>>> .....Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menekankan, musuh bangsa Iran dengan berbagai dalih, tidak akan pernah mampu mencegah kemajuan Republik Islam. Berbicara di di hadapan para mahasiswa (taruna) militer Universitas Imam Husein as pada hari Rabu (21/5), Rahbar menandaskan, "Isu-isu seperti nuklir, Hak Asasi Manusia (HAM), serta berbagai isu lainnya yang dilontarkan kekuatan arogan dunia terhadap bangas Iran hanya sekedar cari-cari alasan."..>> ...Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, musuh tidak mampu menahan kegeramannya menyaksikan kemajuan bangsa Iran yang bersandar pada kemampuan dalam negeri dan independensi. Musuh juga tidak pernah lelah memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana untuk mencegah kemajuan bangsa Iran serta membuat bangsa ini menyerah kepada tekanan mereka....>>> ...Komandan tertinggi angkatan bersenjata Republik Islam Iran ini menekankan, tujuan musuh dari dalih seperti ini dan beragam represi yang dipaksakan kepada Iran adalah membuat bangsa Iran menyerah serta berpaling dari memusuhi kekuatan imperialis dan arogan dunia, namun hal ini tidak akan pernah terjadi....>>>


In picture: Pink Lake in western Australia


Pink Lake in western Australia
Pink Lake in western Australia

Pink Lake in western Australia

Pink Lake in western Australia

Pink Lake in western Australia

Pink Lake in western Australia

Pink Lake in western Australia

Pink Lake in western Australia 


Lake Hillier or Pink Lake is a salt lake in the Goldfields-Esperance region of Western Australia. It lies about 3 kilometers west of Esperance and is bounded to the East by the South Coast Highway
http://en.alalam.ir/news/1596560
- See more at: http://en.alalam.ir/news/1596560#sthash.ZhpGDWSA.dpuf







Pilpres Mesir dan "Permainan" Militer







Hasil perhitungan cepat  pemilu  presiden Mesir di luar negeri menunjukkan terbentangnya jalan bagi militer untuk menguasai puncak kekuasaan negeri Piramida itu. Dilaporkan, El-Sisi meraih sekitar 90 persen suara dalam penghitungan tersebut. Meskipun komisi pemilihan umum Mesir secara resmi belum menyampaikan pengumuman mengenai hasil penghitungan pilpres di luar negeri, namun kepingan puzzle politik menampilkan indikasi semakin kuatnya kemenangan militer untuk menguasai tampuk kekuasaan Mesir.
 
Dijadwalkan pemilu presiden Mesir secara nasional akan digelar pada 26 dan 27 Mei mendatang. Sejumlah arus politik menilai pemilu ini sudah direkayasa dan hasilnya sudah bisa ditebak sejak awal. Bahkan kemunculan dua calon presiden dalam pilpres Mesir kali ini semakin mempertebal indikasi tersebut.
 
Jenderal Abdul Fatah El-Sisi punya kans besar untuk meraih suara terbanyak dalam pemilu presiden Mesir. El Sisi bersaing dalam pilres dengan mengusung slogan kepentingan nasional seperti upaya penyelamatan negara, menjaga keamanan nasional, menggenjot pertumbuhan ekonomi dan memberantas kemiskinan. Sementara itu, pesaingnya, Hamdin Sabahi mengusung slogan lain yang tidak jauh berbeda dengan mengedepankan isu-isu nasionalisme.
 
Kini, pasca tergulingnya Mursi dari jabatannya sebagai presiden Mesir, kubu militer semakin kuat meningkatkan cengkeramannya di tubuh kekuasaan negeri Piramida itu. Selama beberapa dekade, militer telah menjadi bagian penting dari struktur kekuasaan Mesir. Lebih dari setengah abad, para jenderal militer juga memainkan peran besar dalam mengendalikan roda perekonomian negara Afrika Utara itu.
 
Para analisis memandang kudeta terhadap Mursi juga dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi politik para pentolan militer Mesir yang mulai redup ketika kubu Ikhwanul Muslimin sempat berkuasa sebentar. Kini, El-Sisi hadir untuk mengembalikan seluruh harapan militer yang hampir punah ketika Mursi berkuasa.
 
Poin penting lainnya, Barat, terutama AS juga "merestui" rezim militer yang berkuasa di Mesir. Sebab, sejak kudeta militer terhadap Mursi, AS dan Uni Eropa tidak menyatakan penentangannya, bahkan faktanya mereka juga memberikan dukungan terhadap pemerintah interim Mesir yang dikuasai militer. Bantuan finansial negara-negara Barat terhadap pemerintah Kairo dan dukungan terhadap El-Sisi dalam pilpres Mesir menunjukkan sambutan hangat Barat terhadap berkuasanya kubu militer.
 
Selain itu, tidak kalah penting adalah dukungan negara-negara Arab terutama Arab Saudi yang bersedia menggelontorkan dana besar-besaran bagi kemenangan rezim militer Mesir.
 
Tampaknya, dukungan dua arus dari luar dan dalam semakin meneguhkan indikasi akan terpilihnya El-Sisi dalam pemilu presiden Mesir. Naiknya Sabahi sebagai capres jelas bukan rival yang kuat bagi jenderal Mesir itu. Kampanye politik kubu El-Sisi sudah menyatakan kemenangannya sebelum pemilu digelar di dalam negeri. Sudah bisa ditebak bagaimana hasilnya nanti. Mungkin, inilah permainan militer Mesir.(IRIB Indonesia/PH)







AS, Militer Mesir dan Israel




Beberapa hari menjelang pemilu presiden Mesir, Martin Dempsey, Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS mengatakan bahwa masa depan hubungan militer kedua negara dipengaruhi oleh sikap pemerintah baru Kairo. Dempsey di Brussels baru-baru ini menegaskan, meski hubungan antara militer AS dan Mesir masih tetap terjaga, tapi berhasil atau tidaknya pemerintahan mendatang akan berpengaruh terhadap hubungan kedua belah pihak. Lalu bagaimana sikap sebenarnya Washington terhadap Mesir. Apakah Mesir  akan kembali menjadi sekutu utama Washington di dunia atau tidak ?

 

Tampaknya, untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu menelisik latar belakang hubungan antara Washington-Kairo, dan juga Washington-Tel Aviv, serta urgensinya dari sudut pandang hubungan Mesir dan AS. Mesir di era Anwar Sadat dan Hosni Mubarak merupakan sekutu strategis AS di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah. Selain itu, Mesir selama tiga dekade terakhir senantiasa menjadi eksekutor kebijakan AS dalam berbagai isu kawasan mengenai Palestina dan rezim Zionis.

 

Tapi, meletusnya revolusi rakyat Mesir dan naiknya Ikhwanul Muslim di puncak kekuasaan telah mengubah wajah politik negeri Piramida itu. Bahkan merevisi sikap Gedung Putih sendiri. Setidaknya, meskipun mengungkapkan kekhawatiran terhadap situasi dan kondisi Mesir, tapi Washington tidak memutuskan hubungan dengan Kairo di era pemerintahan Mursi yang tidak berumur panjang. Kondisi tersebut terus berlangsung selama dua tahun pasca revolusi rakyat, hingga akhirnya Mursi digulingkan melalui kudeta militer.

 

Kemudian, AS bisa bernafas lega seiring terjadinya perubahan arus politik di Mesir dengan tumbangnya Mursi dan Ikhwanul Muslimin, yang disingkirkan dari dinamika politik negara Afrika Utara itu. Di permukaan, AS menunjukkan sikapnya sebagai "negara kampium demokrasi" dengan mengkritik pemerintahan transisi Mesir yang mengkudeta Mursi demi mengecoh publik dunia. AS juga mengurangi bantuan militer tahunannya kepada Kairo, yang memicu reaksi dari pemerintah Mesir. Bahkan, pemerintah sementara Mesir mulai mempertimbangkan untuk melirik Rusia yang menjadi rival AS.

 

Tapi faktanya ketergantungan Mesir terhadap AS tidak bisa diputus begitu saja. Washington pun ingin mengembalikan posisi Kairo sebagai sekutu utama Gedung Putih di kawasan, sebagaimana di era rezim diktator Mubarak sebelumnya.


Naiknya jenderal El-Sisi merupakan bagian dari upaya Kairo menarik dukungan Washington. Selain rezim Zionis, Mesir merupakan negara kedua yang paling besar mendapat bantuan militer dari AS.

 

Setiap  tahun Washington menggelontorkan dana sekitar $1,3 milyar bagi militer Mesir. Kini El-Sisi memiliki alasan untuk mendapatkan kembali bantuan itu dengan dalih memberantas terorisme. Pada saat yang sama, Juru Bicara kementerian Luar Negeri AS belum lama ini mengungkapkan bahwa Menlu AS, John Kerry bermaksud untuk melanjutkan pemberian bantuan militer bagi Mesir dan 10 helikopter Apache, Sebab Kairo telah menjaga hubungannya dengan Washington dan memenuhi komitmennya mengenai Israel.(IRIB Indonesia/PH)   


Nasrallah: The pro-Israeli project against the Resistance is crumbling

Lebanese supporters of the Hezbollah movement gather in the southern town of Bint Jbeil to watch a televised address by Hassan Nasrallah, center, the movement's chief, to mark the 14th anniversary of the Israeli withdrawal from south Lebanon. (Photo: AFP - Mahmoud Zayyat)
Published Sunday, May 25, 2014
http://english.al-akhbar.com/content/nasrallah-pro-israeli-project-against-resistance-crumbling 
The axis of resistance will achieve victory against its opponents in Lebanon and in Syria, Hezbollah leader Hassan Nasrallah said in a speech on Sunday.

“The project against the resistance is crumbling. The resistance axis will achieve victory,” he told a cheering crowd in a televised speech. “We pledge to all our leaders [...] our martyrs, our umma and our people that we will stay in our perseverance and achieve victory.”

The speech, celebrating the fourteenth anniversary of the liberation of South Lebanon from Israeli occupation, touched on the current security and political situations in Syria, Lebanon and Israel.

Speaking of Hezbollah’s victory in 2000, when Israeli forces left southern Lebanon after nearly two decades of occupation, Nasrallah said the resistance group’s power of deterrence was responsible for preventing major Israeli action in Lebanon.

“We gather here on the occasion of the victory on May 25, 2000. Repercussions of this victory still exist on both sides of the front,” he said. “This achievement is a Lebanese, Arab and Islamic achievement.”

“We respect the great sacrifices made by our people, and stress that this achievement is a result of all these sacrifices,” he added. “This victory did not come for free.”

“Deterrence is the only way to protect Lebanon and its resources,” Nasrallah said. “The resistance is working day and night to develop this deterrent capability.”

“There is no point where there will be 'enough' deterrent capability. Israel has one of the strongest armies in the world.”

While Nasrallah noted an increase in Israeli violations of Lebanese sovereignty, as well as numerous incidents along the border involving kidnappings of Lebanese shepherds and destruction of Lebanese property and crops, he attributed it to Israeli fear.

“This is an expression of Israeli anger. Their entity is based on humiliating and insulting. They can't stand seeing people across the border living with their heads held high,” he said.

“Their army is more afraid than it causes fear,” he added. “We can see how they rely on shields, unmanned vehicles. They are afraid to that extent. Israeli leaders and its population are afraid of the readiness of this resistance.”

“The resistance possesses the capability, the wisdom to prevent any realities the enemy wants to impose in the region.”

Switching to Syria, Nasrallah hailed its governments under both presidents Hafez and Bashar al-Assad, saying Syria was “the heart of Arabism” and one of the few steadfast opponents of Israel in the region.

“Syria was and still is the country that has the honor of not having any kind of ties with Israel,” he said.

The Hezbollah leader spoke of a recurrent “project” by Israel and its international supporters to destroy the resistance axis - consisting of Hezbollah, Syria and Iran - in the Middle East.

“The US and those who support them are sending weapons and political cover to takfiris from all over the world and bringing them to Syria,” he said. “They do so in order to destroy the resistance axis against Israel.”

However, he claimed, the efforts to dismantle the Syrian regime have been unsuccessful.
“There is no doubt that the plot targeting Syria has witnessed a lot of problems and suffered many defeats,” Nasrallah said.

“But Syria has persevered, and the resistance axis has shown cohesion. The other project has not achieved a decisive victory, and it won't.”

“The battlefield of this project is now in Syria, but Syria will achieve victory. They won't impose their ideas on us,” he added. “The time will come when people will discover that Syria was able to fend off dangers and catastrophes. Even the governments who conspired against Syria will come to regret their actions and thank Syria for its perseverance.”

As in previous speeches, Nasrallah pointed out that international efforts to fund the Syrian rebels have already backfired.

“One factor [in the resistance’s struggle] is uncovering the true face of the armed groups in Syria. It is now clear that these groups are threatening everyone, even the ones of funded them,” he said.

Nasrallah came out in support of the upcoming Syrian presidential elections, in which Bashar al-Assad is widely expected to win against the two other candidates, who are largely unknown.
He denounced the Syrian opposition’s position against the elections, saying the rebels were trying to intimidate potential voters.

“They are trying to prevent elections in Syria,” he said. “They are threatening attacks, saying anyone who participates in the elections will be executed, even those who don't vote for Assad.”
“For groups like the Al-Nusra Front, the elections are not only forbidden, they are heresy. Why impose your belief on others?” Nasrallah added.

Nasrallah ended his speech by discussing the current political situation in Lebanon, Sunday marking the beginning of a political vacuum in the country as parliamentarians failed to elect a president before the May 25 deadline.

Without directly naming Lebanese Forces leader and presidential candidate Samir Geagea, Nasrallah accused the March 14 coalition, which opposes Hezbollah, of knowingly championing a controversial candidate who could never be elected.

“This candidacy [Geagea's] aims to prevent the discussion of a serious candidacy from the other side [March 14],” he said. “The other side never aimed to elect a president before May 25. Their goal was to extend the president [incumbent Michel Suleiman]'s term.”
“There was never an opportunity to elect a new president, just an opportunity to extend the term.”
March 8, the other main political bloc, has not officially nominated another candidate for the presidency.
“We hear people say we are behind the political vacuum. When it comes to rumors and accusations, everyone can say what they want,” Nasrallah said.
“You can hold us responsible, but it's no simple issue. It's an issue of national responsibility.”
Nasrallah called for continued dialogue to find a president.
“This is a difficult period, but people can't lose their temper,” he added. “We must maintain civil peace and continue dialogue nationally.”

“We want a president as soon as possible,” he said. “There is still a real opportunity to elect a strong president who can maintain stability, enjoy real support and unite all sides.”

“We are humble in our goals. We want a president who does not conspire against the Resistance, who doesn't stab us in the back,” Nasrallah added. “We're not looking for a president who protects the Resistance.”

“Otherwise, we have no difficult conditions. Such an opportunity exists.”



Apa yang Terjadi Selama Pengasingan Imam Khomeini di Najaf?





Mohon ceritakan juga kejadian-kejadian di masa pengasingan Imam Khomeini di Najaf?
http://indonesian.irib.ir/hikayat1/-/asset_publisher/1XzC/content/apa-yang-terjadi-selama-pengasingan-imam-khomeini-di-najaf

Imam Khomeini ra selama di Najaf mengajar Bahs-e Kharej (kuliah tingkat mujtahid) dan menyampaikan prinsip teori pemerintahan Islam dengan topik wilayatul faqih. Pada saat yang sama, beliau juga aktif memantau perkembangan politik Iran dan dunia Islam dengan beragam cara beliau melakukan komunikasi dengan para revolusioner, keluarga syuhada 15 Khordad dan para tahanan politik. Setelah Imam Khomeini menetap di Irak, sejumlah ulama revolusioner Iran menyusul Imam ke Najaf dan sejumlah lainnya atas permintaan Imam Khomeini tetap tinggal di Iran supaya komunikasi Imam Khomeini dengan kebangkitan di dalam negeri tetap berjalan dan untuk menjaga hasil kebangkitan 15 Khordad.
 
Keberadaan Imam Khomeini ra di Irak merupakan sebuah kesempatan sehingga komunikasi Imam Khomeini dengan mahasiswa dan umat Islam di luar negeri lebih dekat dan lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dengan sendirinya memiliki peran penting dalam menyampaikan pemikiran Imam Khomeini dan tujuan kebangkitan kepada dunia. Terkait serangan rezim Zionis dan perang antara negara-negara Arab dengan Israel, Imam Khomeini berusaha mendukung kebangkitan umat Islam Palestina dan negara-negara yang berada di garis terdepan. Beliau melakukan berbagai pertemuan dengan para pemuka lembaga perjuangan Palestina, mengirim para utusan ke Lebanon, memberikan bantuan materi dan maknawi dan mengeluarkan fatwa penting dan bersejarah bahwa mendukung kebangkitan bangsa Palestina dan negara-negara yang diserang baik senjata, ekonomi maupun spiritual merupakan kewajiban agama. Ini adalah usaha pertama kali yang dilakukan dalam skala luas oleh salah seorang marji taklid Syiah.
 
Sementara di dalam negeri, meskipun kondisinya benar-benar tertekan, para pengikut Imam Khomeini di hauzah, universitas maupun di tengah-tengah masyarakat dengan segala pengorbanannya, mereka mencetak dan menyebarkan pidato, buku, dan risalah Imam Khomeini untuk menjaga agar hubungan masyarakat dan generasi muda dengan tujuan kebangkitan tetap terjaga. Tentu saja di jalan ini banyak dari mereka yang harus merasakan pengasingan, pemenjaraan, penyiksaan dan bahkan mencapai syahadah. Contohnya adalah Syahadah Ayatullah Saidi dan Ayatullah Ghaffari akibat penyiksaan yang dilakukan oleh pasukan Shah Pahlevi.
 
Di pelbagai tahapan; ketika Shah Pahlevi merayakan pesta peletakan mahkota dan 2500 tahun kerajaan serta pesta kesenian Shiraz yang menghabiskan ratusan juta dolar biaya yang dipaksakan kepada rakyat teraniaya Iran dan mengokohkan tujuan Amerika di Iran dan kawasan, pada peristiwa pembentukan partai Rastakhis Shah Pahlevi dan ketika penandatanganan kerjasama antara Shah Pahlevi dan rezim Zionis, pesan-pesan dan pidato-pidato Imam Khomeini di Najaf merupakan satu-satunya lidah penyambung protes dan perlawanan rakyat Iran yang disampaikan kepada penduduk dunia dan menghidupkan semangat revolusi di hati rakyat Iran. Biasanya, setiap tahun tepat pada ulang tahun 15 Khordad para santri muda dan revolusioner hauzah memperingati peristiwa tersebut dengan melakukan demonstrasi dan menyelenggarakan acara baik umum maupun khusus - dalam keterasingan dan kesendirian - yang paling tampak adalah kebangkitan 3 hari para santri di madrasah Feizieh Qom pada tahun 1354 Hs. Teriakan "Mampus Pemerintahan Pahlevi" dan "Salam untuk Khomeini" berlanjut selama 3 hari di Qom meskipun harus menghadapi tekanan dan ancaman Shah Pehlevi. Dan pada akhirnya pasukan khusus Shah Pahlevi anti huru hara menyerang melalui atap dan pintu madrasah Feizieh dan menangkap sekitar 500 santri dan untuk sementara madrasah feizieh kembali diliburkan dan hanya pesan dan pidato Imam Khomeini yang mendukung sikap berani ini.
 
Peristiwa kebangkitan ulama anti RUU Negara Bagian dan juga referendum Shah Pahlevi berakibat munculnya kebangkitan 15 Khordad. Tindakan Imam Khomeini dan keberadaan Imam Khomeini sebagai pemimpin kebangkitan menjadikan para marji taklid Iran waktu itu bekerjasama dan sependapat. Hasil pertemuan dan perundingan Imam Khomeini dengan para marji taklid biasanya disampaikan berupa pengumuman bersama atau pengumuman secara terpisah. Para santri muda dan murid-murid revolusioner Imam Khomeini melakukan dukungan terhadap kebangkitan namun banyak anasir yang punya nama tidak mampu memahami kebangkitan Imam Khomeini dan senantiasa berusaha menggagalkannya dengan beragam cara. Mereka terdiri dari berbagai kalangan luas. Mulai dari para penentang filsafat dan irfan, orang-orang yang sok suci yang menganggap politik tidak pantas bagi ulama, sampai kelompok-kelompok Hujjatieh dan Velayati.
 
Dalam pertemuan umum dan khusus, masing-masing dari mereka senantiasa mempertanyakan tujuan kebangkitan. Selain itu, ada juga orang-orang yang hanya menginginkan ketenangan yang menilai marjaiyat dan pimpinan agama hanya terbatas pada dicium tangannya, menulis risalah dan mengumpulkan zakat dan khumus, dan menganggap kebangkitan Imam Khomeini sebagai faktor pengacau kondisi yang mereka maukan, juga orang-orang yang secara resmi atau di balik layar ada ikatan dengan rezim Shah Pahlevi.
 
Imam Khomeini yang kesabarannya terkenal di kalangan masyarakat, dalam pesannya menyebutkan betapa sulitnya perjuangan di masa-masa itu:
 
"Sakit hati yang dirasakan oleh ayah tua kalian dari orang-orang kolot ini sama sekali tidak pernah dirasakan dari tekanan dan kesulitan yang dilakukan orang lain... belajar bahasa asing dibilang kufur, filsafat dan irfan dianggap dosa dan syirik. Di madrasah Feiziyeh putra kecil saya almarhum Mostafa meminum air dengan kendi; mereka mencuci kendi tersebut karena saya mengajarkan filsafat!"
 
Dengan semua kesulitan ini kehadiran Imam Khomeini secara langsung dalam peristiwa tahun 1340 sampai 1343 Hs di hauzah ilmiah Qom, menjadikan semua upaya musuh gagal. Namun pengasingan Imam Khomeini merupakan awal masa keteraniayaan dan keterasingan panjang para pengikut Imam Khomeini di hauzah dan mulai berkembang dan menguatnya gerakan musuh. Tekanan-tekanan Shah Pahlevi dan penumpasan kebangkitan menciptakan sarana sehingga mayoritas ulama menilai sebaiknya diam! Sehingga ketika kebangkitan kembali mencapai puncaknya pada tahun 1356 Hs tidak terlihat ada gerakan, pesan dan ucapan terang-terangan yang menunjukkan adanya usaha menyukseskan tujuan kebangkitan, selain selebaran-selebaran Imam Khomeini dan para pengikutnya, kalaupun terlihat itu sangat sedikit." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
 
Dikutip dari penuturan almarhum Hujjatul Islam Sayid Ahmad Khomeini, anak Imam Khomeini ra.
 
Sumber: Pa be Pa-ye Aftab; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh.

Anjoman Hojjatieh dan Upaya Menggagalkan Kebangkitan Imam Khomeini ra

Organisasi Anjoman Hojjatieh memperluas gerakannya dengan memanfaatkan kecenderungan umum masyarakat pada pemikiran Islam karena berkah kebangkitan 15 Khordad, khususnya para pemuda. Cara menarik anggota dan pertemuan sembunyi-sembunyi organisasi ini memiliki daya tarik tersendiri supaya tenaga-tenaga beragama bergabung bersamanya. Aktivitas organisasi ini -mau tidak mau- sesuai dengan keinginan SAVAK. 

Energi aktif para pemuda dan orang-orang terpelajar yang mampu menanggung beban perjuangan dipakai untuk mempelajari titik kelemahan ajaran bahaiyat dan cara-cara dakwah untuk melawan ajaran ini.  Para pemuka organisasi ini sama sekali tidak melihat dan tidak menerima bahwa gerakan mereka adalah berjuang melawan obyek yang pada hakikatnya adalah menyimpang dari garis perjuangan. Karena aliran Baha'i merupakan alat mutlak politik di bawah kekuasaan rezim Shah Pahlevi dan merupakan obyek politik Amerika, bukan gerakan akidah dan pemikiran.

Bahaya Baha'i dikarenakan anasir gerakan ini berperan sebagai pelaksana program internasional yang dikoordinasi oleh Israel dan sebagai mata-mata dan penjaga kepentingan Israel dan Amerika untuk memata-matai Shah Pahlevi di sumber-sumber sensitif negara. Berjuang melawan mereka secara nyata adalah berjuang melawan faktor-faktornya. Ini adalah satu poin yang tidak pernah ada dalam program organisasi Anjoman Hojjatieh. Itulah mengapa organisasi Hojjatieh sejak pertama didirikannya sampai kemenangan Revolusi Islam Iran selalu aman dari serangan SAVAK.

Pada pasal 9 Anggaran Dasar Anjoman Hojjatiyeh disebutkan, "Organisasi tidak akan pernah mencampuri urusan politik." Oleh karena itu, salah satu syarat untuk menjadi anggota adalah menyerahkan perjanjian tertulis bahwa tidak ada campur tangan urusan politik.

Dalam dokumen SAVAK yang ditandatangani oleh kepala kantor ke tiga disebutkan, "Pengurus organisasi Dakwah Islam (bagian dari organisasi Anjoman Hojjatieh) di pusat, dalam rangka melakukan perjuangan ilmiah meminta kepada SAVAK untuk memberikan bantuan yang diperlukan di bidang ini..."
 
Di dalam dokumen lainnya dengan tanda tangan kepala unit intelijen komite bersama anti huru hara tertulis, "Berdasarkan informasi, Haj Syeikh Mahmoud Zakerzadeh (Tavallai) terkenal dengan sebutan Halabi, sebagai penyelenggara pertemuan ini (organisasi Hojjatieh) ada kerjasama dengan bagian 21 badan intelijen dan keamanan Tehran. Sebaiknya meminta penjelasan kepadanya akan segala informasi terkait pertemuan yang diselenggarakan sebelum memanggil yang lainnya."
 
Pada tahun 1357 Hs ketika Imam Khomeini memboikot pesta hari ketiga dan nisfu Sya'ban karena melakukan protes dan unjuk rasa terhadap kekejaman rezim Shah Pahlevi, organisasi Anjoman Hojjatieh turun ke lapangan dengan penuh semangat untuk membubarkan unjuk rasa. Penyimpangan pemikiran dan penafsiran yang tidak pada tempatnya dan negatif terkait kemunculan Imam Mahdi af dan syarat-syarat kemunculan beliau dalam logika mereka sedemikian parahnya sehingga segala bentuk perjuangan politik dan upaya menyiapkan kekuasaan orang-orang saleh atas negara merupakan hal yang dikecam. Karena akan menyebabkan terlambatnya kemunculan Imam Mahdi af. Jelas bahwa dengan logika semacam ini maka menerima kezaliman, kebangkitan 15 Khordad dan teriakan Imam Khomeini melawan ketidakadilan dikecam oleh mereka.
 
Front lain di hauzah yang muncul dan mendapat dukungan SAVAK di hadapan kebangkitan Imam Khomeini adalah sikap dan langkah-langkah Agha Sayid Mohammad Kazem Shariatmadari dan gerakan yang dikelolanya. Ulama besar sudah mengetahui esensinya sejak 6 Khordad 1326 Hs dimana ia seorang diri pergi menyambut Shah Pahlevi, memuji dan menyanjung taghut di depan Shah Pahlevi, padahal para ulama Tabriz melakukan pemboikotan.
 
Bagaimanapun juga, setelah wafatnya Ayatullah Boroujerdi, dengan memanfaatkan kondisi hauzah, masyarakat dan secara lahiriah membarengi kebangkitan tahun 1340 dan 1341 Hs ia mengumumkan dirinya sejajar dengan marjaiyat. Padahal ketika pasca pengasingan Imam Khomeini, masyarakat siap melakukan kebangkitan, badan kepengurusan dengan bantuan anasir seperti dia mampu mengontrol keadaan. Laporan tertanggal 17/3/1342 Hs kepala SAVAK Qom terkait telpon dan surat jawaban Agha Shariatmadari adalah satu contoh dari langkah-langkah dia di hari-hari itu.
 
Setelah Zuhur hari yang lalu, nama tersebut di atas, kepala SAVAK berbicara melalui telepon ke Tabriz. Shariatmadari mengatakan, "Saya ingin mengusulkan dua poin kepada Anda:

1. Himbau masyarakat agar tenang dan jangan sampai melakukan demonstrasi. Di Qom masyarakat melakukan demonstrasi tapi mereka berhadap-hadapan dengan polisi. Peluru tidak sesuai dengan jiwa. Untuk itu, cegahlah perkumpulan dan demonstrasi.
 
2. Usahakan jangan sampai melakukan penghinaan terhadap yang mulia Shah Pahlevi. Saya benar-benar marah terhadap Khomeini. Saya sudah katakan kepada Khomeini jangan berbuat demikian terhadap Shah Pahlevi dan jangan berbicara bertentangan dengan pemerintah dan politik. Namun ia tidak mau mendengarkan sehingga terjadi seperti hari ini. Selain itu, siapkan juga pamflet penuh tanda tangan dukungan untuk saya." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)

Dikutip dari penuturan almarhum Hujjatul Islam Sayid Ahmad Khomeini, anak Imam Khomeini ra.

Sumber: Pa be Pa-ye Aftab; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh.


Bank BRIC vs Bank Dunia:
http://www.islamtimes.org/vdcefo8wvjh8ewi.rabj.html
 
Bank BRICS Saingi Bank Dunia dan IMF
Islam Times - Bank baru itu akan memberi cadangan valuta asing kolektif untuk membiayai proyek-proyek pembangunan di negara-negara berkembang dan negara miskin.
Vladimir Putin, Presiden Rusia dan Jacob Zuma, Presiden Afrika Selatan.JPG
Vladimir Putin, Presiden Rusia dan Jacob Zuma, Presiden Afrika Selatan.JPG

Sekelompok negara-negara berkembang telah membuka sebuah bank pembangunan baru (BRICS) yang berusaha menghancurkan monopoli keuangan yang dipegang oleh lembaga-lembaga keuangan dukungan Barat.

Pravin Gordhan, Menteri Keuangan Afrika Selatan, pada hari Selasa (26/3/13) menambahkan bahwa pihaknya telah membuat kemajuan sangat baik dengan membentuk sebuah bank dunia baru yang bergerak di bidang pembangunan.

Para menteri keuangan Brazil, Rusia, India, Cina (BRICS) dan Afrika Selatan telah bertemu di Durban, Afrika Selatan untuk menghadiri  KTT BRICS kelima pekan ini.

"Belum lama ini kita membahas tentang pembentukan sebuah bank di bidang pembangunan. Hari ini kita siap untuk memulainya," kata Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, hari Senin (25/3/13).

Bank BRIC akan menyajikan solusi alternatif untuk sistem perbankan global yang selama ini didominasi Barat. Perbankan Barat itu terdiri dari lembaga-lembaga  seperti Bretton Woods (Bank Dunia) dan International Monetery Fund (Dana Moneter Internasional).

Bank baru itu akan memberi cadangan valuta asing kolektif untuk membiayai proyek-proyek pembangunan di negara-negara berkembang dan negara miskin.

Berdasarkan kesepakatan itu, dua kelompok ekonomi baru yang cukup besar (Cina dan Brazil) setuju untuk menghapus dolar AS  dari setengah perdagangan mereka.

Kelima negara itu akan menyumbang hingga 10 miliar dolar dalam peluncuran bank pembangunan baru itu. 

Bank itu akan beroperasi dengan mata uang nasional dan tidak akan menggunakan mata uang tunggal dalam transaksi perdagangan bilateral dan multilateral.

Anggota BRICS mengatakan bahwa lembaga-lembaga seperti Bank Dunia, IMF dan Dewan Keamanan PBB tidak bertindak efektif dalam menangani masalah-masalah ekonomi global.

Negara-negara BRICS merupakan 40 % lebih dari populasi dunia dan menyumbang lebih dari 25 % persen dari produk domestik bruto dunia
.[IT/r]





Kebingungan Barat Menyikapi Kontrak Gas Rusia-Cina




Rusia menandatangani kontrak penting ekspor gas alam dengan Cina, negara yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Perusahaan gas Rusia, Gazprom dan perusahaan nasional minyak Cina akhirnya menandatangani kontrak bersejarah terkait pengiriman gas dari Rusia ke Cina setelah melakukan negosiasi selama 10 tahun. 

 

Sesuai isi kontrak itu, Rusia akan mengekspor gasnya ke Cina mulai tahun 2018 untuk waktu 30 tahun. Menurut keterangan Alexey Miller, Direktur Eksekutif Gazprom , nilai kontrak ini mencapai 400 milyar dolar Amerika dan harga yang disepakati kedua negara untuk setiap meter kubik gas tidak akan dipublikasikan dan tetap menjadi rahasia.

 

Berdasarkan nilai kontrak yang mencapai 400 milyar dolar Amerika itu dan kapasitas pertahun jalur pipa penyaluran gas yang akan dibangun kedua negara, harga gas alam Rusia ditaksir sekitar 350 dolar setiap meter kubiknya.

 

Penandatanganan kontrak dilakukan dalam kunjungan Vladimir Putin, Presiden Rusia ke Shanghai, Cina. Putin berkunjung ke Cina untuk menghadiri Konferensi CICA (Conference of Interaction and Confidence Building Measures in Asia), konferensi untuk membangun interaksi dan melakukan langkah-langkah menumbuhkan kepercayaan di Asia.

 

Putin dan sejawatnya dari Cina, Xi Jinping menandatangani 49 perjanjian kerjasama di bidang energi, transportasi dan infrastruktur.

 

Kesepakatan-kesepakatan ini membantu Rusia dan Cina lepas dari dolar Amerika dan untuk pembayarannya kedua negara menggunakan Yuan dan Ruble. Langkah tersebut diharapkan dapat melemahkan dominasi dolar Amerika sebagai mata uang sah internasional. Kesepakatan Rusia dan Cina juga dinilai akan mendatangkan keuntungan finansial dan ekonomi bagi Rusia, khususnya di sektor energi, di saat negara itu  tengah terlibat konflik dengan Barat terkait krisis di Ukraina

 

Barat menuduh Rusia telah menciptakan ketegangan di Ukraina, dan menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah petinggi Rusia dan tokoh-tokoh pendukung Rusia.

 

Pada saat yang sama Amerika Serikat menekankan berlanjutnya kebijakan yang diterapkannya saat ini untuk mereaksi kesepakatan dagang Rusia dan Cina. Sehubungan dengan hal ini, Jen Psaky, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Rabu malam dalam sebuah konferensi pers mengatakan, "Penandatanganan kontrak gas antara Rusia dan Cina tidak akan berpengaruh pada strategi Washington untuk menekan Rusia supaya merubah sikapnya terkait peristiwa yang terjadi di Ukraina."   

 

Sepertinya penandatanganan kontrak jual-beli gas Rusia dan Cina pada kondisi seperti sekarang ini adalah sebuah kemenangan besar bagi Rusia. Amerika dan sekutu-sekutu Eropanya berambisi untuk memperketat sanksi terhadap Rusia. Salah satu tujuan tur Eropa, Joe Biden, Wakil Presiden Amerika pada kenyataannya adalah upaya untuk meyakinkan negara-negara Eropa untuk memberikan dukungan lebih besar kepada Amerika dalam masalah ini.

 

Namun ketergantungan gas Eropa kepada Rusia yang meliputi 30 persen kebutuhan gas wilayah itu  semakin mempersulit Eropa. 

 

Oleh karenanya minimal secara kasat mata petinggi Uni Eropa mendesak dilanjutkannya ekspor gas dari Rusia. Jose Manuel Barroso, ketua Komisi Eropa, Rabu lalu dalam suratnya untuk Vladimir Putin, meminta Presiden Rusia itu untuk menepati janji terkait berlanjutnya penyaluran gas ke Eropa.

 

Barroso menegaskan, selama dialog segitiga antara Rusia, Ukraina dan Uni Eropa terus berlanjut, penyaluran gas tidak boleh berhenti. Sekalipun demikian, dengan menandatangani kontrak gas dengan Cina, Rusia ingin menunjukkan bahwa Moskow memiliki kemampuan untuk merubah struktur kebijakan gasnya. Eropalah sebenarnya yang tidak punya kesiapan untuk mengurangi ketergantungannya kepada gas Rusia. (IRIB Indonesia/HS)







Ketidakmampuan Musuh Hadang Kemajuan Iran dalam Perspektif Rahbar




Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menekankan, musuh bangsa Iran dengan berbagai dalih, tidak akan pernah mampu mencegah kemajuan Republik Islam.
 
Berbicara di di hadapan para mahasiswa (taruna) militer Universitas Imam Husein as pada hari Rabu (21/5), Rahbar menandaskan, "Isu-isu seperti nuklir, Hak Asasi Manusia (HAM), serta berbagai isu lainnya yang dilontarkan kekuatan arogan dunia terhadap bangas Iran hanya sekedar cari-cari alasan."
 
Komandan tertinggi angkatan bersenjata Republik Islam Iran ini menekankan, tujuan musuh dari dalih seperti ini dan beragam represi yang dipaksakan kepada Iran adalah membuat bangsa Iran menyerah serta berpaling dari memusuhi kekuatan imperialis dan arogan dunia, namun hal ini tidak akan pernah terjadi.
 
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, musuh tidak mampu menahan kegeramannya menyaksikan kemajuan bangsa Iran yang bersandar pada kemampuan dalam negeri dan independensi. Musuh juga tidak pernah lelah memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana untuk mencegah kemajuan bangsa Iran serta membuat bangsa ini menyerah kepada tekanan mereka.
 
Meski berbagai permusuhan dan alasan yang digunakan imperialis dunia, gerakan bangsa Iran menggapai puncak kemajuan terus berlanjut dan tujuan dari gerakan ini adalah merealisasikan slogan "Kita Mampu". Republik Islam sejak 35 tahun lalu senantiasa menjadi target konspirasi musuh, namun demikian negara ini dengan bersandar pada kemampuan dalam negeri berhasil meraih banyak prestasi di berbagai bidang. Prestasi seperti kemajuan di bidang pertahanan-rudal, farmasi, teknologi nano, pemanfaatan energi nuklir untuk kepentingan damai serta kemampuannya yang melejit menjadi salah satu rujukan sains di dunia merupakan hasil dari slogan "Kita Mampu".
 
Bertepatan dengan berbagai prestasi ini, pengaruh Iran di pentas dunia internasional serta peran Tehran sebagai salah satu pemain berpengaruh dalam konstelasi dunia juga semakin kentara bagi semua pihak. Keberhasilan Iran di berbagai bidang meski terus dihadapkan pada konspirasi busuk musuh menuai reaksi luas sampai ke luar perbatasan negara ini. Dan kini berbagai bangsa dunia bahagia dengan kemajuan yang dicapai bangsa Iran yang mengandalkan independensi tanpa bersandar pada pihak asing.
 
Menurut ungkapan Rahbar, pemerintah yang tidak memiliki keberanian melawan arogansi kekuatan imperialis dunia, gembira dengan perlawanan Republik Islam Iran dan mereka memuji sikap bangsa Iran. Kegagalan represi dan konspirasi musuh terhadap Republik Islam membuat musuh khususnya Amerika Serikat sangat geram.
 
Penyalahgunaan isu nuklir, HAM dan isu-isu lain oleh Amerikan dan menjadikannya dalih untuk menekan Iran adalah reaksi Washington atas kegagalannya mencegah kemajuan bangsa Iran.
 
Pengalaman 35 tahun bangsa Iran di berbagai bidang termasuk militer seperti perang pertahanan suci (perang delapan tahun yang dipaksakan), politik dan ekonomi mengindikasikan bahwa bangsa Iran tanpa bersandar pada pihak lain berhasil menggapai kemajuan di berbagai bidang sehingga negara ini menjadi teladan bagi bangsa lain. (IRIB Indonesia/MF)



Syrian rally to support government, army against militants


Syrian demonstrators wave national flags and portraits of President Bashar al-Assad in the northwestern coastal city of Latakia on March 6, 2014.
Syrian demonstrators wave national flags and portraits of President Bashar al-Assad in the northwestern coastal city of Latakia on March 6, 201
- See more at: http://en.alalam.ir/news/1596604#sthash.x3naghc6.dpuf

People across Syria have held massive rallies to express their support for the government of President Bashar al-Assad and the country’s army.
http://en.alalam.ir/news/1596604
A large crowd of people took part in a rally held in the city of Idlib on Thursday.


The demonstrators carried Syrian flags and chanted slogans in support of the Syrian government and the country’s army that has been battling foreign-backed militants over the past three years.


They also expressed support for the holding of the forthcoming presidential elections in the Arab country. Syrian people will go to the polls on June 3 to elect their next president as Damascus has insisted that it would hold the vote despite the foreign-backed militancy that has plagued the country for more than three years.


In a similar move, pro-government rallies were held in the capital Damascus, Homs, Tartous, and Hasakah. The demonstrators voiced their support for the presidential elections and rejected foreign interference in the country’s internal affairs.

President Assad's popularity has been on the rise following recent military gains.


Meanwhile, Syrian Special Forces broke a long siege on the Aleppo Central Prison by foreign-backed militants, gaining access to the army garrison and resupplying it with food and munitions, Syria's official news agency SANA reported.



The Syrian military forces then deployed troops within 200 meters of the prison compound before storming its immediate surroundings. At least 50 militants were killed in the attack. There are nearly 4,000 inmates in the sprawling prison.



Syria has been gripped by a foreign-hatched war since 2011. According to reports, Western powers and their regional allies - especially Qatar, Saudi Arabia and Turkey - are supporting the militants operating inside Syria.
BA/BA

- See more at: http://en.alalam.ir/news/1596604#sthash.x3naghc6.dpuf


 


Friday, May 23, 2014 9:00 AM

Hezbollah strong enough to confront Takfiris, Israel: Qassem


Hezbollah fighters take part in a parade in this file photo.
Hezbollah fighters take part in a parade in this file photo.
Hezbollah’s war against extremist groups in Syria is not distracting it from fighting its eternal enemy Israel, according to the party’s deputy general-secretary.
http://en.alalam.ir/news/1596556
I

"“Israel is the enemy of humanity and truth, said Qassem"


srael is the main enemy,” said Sheikh Naim Qassem. “But the tactical priority depends on the direct threat, so our confrontation with Takfiri groups derives from the direct danger they represent, and it does not affect our readiness to confront Israel.”


Qassem gave the speech in a conference organized by the Institute of Wisdom Knowledge as part of the Permanent Conference for Resistance, The Daily Star reported.


The institute is a research school close to Hezbollah that specializes in philosophical and religious studies.


The talk focused on demonstrating that Israel’s existence is illegitimate, that the regime is an eternal enemy to Lebanon and all Arabs, and that armed resistance is the right way of confronting it.


“Israel is the enemy of humanity and truth,” said Qassem. “It cannot coexist with anyone.”


He added that diplomatic resistance, which he said was the preferred choice for Israel, had achieved nothing for the Arabs. Armed struggle, on the other hand, had accomplished a unique victory for Lebanon and the region, he explained.


He referred specifically to May 25, the day in 2000 when Israeli troops withdrew from the Lebanese south after 18 years of occupation, due largely to Hezbollah’s resistance activities.


Concerning the Syrian crisis, Qassem said there was a plan to defeat Syria and thus the resistance project, which he said was the reason behind Hezbollah’s need to confront the “Takfiris.”
BA/BA
- See more at: http://en.alalam.ir/news/1596556#sthash.ZckmyXpS.dpuf

Friday, May 23, 2014 12:10 PM

Terrorist mortar attack hits Assad election rally, 21 Syrians dead


Syrians hold heart shaped placards bearing portraits of President Bashar al-Assad during a meeting gathering workers in his support ahead of the upcoming presidential elections on May 13, 2014 in Damscus.
Syrians hold heart shaped placards bearing portraits of President Bashar al-Assad during a meeting gathering workers in his support ahead of the upcoming presidential elections on May 13, 2014 in Damscus.

Terrorists in Syria have bombarded a campaign rally in support of President Bashar al-Assad's re-election in a June 3 poll, killing at least 21 people. 


The mortar fire hit a tent where Assad supporters had gathered in the southern city of Daraa late on Thursday and also wounded at least 30 people, the so-called Syrian Observatory for Human Rights said.


Assad faces two little known challengers in next month's vote and is widely expected to clinch a third seven-year term in office despite the raging war.


The Observatory said a child was among the dead in the attack, the first of its kind on Assad supporters since campaigning got underway earlier this month.


The June 3 poll will be held only in government-controlled areas.

BA/BA
- See more at: http://en.alalam.ir/news/1596627#sthash.xRUNE062.dpuf


SEDIKIT MEMBALIK SEJARAH INDONESIA....

KITA BISA RENUNGKAN PEMIKIRAN SALAH SEORANG  PEJUANG DI TAHUN 1946...????
 SEKEDAR CUPLIKAN DARI KARYA TAN MALAKA
https://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/1946-Thesis.htm

WALAU DEMIKIAN ... ANALISA2NYA... MENGANDUNG ...KEMUNGKINAN BAHWA TAN MALAKA BELUM MEMAHAMI BENAR SIAPA DIBALIK KEKUASAAN WOODROW WILSON SANG ARSITEK KEUANGAN AMERIKA YANG SANGAT KAPITALISTIS... DAN IDE LIGA BANGSA...ITU..??
DEMIKIAN JUGA SIAPA DIBALIK PEMBERONTAKAN CROMWELL  DI INGGRIS.. YANG MENGHUKUM PANCUNG RAJA ASLI KERAJAAN INGGRIS.. DAN KONON DIGANTI OLEH RAJA BONEKA BUATAN... PARA KONSPIRASI...  
YAKNI RAJA BARU YANG BERASAL DARI JERMAN...?? 
NAMUN TULISAN INI SEACARA LOGIKA DAN PEMAHAMAN POLITIK SANGAT BERBOBOT.. DENGAN KONDISI BANGSA INDONESIA PADA ZAMAN ITU... 
SECARA JUJUR HINGGA KINI.. BELUM BISA ADA YANG MENANDINGI KEHEBATANNYA.. DALAM ANALISIS..POLITIKNYA.. 
KITA CUKUP BANGGA ... SEBAGAI BANGSA INDONESIA.. YANG DENGAN OTODIDAKNYA... MAMPU MENGIMBANGI PARA INTELEKTUAL INTERNASIONAL.. WALAUPUN KONDISI SANGAT TERBATAS... 

TENTANG DUNIA LUAR DAN DALAM INDONESIA

1. DUNIA LUAR.

1.A. PERTENTANGAN DUA SISTEM.

Dua sistem yang sangat bertentangan sifatnya sekarang berhadapan muka satu sama lainnya di dunia ini. Sistem yang muda tetapi tumbuh terus ialah sistem sosialisme, yang berlaku di Soviet Rusia. Sistem yang sudah tua ialah sistem kapitalisme yang berpusat di Amerika Serikat dan Inggris. Buntutnya sistem ini adalah imperialisme yang merayap-rayap di Asia dan Afrika. Sistem Sosialisme berkuasa dalam daerah kurang lebih 1/6 muka bumi yang berpenduduk kurang lebih 200 juta manusia, ialah hampir 1/10 seluruh cacah jiwa bumi kita ini. Pengaruhnya sistem Sosialisme di antara seluruhnya penduduk dunia di luar Rusia teristimewa pula di tanah jajahan seperti Asia dan Afrika amat besar sekali.
Imperialisme Amerika langsung menguasai Philipina dan sangat besar sekali pengaruhnya pada Kanada, Amerika Tengah, dan Selatan, yang jumlah luasnya hampir 1/3 daratan di seluruh dunia. Sebelum dan sesudahnya perang dunia ke II, Kapitalisme Amerika sangat mempengaruhi Tiongkok dan bagian Asia yang lain, juga Afrika, Australia, Eropa termasuk juga Inggris. Imperialisme Inggris semakin lama semakin renggang perhubungannya dengan Free State Irlandia, dengan Afrika Selatan, Australia dan Kanada serta sekarang dalam pertikaian hebat dengan tiang tempat berdirinya selama ini, yakni India dan Mesir. Strategi baru berdasarkan Teknik Atom menambah kemerdekaan tiap-tiap Dominion Inggris dan memperenggang antara Inggris dan masing-masing Dominionnya.
Dalam masa 10 tahun permulaannya Soviet Rusia berdiri (1917-1927), dia amat dimusuhi oleh Kapitalisme dan Imperialisme dunia. Jepang membantu dengan tentara dan senjata kepada kaum kontra revolusinya yaitu Rusia Putih di Siberia (1918), Inggris dan Perancis mendaratkan tentaranya di Archangel (1919), Rumania dan Polandia (1920) yang dibantu sepenuhnya oleh Inggris dan Perancis yang pula dari Barat, semua serangan itu dapat ditangkis oleh Sosialis Soviet Rusia dengan berhasil.
Demikian pula semua serangan dari pihak kontra revolusi di bawah pimpinan bekas para jendral Tsar seperti Khochlak, Denikin, Wrangel dan lain-lain dihancur-leburkan oleh senjata lahir dan batin (yang paling utama adalah batin) Republik Sosialis yang muda remaja itu.
Sesudahnya semua percobaan menyerang dengan senjata kemiliteran itu gagal, maka barulah dunia Kapitalisme mengakui Soviet Rusia lahir dan batin serta mengajak para wakil Soviet berunding di Genoa pada tahun 1922, ialah sesudahnya 5 tahun Sosialisme Rusia berdiri. Pengakuan atas kekuatan Soviet Rusia itu adalah kekuatan de fakto bukan de jure. Pengakuan dan perundingan atas dasar "duduk sama rendah dan tegak sama tinggi" itu, tiadalah mengurangkan kecurigaan dan kegelisahan dunia Imperialisme dengan jajahannya terhadap Sosialisme di Rusia itu. Meskipun senjata militer tidak lagi dilakukan terhadap Soviet Rusia tetapi tidak putus-putusnya dunia Kapitalisme mencoba memfitnah dan membusukkan di mata dunia luar Rusia dengan jalan anti propaganda yang serendah-rendahnya. Dari tahun 1928 sampai perang dunia ke II ini, Kapitalisme dunia kaget, kagum, dan gemetar melihat kemajuan pesat Sosialisme di Rusia, disebabkan oleh pelaksanaan Rencana Ekonomi  berturut-turut. Kemajuan semacam itu terutama dalam perkara teknik, pertanian dan perindustrian serta yang berhubungan dengan itu dalam hal sosial dan kebudayaan yang belum pernah dialami oleh bagian dunia lain dan di tempat manapun juga.
Tetapi dunia Kapitalisme tetap curiga walaupun kagum tetapi benci, meskipun maklum sungguh tentang kesanggupan Sosialisme dan kegagalan Kapitalisme. Baru setelah Jerman Fasis menyerang Rusia pada bulan Juni 1941 maka Kapitalisme Amerika dan Inggris menghampiri dan mengadakan perserikatan melawan perserikatan Fasis Jerman-Jepang-Italia.
Nyatanya sekarang bahwa perserikatan itu sama sekali tidak berdasarkan atas persamaan sifat. Apabila musuh bersama itu telah jatuh maka tegaklah kembali pertentangan sifat yang lama, pertentangan sistem sosialisme dengan sistem kapitalisme.
1.B. DUA "BISUL" PEPERANGAN.
George Washington, Presiden Pertama Amerika Serikat, memformulirkan, menetapkan, politik luar negeri dengan cara negatif, cara meniadakan. Dia mengusulkan supaya Amerika Serikat menjauhi "foreign entanglement", menjauhi supaya perkara luar negeri yang bisa menyebabkan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan. Inilah politik "isolasi", politik menyingkirkan diri yang masyur itu. Memang Amerika Serikat yang luasnya 3 ½ juta mil persegi dan penduduk baru beberapa juta saja di masa itu belum berapa membutuhkan dunia luar berupa pasar buat membeli bahan ataupun buat menjual barang pabriknya. Amerika membutuhkan tenaga dan modal asing. Keduanya datang bertimbun-timbun dari Eropa.
Paul Monroe sudah sampai ke tingkat sejarah Amerika Serikat bilamana Amerika Serikat membutuhkan Amerika Tengah dan Selatan sebagai pasar. Inilah artinya dasar politiknya "America for the Americans" ialah Amerika buat orang Amerika. Dalam hakekatnya pepatah ini berarti, bukan saja lagi Amerika di Utara perlu buat pasarnya Amerika Serikat sendiri, tetapi juga seluruhnya Amerika Utara, tengah dan Selatan hendaknya dimonopoli oleh kapital Amerika Utara. Politik negatif George Washington kini menidak bolehkan kapital asing bermarajalela di seluruhnya benua Amerika. Politik meng-isolir, mengasingkan diri dari negara asing, yang dimajukan oleh Monroe dan berbadan pada Partai Republik, sekarang dalam hakekatnya meng-isolir kapital asing di kedua benua Amerika.
Presiden Wilson, bapak Volkbond, Serikat Bangsa, pemimpin Partai Demokrat dengan mancampuri Perang Dunia ke I, akhrinya mengisolir Amerika Serikat dari Serikat Bangsa yang dianjurkan oleh Presiden Amerika sendiri itu, nyatalah sudah Amerika Serikat sudah sampai ke tingkat imperialisme, yang memerlukan pasar buat bahan, hasil pabrik dan penanaman modalnya. Cuma lembaga (tradisi) dan pertengkaran antara dua partai terbesari itu menyebabkan Partai Demokrat masih malu-malu kucing.
Perang Dunia ke II ini sekali lagi menarik Amerika Serikat, di bawah pemerintah Partai Demokrat pula, ke jurang politik "foreign entanglement". Memang almarhum Presiden Roosevelt dan penggantinya Presiden Truman sudah terlibat betul dalam imperialisme dunia. Kehendak Presiden Truman, supaya Amerika "tetap kuat, supaya tetap memegang pimpinan dan melakukan pimpinan itu untuk perdamaian dunia" adalah hasrat dan perkataan tepat-jitu seseorang wakil imperialisme tulen. Usaha campur tangan "mendirikan Korea yang demokratis", membantu anak angkat Tiongkok yang "merdeka dan demokratis" dengan Y.M.C.A (Kumpulan Pemuda Kristen), modal dan penasehat militer dsb., memproklamirkan "Commonwealth Filipina" yang "berdaulat dan merdeka" penuh tetapi mendudukan tentara atau armada Amerika di Filipina "berdaulat dan merdeka" itu pada tanggal 4 Juli tahun ini dan menduduki semua pulau yang penting buat siasat perang di seluruh Lautan Teduh, memang semuanya perbuatan imperialis 100%  yang diselimuti dengan perkataan "perdamaian dunia" dsb., yang lazim dipakai oleh "Winston Churcill dan Tenno Haika. Hilanglah ketakutan Amerika Serikat akan terlibatnya dalam politik luar negeri sesudah Perang Dunia ke II ini. Lenyaplah keinginannya hendak "menyingkirkan" diri dari diplomasi yang agresif. Amerika Serikat sekarang sudah terikat oleh kapital yang ditanamnya di seluruh dunia dan politik imperialisme yang dilakukan di seluruh Asia Timur dan lautan teduh.
Pasar buat bahan, hasil pabrik dan tempat menanam modal Inggris, jajahan dalam arti sebenarnya berada di Afrika, Asia Dekat dan Tengah. Terhadap Afrika dan Asia, Inggris bersikap si penjajah tulen. Di Eropa Barat dan Tengah Inggris mempunyai pasar pula buat menjual barang pabriknya dan menanam modalnya. Buat menjaga pasarnya itu dia menjalankan politik memecah dan mengadakan "block". Negara yang besar dipecah atau dikepung. Nederland yang kuat di abad ke 17 dipecah menjadi Negara Belgia dan Belanda sekarang. Perancis yang kuat di jaman Napoleon, dikepung dan diperangi oleh "block" beberapa negara Eropa di bawah pimpinan Inggris. Jerman di bawah Leiser di kepung dan diperangi oleh "block Negara" di bawah pimpinan Inggris (1914-1918). Jerman di bawah Nazi dikepung dan diperangi oleh "Block Negara" di bawah pimpinan Inggris (1939-1945). Sekarang Negara Soviet-Rusialah yang terkuat di Eropa. Inggris sedang berusaha keras mengadakan "block Negara" di Eropa Barat, di sekitar Lautan Tengah dan di Asia Dekat dan Tengah. Jalan terpenting buat Inggris ke Hindustan ialah Terusan Suez dan kedua Trans-Jordania-Irak. Sjahdan Irak seperti juga Iran amat penting sekali buat imperialisme Inggris, berhubung dengan minyak-tanah dan jalan darat dan udara pergi ke India. Di sinilah Inggris sekarang berusaha mengadakan "Block Negara" Turki-Arab di bawah pimpinannya menentang Soviet Rusia. Kabarnya konon di Irak berada 200.000 serdadu Inggris.
Soviet Rusia tentulah insaf betul akan maksud Inggris terhadap dirinya di masa ini. Soviet Rusia tentunya belum lupa akan sikap Inggris terhadap dirinya dari waktu berdirinya pada tahun 1917 sampai pecahnya perang Jerman-Rusia tahun 1941. Soviet Rusia membalas aksi ekonomi dari pihak Inggris dengan aksi ekonomi dan aksi diplomasi dengan aksi diplomasi pula. Produksi minyak di Rumania yang dahulu dikuasai Inggris sekarang jatuh ke tangan Rusia. Di Iran rupanya Rusia bisa mendapatkan hak mendirikan kongsi minyak dengan Iran. Dengan begtiu maka monopoli Inggris-Amerika di Iran terancam oleh kongsi Rusia-Iran. Oleh musuh Rusia tindakan Rusia semacam ini dikatakan tindakan imperialisme merah. Terjemahan semacam itu memangnya gampang dimengerti dan dipercayai oleh otak yang kurang kritis, apalagi oleh semangat yang memang berat sebelah. Tetapi dalam suasana pergulatan hidup mati antara yang mem-block dan yang diblock yang diperdalam pula oleh pertentangan lama antara sistem sosialisme dan sistem kapitalisme, susahlah dicari titik berhentinya politik Sosialisme yang mempertahankan diri dan titik melangkahnya politik imperialisme-merah atau putih dan akhirnya mana yang "sebab", mana pula yang "akibat".
Teranglah sudah di sekitarnya negara Iran-Irak dan Turki berada "bisul" peperangan yang sewaktu-waktu bisa meletus. Inilah bisul yang pertama.
Di Asia Timur umumnya di Korea khususnya di mana Trusteeship Rusia berdampingan dengan Trusteeship Amerika berada "bisul" peperangan yang sewaktu-waktu pula bisa meletus.
Inilah bisul yang kedua.
3. Di sekitarnya Pertentangan.
Pertentangan yang mencolok mata dalam beberapa hal-ichwal kehidupan manusia dalam masyarakat sosialisme di Rusia dan dalam masyarakat kemodalan, seperti di Amerika, Inggris dll. ialah:
a. Dalam hal Politik.
Di Soviet Rusia. Pada permulaan revolusi di tahun 1917, maka pemerintah negara berdasarkan Diktatornya Kaum Proletar, dalam arti proletar mesin dan tanah di bawah pimpinan Partai Komunis, yang beranggota beberapa puluh ribu orang saja, memaksakan kemauannya atas seluruh penduduk Rusia, yang lebih kurang 150 juta itu. Dalam pemilihan umum yang baru lalu Partai Komunis dengan anggota dan calonnya sudah menjadi beberapa juta dan jumlah pemilih sudah hampir 100 juta orang. Kekuasaan tetap di tangannya pekerja dalam pabrik, tambang dan pertanian.
b. Di dunia kemodalan.
Dalam masyarakat, di mana kekuasaan (birokrasi), kekayaan dan kebudayaan dipegang oleh kaum borjuis (bankir, pemilik pabrik, pedagang dengan para pembantunya profesor, pembesar Negara, Pangreh Praja, jurnalis, pendeta, dsb.), maka pemilihan umum itu cuma berarti memindahkan kekuasaan negara dari tangannya satu golongan kaum borjuis ke tangan golongan borjuis yang lain. Dengan perkakas pemerintah yang berupa birokrasi, dibantu oleh alat propaganda yang kuat, maka beberapa biji kaum kapitalis itu bisa memaksakan kemauannya atas seluruh Rakyat. Dalam masyarakat kapitalis, maka demokrasi itu adalah satu kedok buat menutupi muka kediktatoran beberapa biji kapitalis atas seluruhnya rakyat.
c. Dalam hal bahan.
Soviet Rusia berbahagia mempunyai hampir semuanya macam bahan kodrat seperti arang, minyak tanah dan listrik, hampir semuanya bahan logam, seperti besi, mas, perak, platina, dll., hampir semuanya bahan pemakaian, seperti kapas, wol, kayu, kecuali getah, tetapi bisa diganti; dan akhirnya makanan yang melimpah, karena tanahnya luas dan subur, Soviet Rusia tak begitu membutuhkan bahan dari luar.
Inggris cuma kecukupan arang saja. Minyak didatangkan dari semua pelosok dunia. Besi tak cukup; mesti didatangkan dari luar. Timah dari Malaya. Hampir semua logam yang lain-lain tak terdapat di Inggris. Kapas kurang halus dari Hindustan. Yang halus dari Sudan (Mesir). Getah dari Malaya. Cuma +40% barang makanan bisa dihasilkan di Negara Inggris sendiri. Sebagian besar dari daging atau gandum mesti didatangkan dari luar (Argentina, Australia, Hindustan, dll.).
Amerika Serikat berbahagia pula memiliki alam yang mengandung hampir semuanya jenis bahan. Timah dan getah yang tidak ada di Amerika Serikat bisa diperoleh di Amerika Selatan. Cuma boleh jadi sekali minyak tanah sudah hampir kering dipompa dari kandungan bumi Amerika Serikat. Kapitalis Amerika sudah lama insyaf akan hal ini. Sebab itulah maka Standard Oil Co. mempertajam hidungnya mencium-cium di mana ada minyak dan sudah lama mempererat cengkramannya pada kebanyakan sumber minyak di luar Amerika. Getah dan Timahpun adalah persoalan terpenting buat perindustrian terpenting di Amerika Serikat ialah perindustrian oto dan pesawat terbang.
d. Dalam hal perburuhan.
Dengan hancurnya beberapa biji kapitalis serta jatuhnya alat produksi di tangan masyarakat buat masyarakat, dengan lenyapnya "hasrat mencari untung", lenyapnya "dasar produksi yang anarkis" dan lenyapnya "kebiasaan berlomba-lomba menghasilkan dan menjual murah" seperti di dunia kapitalis, maka kedudukan Rakyat di Soviet Rusia tidak lagi bertinggi berendah kedudukan buruh dan majikan, melainkan kedudukan mereka sesama pekerja.
Perbedaan tentulah tak akan lenyap begitu saja, karena terbawa oleh pengaruh lama dan pengaruh kapitalisme di sekitar Soviet Rusia. Perbedaan terbawa pula oleh perbedaan pekerjaan, tetapi perbedaan itu makin lama makin berkurang, selama penghisapan tenaga kaum buruh oleh majikan tiada berlaku, selama produksi bukan dilakukan buat mencari untung oleh beberapa biji kapitalis yang berlomba-lomba, melainkan buat keperluan masyarakat seluruhnya menurut satu perhitungan, selamanya itulah pula krisis dan pengangguran tetap (permanent unemployment) tak akan dikenal di Rusia sosialis.
Sekaya-kayanya Amerika (dan Inggris) dan selama penghasilan cuma buat memburu untung sebesar-besarnya oleh beberapa biji kapitalis dengan jalan berlomba-lomba mempertinggi teknik, mengurangkan gaji buruh dan mengurangkan banyaknya buruh dipakai maka kedudukan Rakyat dalam garis besarnya adalah kedudukan majikan dan buruh, bertinggi berendah dan kedudukan yang mengancam dan terancam.
Kaum buruh ialah bagian penduduk yang terbesar dalam masyarakat itu, selalu terancam oleh pengangguran. Adapun pengangguran itu adalah suatu penyakit yang tetap terkandung oleh masyarakat kapitalisme. Penyakit pengangguran itu bisa lenyap kalau kapitalisme dan kaum kapitalis sendiri lenyap dari muka bumi Amerika, Inggris & Co.

Sebelum perang dunia kedua ini, maka pengangguran tetap di Amerika Serikat kurang lebih 11 juta orang dan Inggris kurang lebih 2 juta orang.

e. Dalam hal pertanian.

Dengan lenyapnya Latifudian (tuan tanah ningrat) yang memiliki tanah ratusan kilometer persegi luasnya dan lenyapnya kasta kaum Ningrat di Rusia, maka lenyaplah pula tindasan dan isapan kaum Ningrat atas tenaganya buruh tanah dan lenyaplah pula akhirnya proletar tanah dalam arti lama. Dengan kemajuan kolektivisme (kerja bersama) dan mekanisasi (pemakaian mesin) maka timbullah kaum pekerja tanah di samping pekerja pabrik dan tambang.

Kedudukan buruh terhadap majikan (tani terhadap tuan tanah) bertukar menjadi kedudukan pekerja terhadap pekerja: sama rata.

Di Amerika dan Inggris penghisapan dan penindasan farmers (tuan tanah) besar dan menengah terhadap jutaan buruh tanah, ialah mereka yang hidup dengan gaji semata-mata, masih marajalela. Seperti buruh mesin maka buruh tanah di Amerika, Inggris dll., masih menderita tindasan dan penghisapan dan masih terancam oleh pengangguran yang mengenai jutaan manusia pada waktu yang tetap pasti datangnya.

f. Dalam hal kebangsaan.

Di Soviet Rusia perbedaan bentuk badan, besar tubuh, warna kulit dan perbedaan bahasa dan kebudayaan satu golongan manusia dengan golongan manusia lainnya tiada lagi menimbulkan pertentangan, kebencian dan permusuhan. Soviet Rusia sanggup memusatkan semua persamaan di antara satu golongan manusia dengan golongan manusia yang lain, umpamanya dalam keperluan hidup (politik dan ekonomi). Sanggup pula memberi kelonggaran pada perbedaan, umpamanya tentangan bahasa dan kebudayaan. Dengan memakai bahasa Rusia sebagai bahasa pengantar buat seluruhnya Soviet Rusia dan membiarkan bangsa kulit putih, Turki, Mongolia memakai dan memajukan bahasanya sendiri dalam satu "federasi" besar atas sistem sosialisme, maka pertentangan kebangsaan hilang lenyap.

Pertentangan kebangsaan hilang lenyap. Pertentangan majikan dan buruh yang melekat pada sistem kapitalisme memperdalam perbedaan bangsa dan bangsa, dalam sesuatu masyarakat kapitalisme. Dalam negara Amerika Serikat yang membanggakan "demokrasi" dan "kemerdekaan" itu, ada tempat dalam kereta api umpamanya, yang tiada bisa dimasuki oleh bangsa Niger (orang hitam). Bangsa yang malang ini acap kali menderita serangan kejam, yang termashur di dunia dengan perkataan "lynch", ialah "pukulan sampai mati", kalau ada orang hitam yang melanggar atau disangka melanggar kehormatannya (perempuan) bangsa kulit putih. Orang berwarna di Afrika Selatan amat dipisahkan tempatnya dengan orang kulit putih baik dalam ekonomi, politik ataupun pergaulan hari-hari saja. Dalam kereta kendaraan sering tertulis "for white men only", cuma buat orang putih saja.

Masih segar dalam peringatan kita tulisan di Shanghai di kebun umum, "Chinese and dogs are not allowed", Tionghoa dan anjing dilarang masuk.

4. Kemungkinan pertentangan.

Sejarah masyarakat kita yang mengandung pertentangan sosialisme itu, logisnya, bisa menimbulkan 4 kemungkinan. 1) Kapitalisme menang dan sosialisme lenyap; 2) Keduanya sosialisme dan kapitalisme bersama-sama masyarakat manusia hilang lenyap; 3) Kapitalisme dan sosialisme berkompromi; 4) sosialisme menang sempurna.

Bahwa kapitalisme akan menang sempurna dan sosialisme akan lenyap sama sekali, tidaklah mungkin. Sekarangpun di negara kapitalis yang sekuat-kuatnya, sosialisme adalah satu faktor, satu kekuatan yang tiada bisa dibatalkan. Di Amerika atau Inggris ada "undang-undang perburuhan" yang menjamin penghidupan (walaupun sederhana) kaum proletar. Hak kaum buruh mendirikan perkumpulan dan surat kabar dan mengirimkan wakilnya ke Dewan Perwakilan sudah lama diakui dan dijalankan di Amerika, Inggris dll. 

Bahwa sosialisme dan kapitalisme keduanya bersama masyarakat manusia kita akan lenyap dari muka bumi, tiadalah perlu banyak diperundingkan. Kemungkinan itu memang ada, umpamanya kalau negara sosialis dan serikatnya berperang habis-habisan dengan negara kapitalis dan serikatnya memakai senjata yang tiada lagi mengindahkan perikemanusiaan. Tetapi kemungkinan ini beralasan pula atas kemungkinan bahwa manusia itu sudah tak berakal dan berkemanusiaan lagi. Dengan perkataan lain: manusia itu bukan manusia lagi.

Lebih mungkin hal 3, bahwa kapitalisme dan sosialisme akan berkompromi, atau dengan jalan ambil mengambil, atau sebagai dua sistem yang bertentangan, tetapi hidup sebagai dua tetangga yang berdamai atas dasar hormat-menghormat.

Kemungkinan ini bisa berlaku, kalau beberapa syarat bisa pula berlaku.

PERTAMA: pada satu pihak dunia Sosialis cukup mempunyai "bahan" buat per-industriannya buat menjamin penghidupan yang cukup tinggi buat penduduknya dan teknik yang cukup kuat buat pertahanan masyarakatnya terhadap serangan Dunia Kapitalis yang mungkin terjadi. Pada lain pihak Dunia Kapitalis mesti tetap punya pasar buat membeli bahan pabrik, pasar buat menjual hasil pabrik dan daerah buat menanam modalnya. Karena modalya dan pabriknya kaum kapitalis senantiasa bertambah besar itu adalah syarat hidupnya kapitalisme pada satu pihak, tetapi pada pihak lain jajahan dan pasar sekarang saja sudah amat sempit buat seluruhnya kapitalisme di dunia, maka susahlah kalau tidak mustahil, yang dunia kapitalisme bisa terus hidupnya. Atau dunia kapitalisme akan terpaksa bertempur dengan dunia Sosialis atau akan meletus kegembungan diri sendiri.

Tiap-tiap krisis, pengangguran dan pemogokan umum di dunia kapitalis di waktu damaipun akan menambah simpati kaum proletar di negara kapitalis tehradap negara sosialis yang tak mengenal penyakit krisis, pengangguran dan pemogokan umum semacam itu.

Sebaliknya pula kebusukan negara kapitalis itu akan menambah cemburu, kecurigaan dan kebencian kaum kapitalis di negara kapitalis terhadap kemakmuran dan ketenraman negara sosialis itu. Pada lagi di waktu revolusi dalam salah satu negara kapitalis atau di masa peperangan imperialis, sudahlah buat Negara Sosialis dan Negara Kapitalis buat menjauhi peperangan satu sama lainnya.

KEDUA: pembagian hasil di antara kaum kapitalis dan kaum buruh, yang berupa untung dll. (termasuk bunga uang gaji dan pensiun) buat kaum borjuis serta upah buat kaum proletar, haruslah semakin lama semakin mendekati sama rata dengan tidak melalui jalan revolusi. Tetapi kesulitan penyelesaian itu dengan damai amat susah sekali diperoleh, kalau tidak mustahil. Karena memperbesar upah buat kelas-buruh berarti memperkecil untung buat kaum borjuis. Kalau untungnya kecil, maka bunga uang buat meminjam modal itu sendirinya naik. Sendirinya pula harga barang pemakaian sehari-hari naik. Sendirinya pula, akhirnya, upah yang diperbesar tadi dibatalkan oleh harga-harga keperluan buruh sehari-hari naik itu. Kenaikan upah itu tak berguna. Kaum buruh perlu berusaha kembali menaikan upahnya dengan jalan pemogokan. Lain pula kalau upah buruh amat tinggi, maka kaum borjuis mencoba mendapatkan dan memakai mesin baru yang lebih cepat dan kuat (mekanisasi). Dengan begini maka terpaksa pula sebagian kaum buruh dilepas, sebab mesin baru yang cepat-kuat tadi membutuhkan sedikit orang saja. Dengan begitu maka timbullah pula pengganguran. Semua percobaan buat menaikkan upah dengan jalan pemogokan dari pihak kaum pekerja dan jalan mengurangi banyak pekerja (pengangguran) dengan jalan mekanisasi dari pihak kaum kapitalis ialah bunga api yang sewaktu-waktu bisa membakar minyak tanah revolusi dalam masyarakat kapitalisme.

KETIGA: Kedudukan Negara Penjajah dan Negara Terjajah (seperti Inggris dan Hindustan) mesti dengan secara damai pula mendekati keadaan dua Negara Merdeka. Tetapi buat Negara Penjajah ini berarti kehilangan pasar buat membeli bahan yang murah, kehilangan pasar tempat menjual hasil pabriknya dengan harga tetap mahal dan kehilangan daerah yang tetap aman buat menanam modal yang tetap besar untungnya. Karena kemerdekaan tulen buat Negara Terjajah itu berarti mengendalikan harga bahannya dan di mana bisa memakai bahannya itu untuk pabriknya sendiri. Selainnya dari pada itu memakai pasar dalam negaranya sendiri buat menjual hasil pabriknya sendiri dan kalau perlu dengan menolak sama sekali masuknya atau mempajaki barang pabrik Negara Asing yang bisa menjadi saingan buat hasil pabriknya sendiri. Akhirnya di mana ada kesempatan negara dulunya terjajah, tetapi sekarang Merdeka tulen, andaikan secara kapitalis itu tentulah akan memakai daerahnya sendiri buat menanam modalnya sendiri. Pada tingkat permulaan mungkin sesuatu Negara baru Merdeka itu mau dan perlu memakai modal asing, tetapi dalam tempo sedikit saja modal asing itu akan takut dan ngeri sendiri melihat kemajuan dan persaingan hebat dari Negara baru itu. Umumnya Asia dan Afrika mempunyai banyak bahan dan tenaga yang murah harganya. Membangunkan kapitalisme Asia seluruhnya berarti buat kapitalisme Eropa dan Amerika membangunkan saingan perdagangan yang kalau diperbandingkan dengan perdagangan Jepang sebelum perang Dunia ke II, adalah seperti perbandingan gajah dengan lalat.

KEEMPAT: Ketiganya Almarhum Negara Fasis, yakni Jerman, Italia dan Jepang tetap bisa dikangkangi dan diinjak lehernya. Ini membutuhkan kekuatan dan persatuan kokoh antara Bekas Sekutu, ialah Inggris, Amerika dan Rusia. Sedikit saja kekuatan atau persatuan mengangkangi dan menekan ketiga negara yang berjumlah penduduk + 200 juta itu longgar, maka akan bangunlah kembali negara bekas fasisyang akan mendapatkan bermacam-macam jalan buat menimbulkan kembali perlawanan membalas dendam. Sekarang belum lagi negara menang berunding dengan negara kalah buat menentukan nasib negara-kalah itu, sudah timbul percekcokan hebat antara 3 negara menang, yakni Inggris, Amerika dan Rusia.

Boleh jadi sekali kalau perundingan sudah dimulai akan timbul pertentangan, malah permusuhan yang hebat, yang tak bisa dipadamkan. Sekarang pun sudah terdengar kabar, bahwa masing-masing negara menang akan mengurus perdamaian dengan bagian negara kalah yang didudukinya saja. Dengan begitu, maka negara kalah akan berupa terbagi-bagi. Tetapi begitu pula negara menang. Jikalau negara menang itu terbagi-bagi, maka akan terbukalah jalan buat mereka negara kalah dengan jalan tertutup, setengah terbuka dan akhirnya terang-terangan bersatu-diri dan mengadakan perlawanan seperti dilakukan di Jerman sesudah Perang Dunia ke-I. Apakah jalan persatuan dan imperialisme Jerman itu kelak akan dipimpin oleh partai fasis pula atau oleh bentuk lain, bolehlah diserahkan kepada sejarah saja. Tetapi sudahlah beberapa kali sejarah Jerman membuktikan, bahwa bangsa Jerman tak bisa dikangkangi, dikendalikan oleh negara asing ataupun dibagi-bagi kedaulatan, kemerdekaan, daerah atau administrasinya, buat selama-lamanya.

Mengingat kesulitan 4 perkara ini sebagai syarat buat negara sosialis dan negara kapitalis mengadakan kompromi, maka keadaan berkompromi itu adalah seolah-olah surga yang mesti didapat setelah melalui jembatan rambut menyeberangi api neraka.

Kemungkinan terakhir, 4) ialah: Kemenangan sempurna pada pihak sosialisme atas kapitalisme. Ini tiada akan berarti bahwa kapitalisme akan lenyap sama sekali. Sebab hasilnya (positive-result) yang dibawa oleh kapitalisme ialah teknik, administrasi dan kerja bersama dalam sesuatu perindustrian, akan dibawa terus, bahkan dimajukan oleh sosialisme. Kemenangan sosialisme yang sempurna berarti, bahwa sosialismelah sistem yang akan diakui dan dijalankan di seluruh dunia. Dalam garis besarnya ini berarti: usaha mencocokkan produksi dan distribusi dengan cara teratur (rational), kerja bersama (cooperation), dan tergabung (coordination), untuk kemakmuran tiap-tiap anggota masyarakat yang bekerja di seluruh dunia. Akan lenyaplah cara menghasilkan menurut kehendak dan keperluan seseorang kapitalis, buat mencari untung seseorang diri. Akan hilanglah perlombaan menjual murah dan mencari untung besar dan berhubung dengan itu, hilanglah pengangguran, krisis, imperialisme, peperangan dan penjajahan.

Alasan buat kepastian kemenangan sosialisme atas kapitalisme adalah bermacam-macam, di antaranya adalah:
PERTAMA: dalam hal politik.

Dalam masyarakat kapitalis, maka beberapa biji kapitalis dengan hartanya membikin birokrasi dan menyewa kaki-tangannya buat menindas dan menghisap golongan terbesar dalam masyarakat, ialah pekerja otak. Dalam masyarakat sosialis, maka harta perseorangan buat kemakmuran tiap-tiap anggota masyarakat. Dalam masyarakat semacam ini kekuasaan politik tiada lagi dimonopoli oleh beberapa biji kapitalis buat kepentingan dirinya sendiri, melainkan oleh semua yang bekerja.

KEDUA: Dalam hal ekonomi.

Dalam masyarakat kapitalis pendapat baru (teknik) dipakai buat memukul perusahaan saingan. Mesin baru bisa mengadakan barang yang lebih banyak, lebih bagus dan lebih murah. Tetapi sebaliknya sering pula mesin baru dibeli oleh satu monopoli, terus dibuang atau dipendam karena takut kalau mesin baru menimbulkan terlampau banyak pengangguran, jadinya mengguncangkan pasar pula. Kalau pengangguran tiba-tiba terjadi, maka sebagian besar kaum buruh kehilangan upah. Jadinya mereka tidak sanggup membeli apa-apa walaupun mesin baru bisa mengadakan barang yang bagus dan murah. Kalau barang tak laku, pabrik terpaksa pula ditutup. Masyarakat sosialis, yang tidak berdasarkan concurrentie itu, melainkan berdasarkan perhitungan atas apa dan berapa keperluannya masyarakat itu, akan bergembira kalau seseorang anggotanya mendapatkan mesin baru buat memperbanyak, mempercepat dan memperbagus hasilnya. Syahdan keperluan dan keinginan manusia itu tak ada hingganya. Sesudah keperluan makan tertutup, orang mau pakaian. Seusudah keduanya tertutup, orang mau kendaraan. Seterusnya orang mau bunyi-bunyian dll. Makan dan minumanpun adalah bermacam-macam tingkatnya, dari yang perlu buat hidup seperti nasi, sampai ke goreng ayam, sate perkedel, dll. Pakaian: dari celana karung sampai mori, palmbeach dsbnya. Kendaraan: dari kuda dan kereta angin sampai ke oto dan pesawat terbang. Bunyi-bunyian dari biola sampai radio. Demikianlah seterusnya, dari yang perlu sampai ke setengah mewah dan mewah. Berhubung dengan tak ada batasnya keinginan manusia itu maka tak pula ada batasnya buat kemajuan teknik dan temannya itu ilmu. Produksi bisa membumbung setinggi-tingginya.

Seperti sudah dibayangkan lebih dahulu, maka dalam masyarakat kapitalis tak ada kecocokan antara produksi dan distribusi. Barang itu dihasilkan oleh beberapa biji kapitalis, dengan tak merembukan banyak dan sifat barangnya satu sama lainnya, menurut rancangan. Kemajuan barang tadi dijual di pasar dan dibeli oleh yang mampu saja. Mungkin barang itu kurang, kalau kemampuan melebihi. Mungkin pula barang itu kelebihan, kalau kemampuan si pembeli kekurangan. Celakanya kalau barang itu kekurangan, maka harganya naik, dan untungnya besar. Dalam hal ini beberapa biji kapitalis yang sama-sama menghasilkan barang yang kurang tadi, dengan tidak berembuk satu sama lainnya memperbanyak barang sekuat-kuatnya. Tiba-tiba barang itu melimpah. Harganya merosot. Untung kecil, hilang berganti menjadi kerugian. Parbik terus ditutup dan pengangguran timbul.

Dalam masyarakat sosialis, maka banyak dan sifatnya barang yang akan dihasilkan dihitung lebih dahulu oleh satu badan yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Banyak dan sifatnya hasil semua (pabrik, tambang, kebun) yang sudah dimiliki oleh masyarakat itu, dicocokkan lebih dahulu dengan keperluan dan haknya anggota masyarakat yang bekerja. Banyak hasil dan pemakaian hasil tiadalah diombang-ambingkan oleh kekuatan membeli seseorang anggota masyarakat lagi, melainkan didasarkan atas perhitungan yang nyata, ialah keperluan masing-masing anggota yang bekerja. Dalam masyarakat yang sosialis perhitungan itu masih berdasarkan upah orang yang bekerja, atau sebagian atas upah dan sebagian atas keperluan masusia umumnya. Dalam masyarakat komunisme penghasilan (produksi) berdasarkan: tiap-tiap orang kerja menurut kesanggupannya. Pembagian hasil berdasarkan: tiap-tiap orang mengambil hasil menurut keperluannya.

KETIGA: Dalam hal diplomasi.

Dalam masyarakat dunia kapitalis maka Negara yang kapitalis yang kaya dan kuat dalam kemiliteran dan teknik bisa memaksa kemauannya sendiri atas negara yang lemah buat dijadikan jajahan: ialah pasar tetap buat membeli bahan, menjual hasil pabrik dan mengembangkan modalnya. Pemaksaan itu (Imperialisme) menimbulkan peperangan dengan Negara lemah tadi atau dengan negara lain karena ingin pula mempunyai jajahan seperti itu atau lantaran takut kalau negara perampas bermula akan bertambah kuat dan bertambah berbahaya buat dirinya sendiri.

Dalam masyarakat dunia sosialis, semua bahan dunia bisa di hitung dan dikumpulkan oleh satu badan yang dibentuk oleh masyarakat dunia itu. Barang bahan itu bisa diperoleh diri sesuatu negara yang punya, dengan penukaran dengan hasil pabrik atau uangnya negara yang membutuhkan barang bahan itu. Dengan hilangnya rebut-merebut pasar buat membeli bahan dan menjual barang-pabrik dengan lenyapnya usaha mencari untung dan bunga uang, maka hilanglah pula alasan dan dasar yang terpenting buat peperangan.

Keuntungan masyarakat sosialis dalam hal sosial, kebudayaan dll., amat terlampau banyak. Tetapi kelebihan kekokohan masyarkaat sosialis dalam hal politik, ekonomi, dan diplomasi seperti diuraikan di atas tadi sudah cukup memberi jaminan bahwa masyarakat sosialis mesti menang. Sejarah masyarakat sudah membuktikan bahwa masyarakat sosialis mesti menang. Sejarah masyarkaat sudah membuktikan bahwa masyarakat yang lebih kokoh ekonomi, teknik dan politiknya menggantikan yang lebih lemah, masyarakat feodal menggantikan masyarakat budak, dan masyarakat kapitalis menggantikan masyarakat feodal. Sekaranglah jamannya buat maysarakat sosialis menggulingkan masyarakat kapitalis. Atau dunia kita terpaksa kembali menjunjung "undang-undang rimba" (the law of the jungle) dalam pergaluan satu negara dengan lain. Dengan bertambah cepatnya maju teknik perang (bom-atom) maka bertambah cepatlah pula masyarakat kapitalis itu didorong oleh "undang-undang rimba" itu ke perang dunia ke II sampai hancur lebur semuanya masyarakat kita manusia.

5. UNO sebagai PENDAMAI.
Buat menegakkan perdamaian dunia belumlah cukup kalau League of Nations (Serikat Bangsa) ditukar saja dengan United Nations Organitation (UNO). Tidak saja namanya, tetapi juga "sikapnya" mesti ditukar.

League of Nations, lebih dikenal di jaman penjajahan Belanda dengan nama Volkenbond, cukup penting dan mulia maksudnya, ialah: menyelesaikan perselisihan Negara dan Negara dengan jalan perundingan. Cukup kuat pula "sanction"nya, ialah hukuman atas negara bersalah sebagai jaminan sesuatu putusan bersama dalam League itu. Kalau nyata sesuatu negara bersalah karena membahayakan perdamaian dunia, maka negara itu harus diboikot. Tetapi Jepang yang sudah nyata salahnya, karena terang bersikap ceroboh (aggressive) di Mancuria terhadap Tiongkok (1931) tiada diboikot. Sebabnya itu ialah lantaran pemboikotan terhadap Jepang itu dianggap pembukaan peperangan dunia. Jadi orang takut akibatnya menjalankan putusan League of Nations tadi, putusan bulat dari semua negara anggota, kecuali Siam. Ketakutan League of Nations kepada akibatnya memboikot Jepang, menimbukan akibat yang lebih menakutkan lagi. Kecerobohan Fasis Italia terhadap Abessinia dan kecongkakan Musolini terhadap League segera dibuntuti dengan kecerobohan Nazi Jerman terhadap Polandia, Norwegia dll. Di Eropa dan kecongkakan Hitler terhadap League. Akhirnya maka "sikap" lemah, takut akibat-kecil tadi berujung pada Perang Dunia ke II, akibat sebesar-besarnya.

Kalau UNO dari mulanya akan bersikap lemah pula seperti Badan yang diwarisinya maka UNO pun akan mewarisi nasibnya League of Nations. Tidak saja UNO harus mempunyai wujud yang nyata, organisasi yang teguh, serta "sanction" yang terang tertulis, tetapi terutama pula UNO mesti berani menanggung akibatnya menjalankan sesuatu putusan yang sah.

Seperti League of Nations, maka UNO bermaksud penting mulia menegakkan perdamaian dunia dengan jalan menyelesaikan pertikaian negara dan negara. Sanctionnya UNO lebih tegas, pasti dan kuat dari sanction-nya League of Nations.

Kalau sesuatu negara terang ceroboh, maka menurut undang-undang UNO, tidak saja harus diboikot dalam arti ekonomi atau perhubungan, tetapi juga boleh digempur.

Sifatnya sesuatu kecerobohan itu terang pula termaktub dengan Anggaran Dasarnya UNO Kecerobohan itu dalam hakekatnya didasarkan atas pelanggaran dua hak sesuatu bangsa, yakni pertama menentukan pemerintahnya sendiri (right of self determination) dan kedua mempertahanakan Kemerdekaan Negaranya (right of self defence).

Pelanggaran itu berlaku, kalau salah satu dari lima perkara yang ditentukan pada salah atu konferensi dunia berlaku, ialah: 1) kalau sesuatu negara mengumumkan perang pada negara lain (sudah tentu yang bukan menyerang!); 2) mengerahkan tentara daratnya buat menyerang; 3) mengerahkan armadanya dan pesawat terbangnya; 4) mempersenjatai sesuatu golongan dalam negara lain yang menyerang negara lain itu; 5) mengepung ekonominya negara lain (blokade ekonomi).

Yang akan menjadi ujian buat UNO kelak terutama sekali adalah dua persoalan:

1. Bagaimana sikap UNO terhadap bangsa yang melepaskan dirinya dari salah satu bentuk penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan yang diperolehnya terhadap serangan luar.

2. Bagaimana sikap UNO terhadap negara yang maju dengan perminataan mempunyai pasar-tetap, baik berupa protection (perlindungan), commonwealth ataupun free state (persoalan "the haves and the haves not").

PERSOALAN I

Berhubung dengan persoalan 1) apakah UNO akan menganggap sesuatu negara yang "menyerang" satu bangsa yang memerdekakan dirinya dan mempertahankan kemerdekaannya itu adalah satu negara "ceroboh"? Apakah UNO dalam hal ini akan memboikot atau mengempur negara ceroboh itu?

Dalam arti yang tegas-hidup buat Indonesia sekarang pertanyaan itu kita boleh susun, sebagai berikut:

Apakah si Licik-Pendusta Diplomasi Inggris dengan bonekanya si Congkak-Cacah-Camar-Ceroboh tetapi pengecut Belanda, yang memakai tentara darat, laut dan udara, mengadakan pengepungan ekonomi, mempersenjatai dan mengerahkan Jepang dan Bangsa Indonesia yang bodoh-goblok menyerang bangsa Indonesia yang memerdekakan dirinya dan mempertahankan kemerdekaannya selama 8 bulan ini, bukan satu kecerobohan?

Kalau belum terang, apakah UNO tak patut mengirimkan satu komisi yang terdiri dari beberapa Negara, termasuk juga negara yang tiada berkepentingan minyak tanah, getah atau timah di Indonesia ini? apakah sikap Inggris dan bonekanya Belanda dibenarkan, apakah ini tidak akan berarti membenarkan "penjajahan" dan membatalkan "hak kemerdekaan sesuatu bangsa" (right of self-determination) dan "hak mempertahankan diri" (right of self-defence) ialah dua tiang tempat berdirinya UNO?

Kalau seandainya Inggris dan bonekanya Belanda memang melanggar kemerdekaan Indonesia dan memang ceroboh, tiadakah perlu Inggris Belanda diboikot dan digempur? apakah sikap sikap lemah seperti terhadap Jepang pada tahun 1931 pula yang akan diambil?

Satu pepatah yang masyur sekali berhubung dengan sikap yang mesti dipakai oleh para hakim dalam satu perkara di salah satu Negara demokratis yang kuno di Indonesia di jaman lampau berbunyi: "Tiba di mata dipicingkan dan tiba di perut dikempiskan". Artinya itu kalau yang bersalah itu adalah berdekatan dengan para hakim maka perkara itu ditutup saja. Menurut dasar negara itu juga patutlah: "Tinggi kayu aru dilangkahi dan rendah bilang-bilang diseluduki". Artinya, walaupun yang kiranya bersalah itu berkedudukan tinggi, maka para hakim mesti berani melangkahi, berani melakukan hukuman, ialah kalau perlu. Jika yang diperiksa itu rendah kedudukannya dalam masyarakat, maka para hakim harus lebih merendah (hati) lagi: lebih objektif dan lebih ramah-tamah.

Tetapi apakah negara kecil-kecil dan negara besar-ponakan Inggris, apakah (our cousin) Amerika Serikat akan bisa, berani mau sampai hati mengambil tindakan terhadap Inggris? Teranglah Amerika Serikat sampai hati "me-atomi" satu negara Asia, seperti Jepang, tetapi apakah Amerika Serikat akan berani, mau dan sampai hati menegor, memboikot atau menggempur Inggris, Nica kalau terang bersalah?

Apakah dalam hal ini berlaku pepatah kuno di atas: "Tiba di mata dipicingkan, tiba di perut dikempiskan? 

Kalau tidak sanggup, maka cuma satu jalan yang patut dipilih oleh Amerika Serikat. "Tinggalkan" UNO seperti dulu Amerika meninggalkan League. Kalau Amerika Serikat tetap tinggal duduk dalam UNO maka dia ikut tanggung akibat yang lebih besar: kecerobohan bebas dari hukuman terus-menerus, bahkan dapat sanction, ialah "cap" pula dari UNO sampai ……ke Perang Dunia 3.

PERSOALAN II.

Karena rapatnya perhubungan persoalan pertama di atas dengan persoalan kedua, maka dalam pemecahannya persoalan pertama sudah termasuk pula pemecahan persoalan kedua ini: yaknim boleh atau tidakkah dibenarkan oleh UNO permintaan baru untuk mempunyai pasar tetap, berupa commonwealth atau free state?

Seandainya kelak sesudah beberapa tahun salah satu negara Jerman, Italia, Jepang atau ketiganya serentak bangun kembali atau negara baru seperti Tiongkok atau Brazil, dll., memajukan permintaan di atas, apakah UNO akan menolak saja permintaan semacam itu? Tegasnya, permintaan semacam itu berhubungan rapat dengan persoalan "the haves and the haves not", yang punya tak punya jajahan atau pasar tetap.

Dalam hal ini apakah alasan "imperialisme licik, bohong, jahanam Inggris" dan bonekanya Belanda-Perancis buat menolak permintaan negara kapitalis baru, yang memang butuh pula dengan pasar itu?

Kalau Inggris menolak buat orang lain dan membenarkan buat dirinya sendiri seperti terhadap Jerman, Italia, Jepang di jaman League, maka akibatnya penolakan itu akan diwarisi pula oleh UNO Kebangunan Jerman, Italia, Jepang ditambah negara kapitalis baru ……..akhirnya perang dunia ke 3, dan bubarnya UNO karena "tak jujur" , munafiknya sendiri.

Kalau Inggris membenarkan negara kalah ditambah beberapa negara baru berjajahan, sedangkan semua jajahan sudah dibagi-bagi di antara Inggris dan bonekanya, maka ini buat kapitalisme imperialisme Inggris dan para bonekanya "berhara-kiri" ialah membunuh diri sendiri.

6. INDONESIA, SERBA-SERBI
Penyakit "ist" dan "isme"

"Ist" ialah akhiran kata, beralasan bahasa asing seperti juga "isme". "Ist" mengartikan seseorang, sebagai pengikut orang yang berarti, umumnya dalam dunia berpikir. Jadi Marxist, ialah pengikutnya Marx. "Isme" ialah paham, sebagai buah pikiran seseorang ahli pikir. Budhisme umpamanya, ialah buah pikiran ahli pikir Hindustan di masa dahulu, bernama Budha. "Sosialisme" banyak coraknya, tetapi yang dinamai "scientific-sosialisme", atau sosialisme menurut ilmu pasti dibentuk oleh Marx dan teman pembentuknya Engels.

Sesuatu "isme" itu tentulah dibentuk pada "satu masa", dalam "suasana dan keadaan tertentu" dengan memakai "cara berpikir yang tertentu" serta "wujud dan penjuru penilik yang pasti" pula. Budhisme di atas dibentuk oleh Gautama Budha + 2500 tahun lampau dalam masyarakat pertanian dan pertukangan yang sederhana dan agak tentram dengan cara berpikir logika berdasarkan idealisme dengan wujud melenyapkan kasta Hindu buat sama-rata di antara Rakyat di masa itu.

Sosialisme, bentukan Marx-Engels, timbul + 100 tahun lampau dalam masyarakat kapitalisme muda, tetapi bergelora dengan cara berpikir dialektis berdasarkan kebendaan (materialisme) dengan wujud melenyapkan kelas borjuis menuju masyarakat sama-rata di antara kaum pekerja seluruh dunia.

Banyak sekali bahayanya mengakui diri "ist" yang sebenarnya dan mengandung "isme" tulen, sambil menuduh orang lain sebagai "ist" palsu dan pengikut " isme" lancung. Apalagi kalau masa revolusi dalam iklim yang termasyur panas dalam segala-gala dan dalam masyarakat yang mengandung 93% buta huruf kita ini.

Banyak orang yang tak bisa membedakan "cara berfikir" (metode) dan buah (hasil) berpikir. Seorang guru yang mengajarkan "cara" menjelaskan satu persoalan (perhitungan) mungkin salah perhitungannya sedangkan muridnya mungkin benar. Mungkin si Guru tadi "silap", karena terburu-buru, salah baca dll, sedangkan "cara" (metode) menghitungnya sudah tentu benar. Demikian pula tak akan mustahil kalau sekiranya "perhitungan" Marx sendiri -- yang manusia juga -- dalam politik, ekonomi dll. silap, karena belum nyata semua bukti politik, ekonomi dll. di masa hidupnya itu. Meskipun begitu Marx tetap "guru" dalam sebenarnya dalam "cara" berpikir "dialektika-materialistis" itu. Dalam hal banding-membanding perhitungan politik, ekonomi dll. Di Indonesia dengan paham Marx 100 tahun yang lampau orang mesti berlaku awas sekali. Janganlah dilupakan, bahwa suasana dan keadaan politik, ekonomi dan kebudayaan masyarakat Eropa dahulu dan sekarang berlainan dengan keadaan di Indonesia sekarang. Lagi pula kalau membawa-bawa Kautyskisme, Leninisme, Stalinisme, Trotskyisme ke Indonesia ini, janganlah ditelan paham, perhitungan atau sikap mereka itu bulat mentah begitu saja.

Karena paham perhitungan atau sikap mereka itu adalah hasil perhitungan politik, ekonomi, kebudayaan yang bersejarah berlainan dari pada Indonesia kita di alam panas ini. Akhirnya kalau meraba-raba pertikaian di antara salah satu "isme" di atas dengan salah satu lainnya, janganlah lupa mengemukakan suasana persoalan mereka itu dalam arti seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Kalau tidak begitu, maka kekacauan yang akan ditimbulkan oleh pengertian setengah-setengah itu lebih besar dari pada tiada memajukan isme dan pertikaian isme itu sama sekali. Jarang orang bisa menduga korban bisikan palsu saja dalam masyarkat yang mengandung 93% buta huruf ini. Yang beruntung tentulah musuh!.

Lebih baik pakai saja "metode" berpikirnya Marx serta syarat penting dalam sosialisme, buat dilaksanakan atas bahan politik, ekonomi, kebudayaan, sejarah dan jiwa revolusioner Rakyat Indonesia sekarang ini menentang imperlialisme, buat mewujudkan masyarkat yang cocok dengan kekuatan lahir batin Rakyat Indonesia dalam suasana internasional yang bergelora ini. Kalau hasil perhitungan kita itu disetujui dan dijalankan oleh Rakyat Indonesia, maka hal itu adalah bukti yang senyata-nyatanya, bahwa perhitungan tiada salah tak berapa salahnya. "The proof of the pudding is in the eating", pengalaman itulah guru yang sebaik-baiknya.

Ekonomi

Di lain tempat sudah dilakukan kupasan tentang watak dan daerah kapital internasional di Indonesia sebelum Belanda menyerah kepada Jepang di bulan Maret 1942. Sepintas lalu perlu dituliskan di sini beberapa hal yang berhubungan dengan hal yang tersebut sebagai "gelang penyambung" saja dalam "rantai karangan" kami ini.

Perusahaan Indonesia di jaman Belanda ialah perindustrian dan pertanian bahan mentah dan barang mewah. Bahan mentah dan bahan mewah itu tiadalah diadakan buat Rakyat Indonesia melainkan buat diperdagangkan oleh Belanda dengan negara yang membutuhi. Barang mewah, seperti teh, kopi, gula tembakau dll. sebagian besar dipakai oleh Belanda sendiri di Negeri Belanda, sebagian kecil oleh Rakyat Indonesia, tetapi sebagian besar untuk diperdagangkan ke semua penjuru dunia. Barang bahan seperti kapok, getah, kopra, sisal, palm-alie dll. sebagian besar pula buat diperdagangkan. Hasil tambang seperti minyak tanah, arang, timah, bauxite, emas, dan intan sebagian kecil sekali diperdagangkan oleh Belanda ke luar negeri.

Hampir semua mesin buat pabrik gula, teh, kopi, padi, kina, kopra dll., mesin buat tambang minyak, arang, timah, emas dll., adalah barang yang bukan dibikin oleh Belanda baik di Indonesia ataupun di negeri Belanda, melainkan barang yang dibeli oleh pedagang Belanda dari Inggris, Jerman dll. Seperti negeri Belanda sendiri, maka Indonesia bukanlah negeri tempatnya perindustrian berat, ialah tempatnya "mesin pembikin mesin" atau tempatnya "mesin ibu". Bukan karena tak ada bahan buat membikin mesin, seperti besi dan campurannya bauxite, allumunium dll, atau bukan pula karena tak ada modal, tenaga ataupun pasar dalam negeri, tetapi pertama sekali berhubungan dengan kecakapan dan semangatnya si penjajah Belanda, sebagian penduduk negara pertanian dan pedagang. Kedua berhubungan dengan terikatnya Belanda dalam hal ekonomi, politik, dan diplomasi kepada Inggris, tuan besarnya, dengan menimbulkan persaingan membikin berbagai-bagai mesin di Indonesia ini. Apalagi kalau Belanda itu mendapat perintah halus (pas op hoor!) dari Inggris "majikannya" supaya jangan sekali-kali berlaku demikian.

Kapital Internasional di Indonesia ini berpusat pada Anglo-Dutch, Inggris-Belanda. Dalam perusahaan "mengerok" minyak bumi dari pangkuan bumi kita, seperti BPM yang termasyur itu, Inggris menanamkan modal 40% dan Belanda 60%. Ini belum berapa hebat eratnya ikatan Inggris ke lehernya kapitalis Belanda di Indonesia yang oleh dunia luar dikenal sebagai "Dustch-Est-Indies (Hindia Belanda). Kalau dikaji pula dalam-dalam artinya "perjanjian" Anglo-Dutch tentang "getah dan timah" di Malaya dan "getah dan timah" di Indonesia buat mengendalikan pasar di dunia dan artinya Singapura buat ekspor dan impor keluar dan ke dalam Indonesia ini, maka di belakang tanda nama (naambord) "Dutch-Indies" itu sebenarnya tertulis "Anglo-Dutch-Indies".

Di sekitarnya kapital "Anglo-Dutch" itulah terdapat kapital Amerika, Tiongkok, Perancis, Jepang dan sebagainya.

Sudah diketahui bahwa "untung" modal Belanda di Indonesia dipukul rata F 500.000.000 (uang lama) setahun. Sedangkan begrooting (anggaran-uang) negara pukul ratanya belum lagi F 400.000.000. Dalam hal ini sudah termasuk pula pensiun pegawai Belanda. Untung F 500.000.000 ditambah sebagian dari F 400.000.000 terus mengalir ke negeri Belanda. Uang itu ditabungkan atau dibungakan dengan jalan memindahkannya ke Amerika, Jerman atau lain tempat. Sisanya uang tadi dipakai buat spekulasi di pasar (beurs) di Amsterdam dan di Rotterdam. Kalau sebagian saja uang F 500.000.000 itu dipakai buat "industrialisasi" di Indonesia, sudah lama Indonesia mempunyai industri enteng dan berat cukup buat kemakmuran dan pertahanan Indonesia setinggi-tingginya dan sehebat-hebatnya. Tetapi kemakmuran Indonesia itu harus cukup digambarkan oleh Departemen Ekonomi dengan hasil perhitungan Huender. Menurut perhitungan itu, maka pencarian si "inlander" cuma sebenggol sehari. Si Belanda lain memutar-mutar "kecelakaan" "si "inlander" ini menjadi "kebahagiaan" dengan mengatakan bahwa si "inlander" bisa hidup dengan sebenggol sehari.

Perkara pertahanan Indonesia, maka pintu gerbang kita, yang anehnya pula kebetulan dijaga oleh Jenderal Ten Poorten (di pintu gerbang), dengan "batuknya" Jepang sudah dibukakan dengan tergopoh-gopoh.

Kebanggaan Belanda terhadap dunia luar atas kerendahannya keperluan si "inlander" yang "dilindunginya" itu, ditambah pula dengan penghinaan atau kecerdasan bangsa Indonesia. Si Belanda selalu dengungkan dengan lisan dan tulisan ajaran pada murid-inlander, bahwa semua tambang, pabrik, kereta, kapal, kebun dan kantor yang dibangunkan oleh Belanda itu memberi penghidupan dan menjamin keamanan bangsa Indonesia. Bukan sebaliknya, bahwa semuanya itu adalah alat-perkakas pemeras tenaganya si "inlander" buat kemakmuran dan memewahkan hidupnya si Belanda.

Didikan sekolah Belanda, propaganda surat kabar dan buku kesusastraannya akhirnya, tetapi tak kurang pentingnya di beberapa pulah tahun belakangan ini "Kristening Politik" yang dijalankan imperialisme Belanda, menghasilkan satu golongan bangsa Indonesia, yang karena kurang perkataan yang lebih tepat kami sebutkan saja dengan nama baru ialah "inlanders-alat". Di antara jenis sejawatnya, "inlanders-alat" kita ini tak ada taranya di seluruh dunia ini, baikpun di jajahan ataupun di negara merdeka. "Inlanders-alat" ini terdapat dalam Badan pemerintah, kepolisian dan kemiliteran imperialisme Belanda. Reserve besar dari "inlanders-alat" ini terdapat pada golongan intelligensia, ber- atau tak bertitel.

Titel ini buat mereka "inlanders-alat" cuma memberi jaminan kecerdasan dalam hal yang berhubungan dengan teknik dan ilmu yang tak bersangkutan dengan ilmu masyarakat saja. Dalam semua ilmu yang berhubungan dengan masyarakat, teristimewa politik, ekonomi mereka menunjukan sifat mereka yang teristimewa pula sebagai "inlanders-alat". Tidak ada di seluruh dunia ini yang lebih gampang dipakai oleh imperialisme asing buat melakukan kemajuannya dari pada "inlanders-alat" ini, ialah hasil pendidikan sekolah Belanda dan sekolah zending yang dibantunya dengan segala tipu-dustanya.

Sebagai alat pemerintah, maka "inlanders-alat" mendapatkan tempat paling cocok seperti "kandang bernaung". Seolah-olah tak ada lagi kandang yang lebih bagus buat dirinya dari pada kandang yang dibikinkan oleh tuannya. Seakan-akan tak ada lagi nasi dan tulang yang lebih enak dari pada nasi dan tulang yang dilemparkan tuannya kepadanya. Telinganya siap-sedia mendengarkan perintah tuannya. Matanya tajam buat menerkam mangsa dan bangsanya sendiri, kalau perintah datang dari "atas" ialah dari mereka yang menurut ilmu dan pahamnya yang memberi pelajaran penghidupan dan perlindungan pada diri dan bangsanya. Begitu setianya pada tuannya, sehingga pukulan yang diberikan kepadanya, dianggap sebagai hukuman adil terhadap dirinya. Tak ada yang berat hukuman itu buat dirinya. Kalau kadang-kadang hukuman dan pukulan itu menghilangkan kesabarannya bukanlah karena rasa keadilan, kebangsaan, kehormatan atas diri sendiri dan kemerdekaan sebagai manusia atau bangsa. Melainkan karena agak lama ia menunggu kesempatan, bilamana dengan ekor di antara kaki belakangnya ia diberi izin boleh kembali menjilat-jilat kaki tuannya dan menjalankan perintah tuannya itu dengan lebih cepat dan menjalankan perintah tuannya itu dengan lebih cepat dan kalau lebih perlu lebih kejam dan bengis terhadap bangsanya sendiri, semata-mata buat kesenangan tuan "ndoro"nya itu.

Imperialisme Jepang mendapatkan alat yang baik sekali dari "inlanders-alat" ini, yang memang berada dalam keadaan budak yang kehilangan tuan. Manusia yang bisa menerima perintah semacam ini sudahlah tentu menderita kesengsaraan dan membutuhkan "tuan". Sedikit saja lagi usaha yang perlu dilakukan oleh tuan baru, yang menggelari dirinya "saudara-tua". Beri makan secukupnya pada "inlanders-alat" yang ditinggalkan tuannya tadi dan tukar saja perkataan "bevel" (perintah) dengan kata "merei", sendirinya jawab "inlanders-alat" yang dulu berbunyi "ja-meneer" bertukar "hai", semua pekerjaan sebagai alatnya imperialisme asing akan berjalan terus.

Jepang tak mempunyai sumber minyak di negerinya. Perlu minyak dari Indonesia. Tak mempunyai besi cukup. Sudah lama besi itu didatangkan dari Malaya dan Tiongkok. Jepang tahu pula bahwa Borneo, Sulawesi, dan Sumatera banyak mengandung logam besi. Jepang tak mempunyai timah, bauxite, getah, makanan dll. Semuanya ada di Indonesia. Ringkasnya Jepang paling miskin tentangan bahan buat makanan dan industri-berat, tetapi sebaliknya paling kaya tentangan nafsu mengangkangi seluruh dunia dan menempeleng serta membagero-kan siapa yang tak setuju dengan maksudnya.

Saudara tua kita juga amat insyaf, bahwa kalau Indonesia diangkat menjadi negara industri-berat, lambat laun, kekuasaan akan pindah dari negara Jepang, yang miskin itu ke Indonesia, apalagi kalau Indonesia dimerdekakan! Barang bahan penting buat industri-berat mesti diangkat ke Jepang 5000 km jauhnya dari Indonesia. Di Jepang mesti terpusat industri berat. Sendirinya di Jepang akan terpusat kepandaian buat teknik, kimia dan ilmu lainnya. Indonesia mesti terus ditekan sebagai negara perusahaan bahan mentah dan pertanian buat makanan. Sedikit saja Indonesia meningkat ke industri berat, Jepang mesti kalah oleh Indonesia, karena semua bahan berada di Indonesia. Jadi Indonesia mesti tetap ditekan, tinggal tetap negara bahan mentah dan pertanian. Politik pendidikan dan kebudayaan Indonesia mesti dicocokkan dengan kedudukannya sebagai "negara-alat" dalam "Asia-Timur-Raya", ialah alat pula buat mengangkangi seluruh Asia dan akhirnya seluruh dunia menurut Rencana Tanaka.

Sudah siap "inlanders-alat" para peminpin rakyat dan intelligensia sebagai reserve, buat menjalankan administrasi, perindustrian, pertanian Indonesia, warisan dari Imperialisme Belanda, buat dipakai oleh imperialisme Jepang menegakkan "Asia-Timur-Raya" tadi. Pamong Pradja, Tyuuo-Sngi-In, Para Kakka made in Japan, Pemimpin Besar, Tengah dan Kecil atas "Panca Darma", semuanya "Kirei" berdiri mendengar "Komando" dari Tenno-Heika di Tokyo.

Puluan ribu pemuda dilatih sebagi Heiho, pembantu serdadu Jepang, dikirimkan ke semua pulau di Indonesia, bahkan juga ke Birma dan Siam buat "orang suci" di Asia Timur Raya. Para "Kakka" Indonesia memihak kepada Jepang, bukan karena persoalan kalah-menang, melainkan karena Jepang berada pada "kebenaran, keadilan, dan kesucian"………katanya.

Diketahui sekarang, bahwa 3 atau 4 juta "romusha" mati karena memang kekurangan pakaian, tempat tinggal, obat-obatan dan makanan. Mereka (biasanya diculik) dikerahkan buat meninggalkan desa, pekerjaan dan anak isteri, menggali lubang pertahanan militer, lapangan terbang dll. Keperluan militer di mana-mana.

Buat membalas "jasa" Jepang menetapkan Indonesia negara pertanian, dan perusahaan bahan semata-mata, dengan memeras keringat, dan darah putera-puteri (pelayan Indonesia) maka ada pula kakka yang setuju dengan penyerahan Eklatan dan Pahang kepada Siam, dan Semenangjung Melayu, Borneo Utara dan ……….Shonanto, Yakni pusat strategi seluruhnya Indonesia bersama Birma, Siam Annam dan Filipina …………..kepada militerisme Jepang.

"Inlanders-alat" tetapi konsekuen dengan watak dan sejarahnya sebagai alat imperialisme asing.

INDONESIA KELUAR

Beberapa persoalan yang terpenting yang mengenai dunia luar umumnya dalam garis besarnya tentulah pula mengenai Indonesia. Indonesia tiadalah bisa lepas dari pada persoalan yang berhubungan dengan pertentangan sosialisme dengan kapitalisme, pertentangan si Penjajah (the haves) dan Yang-Ingin-Menjajah (the haves not), pertentangan si Penjajah dan si Terjajah, serta akhirnya pertanyaan "Hari Depannya" UNO. Tetapi beberapa persamaan dunia Indonesia dengan dunia luar itu tiadalah boleh menyesatkan kita ke daerah cara berpikir yang sering disebut dengan cara "mekanis", ialah cara jalannya mesin yang tak berotak itu. Karena persoalan ini atau itu dipecahkan di luar Indonesia dengan hasil demikian, maka persoalan itu mesti dipecahkan di Indonesia dengan hasil serupa itu pula, dengan tiada mengindahkan beberapa perbedaan. Yang terpenting ialah membentuk persoalan itu di Indonesia ini (het stellen van het probleem) dan cara (metode) yang dipakai buat memecahkan persoalan itu. Bukanlah hasil pemecahan itu yang terpenting. Tidak saja persamaan dalam garis besarnya yang mesti diperhatikan, tetapi juga beberapa perbedaan, walaupun kecil rupanya. Tiadalah boleh dilupakan, bahwa beberapa perbedaan kecil itu kalau dikumpulkan bisa menjadi perbedaan besar (kuantitas menjadi kualitas, perbedaan banyak bertukar menjadi perbedaan sifat). Buat membentuk persoalan dan memecahkan persoalan itu di Indonesia ini perlulah pula kemerdekaan berpikir dan keberanian. Keberanian dan kemerdekaan berpikir dalam hal membentuk persoalan dan memecahkan persoalan itulah yang membawa Lenin kepada sistem baru kepada hasil perhitungan dalam hal organisasi dan taktik strategi. Kalau Lenin meng-aminkan saja apa yang dimajukan oleh Karl Kautsky, pendeta Internasional II, dalam hal taktik strategi, dan menghapalkan saja pendapat Kautsky & Co di Eropa Barat dengan tiada memperhatikan perbedaan Rusia dengan Eropa Barat, maka Rusia tak akan sampai meningkat ke masa Diktator Proletariat, ke Rencana 5 tahun, pertanian kolektif, dll. Lenin dan para kawannya tak akan bisa lebih jauh berpikir dan bertindak dari kaum Mensheviki atau Sosial-Revolusioner. Dengan memakai cara berpikir Dialektis Materialisme dan memperhatikan dasar komunisme dalam garis besarnya, mungkin sekali Indonesia akan mendapatkan sistem yang berlain rupa dengan Negara Luar, meskipun tiada berlainan sifat, ialah dalam hal Organisasi, Taktik dan Strategi.

Bagaimanapun juga karena banyak persamaan tadi dengan Dunia Luar, seperti tersebut pada permulaan fasal in, maka uraian yang bersangkutan boleh diperpendek saja.

DIPLOMASI DAN DIPLOMAT

Diplomasi Indonesia semenjak hampir 10 bulan ini sudah sangat terlibat dalam "perhitungan" banwa imperialisme Inggris itu bisa dipisahkan (di-isolir) dari pada imperialisme Belanda dan ditumbukkan kepada imperialisme Belanda. Berdasarkan perhitungan ini, maka dianggap amat untunglah si Diplomat kita, yang berikhtiar mengadu-dombakan Inggris dengan Belanda. Dengan demikian diharapkan paling sedikitnya si Inggris akan memusuhi si Belanda dan Indonesia mendapatkan kesempatan buat mempersiapkan diri. Tetapi nyatalah sekarang, bahwa sudah berbulan-bulan berdiplomasi hasil yang sebenarnya dari pada "perhitungan" ini ialah: pada satu pihak Inggris menyerahkan Surabaya, Semarang, Bandung, dll. kepada Belanda yang dikeluarkannya dari kantongnya dan memintakan daerah antara Ci Sedane dan Ci Tarum buat dipakai si Belanda sebagai batu-peloncat buat menjajah Indonesia kembali, permintaan mana katanya dikabulkan oleh para pembesar Indonesia. Pada lain pihak pergerakan revolusioner ditindas keras (Kongres "Persatuan Perjuangan" 17 Maret di Madiun) serta badan pemerintahan dan ketentaraan hendak dipindahkan kepada kaum-jinak (moderat). Pengharapan palsu masuk ke dalam kalbu segolongan bangsa Indonesia. Hal ini berakibat melemahkan semangat Rakyat di samping Belanda mempersiapkan diri. Seandainya si Diplomat kita berpikir dan berlaku jujur, maka di sinilah kita mendapat contoh yang tepat, yang menggambarkan perbedaan antara memahamkan sesuatu teori dengan mengapalkan saja teori itu. Pula mengambarkan perbedaan melaksanakan teori itu dengan mempelajari sungguh-sungguh keadaan di tempat melaksanakannya dengan meniru-niru saja pelaksanaan teori tadi di lain tempat dan di lain tempo: perbedaan pelaksanaan secara dialektis dengan pelaksanaan secara mekanis seperti mesin.

Teori devide-et-empire, mengadu-dombakan bangsa kontra bangsa ataupun golongan melawan golongan memangnya dalam dipahamkan serta jitu dilaksanakan oleh Kerajaan Romawi di jaman kuno dan oleh Inggris dan Belanda lebih dari 300 tahun di belakangan ini. Tetapi janganlah dilupakan "machtsfaktor" (faktor kekuasaan) yang dipakai dengan perhitungan di sampingnya atau di belakangnya pelaksanaan politik mengadu-dombakan itu. Dan apakah faktor kekuasaan yang ada lahir dan batin di Indonesia cukup dikenal, disusun, dan dipakai oleh si Diplomat Indonesia?

Adakah gerakan tentara atau gerakan Murba yang diatur dan dipakai dengan "perhitungan" membantu gerakan "lidah" si diplomat?

Ataukah semua diplomasi dipusatkan kepada gerakan lidahnya si Diplomat itu saja? Hal yang terpenting pula apakah "perhitungan" bahwa imperialisme Inggris itu bisa dipisahkan dan diadu-dombakan dengan imperialisme Belanda? Di atas tadi sudah dikemukakan, bahwa Dutch Indies itu dalam arti ekonomi ialah Anglo-Dutch-Indies. Hasil terpenting buat kemakmuran dan pertahanan Indonesia seperti minyak tanah dan karet, sudah dikendali oleh kongsi minyak kepunyaan Anglo-Dutch dan kebun getah Inggris yang ada di Indonesia ini. Singapura, simpang jalan dunia terletak di tengah-tengah kepulauan Indonesia sudah mengendalikan perdagangan keluar dan masuk Indonesia. Perjanjian Anglo-Dutch tentang penghasilan penjualan getah dan timah yang dibikin tiap-tiap tahun, yang mengenai harga ratusan juta rupiah sudah mengekang jalannya ekonomi Indonesia. Ringkasnya dalam hal ekonomi imperialisme Inggris dengan sempurna dan efektif mengekang imperialisme Belanda. Kalau Sir Hendrik Deterding diberi gelar Sir oleh Inggris, maka ini bukan berarti keulungan si Hendrik ini tentangan lain hal daripada keulungan menjadi kaki-tangannya imperialisme Inggris. Titel itu diberikan oleh Inggris di mana ia mendapatakan kaki-tangannya yang patuh, buat mengekang ekonomi dan politik negara yang mau dijadikan atau sudah dijadikan mangsanya. Di Hongkong diberikan kepada Tionghoa Sir Robert Ho Tung buat mengapusin seluruhnya Tiongkok. Di Hindustan titel itu dihamburkan kepada beberapa biji orang Hindu yang ikhlas menjalankan peran sebagai kaki-tangan imperialisme Inggris lahir ataupun batin, seperti seseorang menghamburkan tulang-tulang kepada anjing yang disukainya. Malaya pun tiada kelupaan. Hartawan Besar Sultan Johor di tempat strategi dunia yang terpenting "beruntung" pula mendapat titel Sir itu. Sepintas lalu hal ini kelihatan perkara kecil saja. Tetapi kalau kepentingan Malaka dan Singapura dalam hal ekonomi dan strategi dipelajari dalam-dalam, maka kalung "Sir" yang dianugerahkan oleh Raja Inggris kepada Ibrahim, Sultan Hartawan Johor itu besar sekali maknanya. Sir Ibrahim sudah memberi kekuasaan besar dalam perekonomian kerajaan Johor kepada kapital Inggris, Sir Ibrahim salah seorang otokrat terkaya di Asia, menaruh simpanan besar di Bank Inggris. Sir Ibrahim akhirnya adalah turunan pula dari pada keluarga Sultan Johor yang hidup di masa Stamford Raffles, lebih dari 100 tahun lampau. Salah seorang putra Sultan Johor tadi berhak mewarisi Singapura, tetapi karena gila ditolak oleh Rakyat Johor sebagai Raja dan sebagai ahli-waris pulau Singapura. Ahli-waris yang gila ini d culik dan diajak berunding oleh Raffles di Singapura. Hasil perundingan ini pada suatu pihak Putra gila yang ditolak oleh Rakyat Johor tadi beruntung diakui oleh Raffles. Pada lain pihak Raffles beruntung dapat membeli Singapura dengan harga $60.000 (enam puluh ribu dollar). Kecerdasan Raffles ialah satu dari pada pujaan dunia imperialisme Inggris – tiadalah terletak pada ketangkasan matanya melihat kepentingan Singapura buat ekonomi dan strategi. 1500 tahun lampau kearajaan Sriwijaya sudah insyaf akan hal ini. 500 tahun lampau kerajaan Majapahit penuh insyaf akan keinsyafan seluruhnya di Sriwijaya tadi. Rafles sebagai ahli sejarah Indonesia tentulah lebih insyaf dari pada siapapun juga, akan hal, bahwa bukanlah dia Raffles yang pertama sekali menampak kepentingannya Singapura dipandang dari sudut perdagangan dan strategi. Tetapi dia cukup cerdas buat menaksir, bahwa kalau ia berhubungan dengan orang Indonesia yang sedikit saja cerdas ia tak akan mendapat Singapura dengan harga $60.000. Ia perlu berunding dengan orang gila, buat membeli Singapura dengan harga gila.

Kemarin bandit, perampok, sekarang sesudah menjadi raja, berlagak dermawan. Hal ini lazim di dunia feodal. Kemarin tukang catut atau tukang smokkel, dan sesudah kaya-raya berlagak menjadi dermawan. Hal ini masih lazim di dunia kapitalisme. Kemarin merampok negara merdeka, sekarang berlagak menjadi pelindung ataupun "Ratu Adil". Inipun lazim di dunia imperialisme. Tangan kanan membacok tangan kiri mengobati supaya si mangsa bisa dipakai sebagai budak. Sesudahnya Inggris mencatut Singapura dan merampok Malaka, maka dia berlagak sebagai pelindung. Demikian para Sultan dilambuk, dikenyangkan dan di-Sir, supaya mereka merampas dan memeras Rakyatnya buat kepentingan karet dan timah kapitalis Inggris di Malaka. Dengan memakai para Sultan di Semenanjung Tanah Malaka umumnya dan "Sir" Ibrahim khususnya di samping Sir Hendry Deterding sebagai kaki-tangannya di Indonesia, maka dalam hakekatnya imperialisme Inggris sudah menguasai seluruhnya Indonesia, termasuk Malaka dan Borneo Utara dalam hal politik dan ekonomi.

Dalam hal strategi kepentingan Singapura lebih nyata lagi. Ambillah jangka dan bikin satu lingkaran dengan radius 150 mil. Dalam lingkaran itu terletak Birma, Siam, Annam, Filipina, seluruhnya Republik Indonesia dan Australia. Inilah yang kita pernah namai Aslia (Asia-Australia). Menurut ahli Barat penduduk di Aslia itu termasuk ke dalam satu bangsa. Sepintas lalu kelihatan bahwa bagian bumi ini dikuasai oleh iklim yang sama dan musim yang sama (monsun). Jadi watak ekonominya pun mempunyai banyak persamaan. Berhubung dengan itu membutuhkan satu koordinasi perekonomian. Tetapi yang kita terutama mau kemukakan di sini ialah kepentingan lingkaran ini dipandang dari penjuru strategi. Dengan Singapura sebagai pusat, maka menurut kekuatannya pesawat terbang Perang Dunia ke II, Aslia terletak dalam "flying radius" (lingkaran terbang). Lingkaran teknik atom yang berada di Australia (?) tiada akan mengecilkan arti Singapura dan Aslia.

Menurut U.P dalam surat kabar Hindustan The Bharat Yuoti, 5 Mei, 1946 ini, maka dalam konferensi commonwealth Inggris pada tanggal 3 Mei di London yang diketuai oleh Perdana Menteri Attlee, maka pemerintah Inggris mengusulkan supaya Australia berunding dengan Belanda buat memperoleh Bandung dan beberapa pelabuhan penting buat melindungi Kerajaan (Empire) Inggris di bagian Selatan dan Barat Daya-nya Pasifik. Australia dengan tegas menolak usulan ini karena tiada menghendaki akibatnya diplomasi imperialis semacam itu. Australia tiada ingin memusuhi Republik Indonesia. Bahkan sebaliknya Australia mengharap adanya Pemerintah Rakyat (popular government) di Indonesia dengan siapa Australia ingin hendak mengadakan Alliance (persekutuan), sekali lagi kelihatan politik mulus jahanamnya Inggris terhadap Indonesia. Walaupun gagal Indonesia mesti selalu berlaku awas selama imperialisme Inggris masih berada di sekitarnya Aslia ini, dan belum dibongkar sampai ke akar-akarnya.

Nyatalah di sini, bahwa Inggris menganggap Aslia dalam hal strategi sebagai satu unit kesatuan. Jepang tentu tidak ketinggalan. Ini hari Singapura direbut Jepang pada tanggal 13 Februari 1942, besoknya Singapura ditukar namanya menjadi Shonanto (Kota Gemilang). Seluruh Aslia dinamainya Selatan. Sriwijaya dan Majapahit sudah cukup mengerti akan persatuan daerah Aslia itu dalam segala-gala.

Gerakan politik, diplomasi dan strategi Sriwijaya dan Majapahit juga dengan segala keinsyafan ditujukan ke arah kesatuan daerah Aslia itu. Oleh orang Tionghoa pun semuanya itu dinamai Huana (bahasa Hokkian). Sekarang kalau kita, Rakyat Indonesia revolusioner, ingin mengadakan rencana yang praktis, yang penting buat kemakmuran dan terutama pula buat keamanan Republik Indonesia sekarang dan di hari depan, maka tiadalah boleh kita ketinggalan oleh paham 500 tahun lampau (Majapahit) apalagi oleh paham yang sudah masak 1500 tahun lampau (Sriwijaya). Berbahaya selalu keadaan Republik Indonesia dalam ekonomi dan strategi kalau kita tidak insyaf akan artinya politik dan strategi Rafles dan Yamasita. Walaupun ada Federasi Perancis dan Filipina Merdeka, tetapi dengan adanya Hongkong (Inggris) maka praktisnya Aslia adalah efektif dikuasai oleh Armada Inggris. Di tangan imperialisme Inggrislah sebenarnya terletak kekuasaan ekonomi dan militer buat mengangkangi seluruh Aslia. Imperialisme Inggris dan Belanda dan Perancis sebagai boneka para Sultan atau Raja dan sebagian intelligensia sebagai kaki tangan maka di masa damai dia mengendalikan politik-ekonomi Aslia. Dengan Singapura sebagai Dasar Armada dan Pesawat, serta Australia Putih dan Ceylon sebagai garis kedua (teknik atom?), maka imperialisme Inggris di waktu perang berniat menguasai seluruhnya Aslia (Asia-Australia). Mau tidak mau, dalam prakteknya Republik Indonesia, Merdeka 100% mesti bertentangan dengan Imperialisme Inggris. Di waktu damai kepentingan ekonomi Indonesia Merdeka 100% mesti bertentangan dengan kepentingan ekonomi penjajahan Inggris. Dalam masa perang Singapura akan mengancam Indonesia Merdeka, yang tiada mau dibonekakan oleh Imperialisme Inggris. Real-politik, politik sebenarnya, (bukan impian) memaksa Indonesia pada satu pihak berhadapan muka dengan imperialisme Inggris. Maka real politiklah pula pada lain pihak yang akan memaksa Indonesia Merdeka mengumpulkan semua tenaga revolusioner dalam lingkaran Aslia, flying-radius, buat ditumbukkan kepada imperialisme Inggris.

Kita percaya bahwa taktik-strategi yang cerdas, organisasi yang elastis (seperti karet) dengan usaha yang penuh kesabaran ketetapan  hati, kita sanggup berhadapan muka dengan imperialisme Inggris Singa Ompong itu.

Maka berhubungan dengan semua di atas pula, semua percobaan "diplomat ulung" di Indonesia ini berusaha memisahkan Belanda dan Inggris dan mengadu-dombakan Inggris dengan Belanda adalah seorang "cerdik" yang mencoba memisahkan dan mengadu-dombakan kepala buaya dengan ekornya. Semujur-mujurnya si Diplomat ulung tadi ia cuma bisa menghindarkan dirinya dari pukulan ekor buaya itu. Tetapi semalang-malangnya si Cerdik itu dia pasti akan masuk lebih dalam di rangkungan buaya tadi.

Adalah tiga syarat yang terutama kalau seorang ingin hendak menjalankan diplomasi bersandar kepada Devide et empera itu dalam keadaan revolusioner sekarang. Pertama sekali, kekuatan diri sendiri dan kepercayaan atas diri sendiri mestinya ada cukup. Kedua, diplomasi itu mesti bersifat revolusioner yang ada dalam negeri. Ketiga, diplomasi devide-et-empera yang revolusioner itu mesti ditujukan kepada bangunan-musuh yang mengandung pertentangan sesungguhnya, ialah pertentangan keperluan (ekonomi). Kalau seseorang diplomat Indonesia yang revolusioner mengemukakan pertentangan-tajam dalam hal keperluan penting antara Inggris dan Amerika, bahkan dengan Australia (commonwealth-Inggris), dan pertentangan itu terus akan berlaku selama Indonesia itu masih berada dalam ruangan kemerdekaan nasional, kita tak akan menyangkal (membantah), memangnya diplomasi-bambu-runcing dengan program minimum berlaku dalam suasana pertentangan hebat di antara gabungan Kapitalisme dan Imperialisme Asing, yang berada di Indonesia di jaman Belanda.

Si Pengelamun, Si-Tukang-Berpangku-Tangan, Si-Serba-Tak-Bisa tetapi nasionalis dan percaya saja kepada siapa saja kecuali pada diri sendiri, Si-Pengharap Pertolongan-Luar, dalam waktu damai boleh menertawakan atau mengecilkan artinya Aslia, tetapi sebagai gabungan revolusioner dalam lingkaran-terbang (flying-sphere) dengan Singapura sebagai pusat. Mereka boleh bermimpi-mimpi mengharapkan pertolongan jatuh dari langit, sambil menyeburkan isme ini atau itu ke kiri ke kanan. Mereka boleh terus berpangku tangan sambil bermimpi melayang ke langit sampai .........revolusi atau peperangan akan melemparkan mereka kembali ke dunia nyata, kembali ke tanah yang keras itu. Sesudah hampir sepuluh bulan si Tukang-Maki dan mengejek sering dengan memakai kedok internasionalis tetapi nasionalis yang bisa dipakai Nica, Jepang ataupun Sibar dalam prakteknya mestinya sudah insyaf, bahwa dalam revolusi atau peperangan, maka Rakyat Indonesia dalam suasana dan keadaan internasional seperti sekarang terpaksa berdiri atas kaki sendiri, pada organisasi sendiri, bersandar pada otak, hati dan jantung sendiri, pada kecerdasan, keberanian dan ketabahan hati sendiri. Teristimewa pula mesti berdiri atas alat hidup sendiri dan senjata sendiri, walaupun hanya bambu runcing saja. Di samping kepercayaan dan tindakan berdasarkan kekuatan diri sendiri yang sebenarnya, haruslah kita berusaha meluaskan lapangan perjuangan ke daerah yang memberi kemungkinan memberi hasil (Aslia). Baru bertindak begitu rupa, supaya dapat merebut simpati dan pertolongan tak langsung dari opini publik di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Semata-mata menyandarkan paham, organisasi dan aksi atas kekuatan yang tiada bisa dipakai sekarang, karena jauh atau belum bisa keluar, ataupun kalau keluar belum tentu bisa dipakai menurut kehendak atau kepentingan kita, sama juga dengan sikap seseorang yang ingin menamai diri seorang revolusioner, tetapi takut kepada revolusi. Dalam perjuangan yang sebenarnya ini memang nyata, siapa yang revolusioner di waktu revolusi dan siapa yang revolusioner di waktu damai: Si Pembelalang di dalam gelap, Si-penggertak dari sebalik gunung.

Persatuan Perjuangan yang didirikan pada tanggal 5 Januari 1946 tahun ini, cukup memperhatikan kekuatan kawan dan lawan, cukup memperhatikan sifat dan susunannya semua golongan yang ada dalam Indonesia (social-structure), sifat dan tingkatnya revolusi Indonesia, kepentingan dan pertentangan dalam kapitalisme dan imperialisme Asing. Persatuan yang diikat oleh Minimum-Program yang revolusioner terasa perlunya setelah di saat itu nyata kelemahan perjuangan, disebabkan oleh banyaknya partai dan banyaknya laskar. Pada beberapa tempat seperti Surabaya, Tegal, Pekalongan, dan Ciamis sudah timbul sengketa di antara laskar dan laskar, serta partai dan partai. Kalau Persatuan Pejuangan tak tampil ke muka, mungkin sengketa tadi akan lebih mendalam dan berakhir pada perang saudara, yang menguntungkan musuh.

Belum lagi 2 (dua) bulan Persatuan Perjuangan, yang sanggup mengikat 141 organisasi politik, sosial, ekonomi, dan militer, berjalan maka datanglah undangan dari pihak pemerintah Republik buat bersama membentuk Kabinet Baru, sesudahnya kabinet lama, Kabinet Soetan Sjahrir meletakkan jabatannya. Persatuan Perjuangan menolak campur membentuk Kabinet Baru, bukan karena tiada sanggup menerima "tanggung-jawab" seperti dibisikkan oleh satu pihak ke sana sini, melainkan karena ada hakekatnya Presiden menghendaki supaya yang "terpentingnya" dalam Minimum-Program dibatalkan! Sebenarnya susah sekali mengetahui berapa luasnya dan di mana batasnya kekuasaan "Presiden" Republik Indonesia di masa revolusi ini. Undang-undang Dasar yang memusatkan kekuasaan dan tanggung jawab pada Presiden dan praktek memerintah sekarang yang memusatkan kekuasan dan tanggung jawab pada Perdana Menteri cuma membingungkan yang mempelajari saja. Si Pelajar akan lebih bingung lagi kalau diketahui bahwa Presiden berdiam di Yogyakarta sedangkan Perdana Menterinya di kota Nica Jakarta, yang sudah dicelupnya kembali dengan nama "Batavia". Sebenarnya Persatuan Perjuangan sudah siap sedia dengan para calon yang sanggup menerima pangkat menteri dengan atau tiada dengan Tan Malaka. Tetapi setelah ditentukan "disiplin" terhadap mereka yang akan menerima pangkat menteri yang akan membatalkan Minimum-Program, maka tiadalah seorang juga di antara para calon tersebut yang masuk ke dalam kabinet Sjahrir yang ke-2. Sebenarnya patut dipuji sikap para calon yang lebih mementingkan dasar, prinsip daripada pangkat.

Bukankah Rakyat dan Pemuda bertempur mengorbankan jiwanya buat dasar, prinsip yang nyata dan sah? Janganlah disalahkan para calon Persatuan Perjuangan yang memegang teguh dasar, haluan Revolusi Indonesia sekarang!

Semenjak terbentuknya minimum-program ialah 4 atau 5 bulan sampai sekarang, maka belumlah ada kelihatan cacatnya salah satu dari 7 pasal yang dikemukakan. Malah sebaliknya, kalau salah satu daripada 7 pasal itu dilanggar, dilemahkan atau dibelokkan, maka nyata sekali sikap dan tindakan rakyat terhadap tindakan semacam itu. Pelucutan Jepang yang bermula hampir dilakukan yang berlainan dengan tulisan dan lisan pasal 4, mengadakan perlawanan sekeras-kerasnya dari pihak rakyat di daerah Surakarta.

Sebab itulah rupanya tak jadi diadakan Markas Sekutu, seperti di Solo, ialah menurut pengumuman yang bermula diterima rakyat Solo. Tetapi apakah sudah cukup jaminan supaya tentara Jepang dari Pulau Galang kelak betul-betul akan dikirim ke Jepang dan bukan ke salah satu pulau di Indonesia, itu tiadalah bisa dipastikan.

Tulisan dan lisan pasal 4 itu memang bermaksud supaya seperti yang sudah-sudah terjadi di mana-mana tempat tentara Jepang jangan dipakai lagi buat merobohkan Republik Indonesia. Yang amat penting pula tentulah pasal 1 berhubungan dengan "perundingan" Minimum-Program menuntut supaya perundingan itu berdasar atas pengakuan kemerdekaan 100%. Artinya kemerdekaan 100% mesti lebih dahulu diakui. Perundingan yang akan dilakukan ialah buat menetapkan pengakuan itu dan membuat perjanjian yang berdasarkan kemerdekaan 100% itu. Dengan perkataan lain, perundingan itu adalah perundingan dua negara merdeka. Bahwa dalam keadaan perang sekarang kemerdekaan 100% bisa dicapai dengan "goyangan lidah" itu adalah berlawanan dengan pikiran sehat, dengan sejarah manusia dan berlawanan dengan "sifatnya" sesuatu "perundingan". Bukankah berunding itu berarti tawar-menawar, memberi dan menerima, tolak angsur? Dimanakah lagi letaknya "tawar-menawar" kalau satu pihak mau mendapatkan 100% yang sebelum berunding dibantah keras oleh lain pihak? Mungkin mendapatkan 90% ataupun dalam teori 99%, tetapi perundingan yang tiada berdasarkan atas pengakuan kemerdekaan 100% tidak akan mendapatkan yang 100% itu. Seandainya tercapai kemerdekaan 99%, bahkan 100% pun, tetapi kalau pasal 6 dan 7 dibatalkan, dilemahkan atau dibelokkan, maka lambat laun kemerdekaan 99% atau 100% tadi akan turun sampai 50% atau 10%. Kalau kapitalisme asing kembali bermarajalela seperti sebelum Jepang masuk, maka Parlemen Pemerintah Pusat, Daerah, kota dan desa Indonesia akan segera "dikebiri", kalau tidak dibeli sama sekali oleh kapital asing yang kuat dan teguh itu. Jadinya pasal 6 dan 7 yang ingin menyita perindustrian dan perkebunan "musuh" itu adalah satu jaminan. Pertama supaya kemerdekaan di atas tetap 100%. Kedua supaya revolusi anti-imperialisme ini cukup memberi jaminan kekuasan dan kemakmuran kepada proletar mesin dan tanah. Ketiga supaya proletar mesin dan tanah kelak sesudah Indonesia merdeka 100%, dengan menjalankan "Rencana Ekonomi", segera bisa meningkat ke negara berdasarkan sosialisme yang mempunyai cukup alat mempertahankan kemakmuran dan kemerdekaannya, karena sudah mempunyai industri berat berdasarkan bahan dan tenaga yang ada di Indonesia ini. Syukurlah pula pasal menyita dari Minimum Program tu sudah disetujui bahkan dijalankan oleh proletar mesin dan tanah, di mana ada pabrik, tambang dan kebun musuh berada.

Cocok dengan kehendak dan tindakan Inggris mendudukkan kembali Imperialisme Belanda di Indonesia dan bersama dengan kaum "moderate" (jinak) Indonesia memberantas kaum "extremist", maka sesudah Kongres Persatuan Perjuangan di Madiun pada bulan Maret tanggal 17, para pemimpin seperti Abikusno, Mr. Gatot, Sayuti Melik, Mr. Jamin, Chairoel Saleh, Soekarni dan Tan Malaka ditangkap setengah resmi, setengah tidak dengan tak ada tuduhan apa-apa.

Sampai dua setengah bulan (2 Mei 1946) ketika bagian brosur ini ditulis belum juga diperiksa perkaranya. Rupanya radio Hilversum-lah yang pertama tahu akan terjadinya penangkapan dan Belandalah yang amat bergembira lantaran penangkapan ini.

Penangkapan itu dilakukan pada tanggal 17 Maret 1946. Sedangkan radio Belanda di Jakarta dan Hilversum sudah mendengungkan berita yang amat menggembirakan mereka itu ke seluruh dunia pada tanggal 16 Maret 1946. Menurut kabar radio baru ini maka Komisi van Poll memandang penangkapan itu sebagai bukti "kekuatan lebihnya" PM Sjahrir daripada Tan Malaka. Tetapi "kekuatan lebih" itu terbantah pula oleh penyiaran radio Belanda juga tentangan laporan van Poll itu juga, yang mengatakan bahwa penangkapan Tan Malaka amat menyukarkan perundingan Belanda dengan "Nederlandsch-Indie" itu. Sebenarnya "kekuatan lebih" itu baru kelak ternyata apabila rakyat menerima usul si Belanda, yang rupanya sudah percaya benar akan kekuatan Sutan Sjahrir itu. Kalau Rakyat tiada menerima usul Belanda itu, maka penangkapan yang "tiada" berdasar undang-undang yang sudah tercantum dan disahkan itu, melainkan karena perbedaan politik itu saja bisa pula menimbulkan akibat yang tiada disangka-sangka dan dikehendaki. Usul Belanda yang tiada selama lagi akan dimajukan oleh van Mook, terutama dalam mengakui Indonesia seluruhnya dalam status otonomi, walaupun katanya, nama Indonesia dalam statussemacam itu boleh dinamakan Republik. Dengan begitu Belanda sudah menginjak-injak kemerdekaan dan kedaulatan Rakyat Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Terhadap keluar, negeri Indonesia tak bersuara sama sekali. Terhadap ke dalam Belanda merobek-robek daerah (teritori), administrasi dan perekonomian Indonesia. Belanda akan kembali mengatur pegawai Indonesia dan kembali menduduki pabrik, tambang dan kebunnya serta memasukkan kapital asing dengan tak ada batasnya. Disampingnya itu "Hindia Belanda" yang "Autonoom" itu harus mengakui hutang "Hindia-Belanda" sebelum Jepang masuk. Kalau semua usul itu kelak diterima, maka kemerdekaan yang jauh kurang dari 100% dalam politik itu akan diturunkan pula sekian persen oleh hutang Indonesia tadi dan oleh kekuasaan pegawai-cap-Belanda serta oleh bermaharaja-lelanya kapitalisme di pemerintahan pusat dan daerah. Kekuatan lebih yang ditimpakan atas pemimpin-pemimpin Persatuan Perjuangan, yang berdiri atas pengakuan 100% itu akan berupa kekuatan nol % terhadap kapitalisme dan imperialisme asing. Bagaimana juga memutar lidah dan pena, otonomi Indonesia di mana kapitalisme asing merajalela akan membawa Indonesia kembali ke jurang perbudakan, mungkin lebih dari sediakala.

Selama dua setengah bulan Persatuan Perjuangan berdiri, maka persatuan yang berdasarkan perjuangan itu dikenalkan kepada seluruh lapisan Rakyat, dari Sultan-Sunan sampai ke kaum jembel. Front anti imperialis ini mengambil rakyat sebulat-bulatnya, sepenuh-penuhnya buat mempertahankan kemerdekaan Republik 100%. Sebagai langkah pertama siasat ini mesti diambil. Siasat semacam itu dicocokkan dengan keadaan Indonesia dan dengan sejarah revolusi di mana-mana di dunia. Pertarungan yang dua setengah bulan itu sudah memberi ujian kepada semua lapisan tadi. Ternyata sudah setelah penangkapan Madiun terjadi ujian tadi sudah membawa pembelaan kemerdekaan Indonesia ke tingkat kedua. Kaum borjuis tengah, sebelah atas, ialah sebagian kaum saudagar, Pamong Praja, dan intelligensia sudah melempem dan berbalik muka. Mereka tidak tahan menjalankan ujian itu, asyik memikirkan bagaimana menghentikan perjuangan ini dan kembali menduduki kursi di sudut-sudut kantor yang dituan-besari oleh Belanda. Sikap melempem di tengah revolusi itu bukanlah monopolinya kaum tengah Indonesia saja. Memang itu sifatnya kaum tengah, ialah maju-mundur lebih banyak mundur daripada maju dan kalau terlampau berat lekas mundur, dan memilih pihak yang kiranya menang. Borjuis tengah Indonesia, seperti saudagar tengah, Pamong-Praja dan intelligensia memang tak bisa konsekuen baik dalam revolusi nasional ataupun dalam revolusi sosial.

Sifat memilih dan membidik siapa yang kuat dan akan menang dalam pergulatan itu memangnya terbawa oleh susunan ekonomi dan sosial Indonesia. Kaum tengah Indonesia tak mempunyai tempat bersandar maupun dalam ekonomi ataupun dalam politik. Saudagar tengah Indonesia tak kenal sama saudagar importor sendiri, pabrikant (pemilik pabrik) Indonesia sendiri atau pun bankir sendiri. Mereka bersandar pada Importir asing, pabrik-asing dan bankir asing. Demikian pula Pamong Praja dan reservenya, ialah kaum intelligensia bersandar pada imperialisme asing. Tak ada Parlemen atau pemerintah nasional yang bisa dijadikan tujuan dalam usaha mereka mencari pangkat. Imperialisme Belanda dalam penjajahan 350 tahun itu jaya menghasilkan satu golongan pamong-praja dan reservenya, golongan intelligensia yang mempunyai semangat ingin memasuki kantor gubernur di bawah perintah sep Belanda, "semangat inlander". Semangat inlander ini amat tebal dan tak gampang diombang-ambingkan oleh semangat revolusioner. Kalau sep-Belanda hilang seperti pada penyerahan Belanda 8 Maret 1942, maka "para inlander" merasa bahagia mendapatkan "sep-baru" dan mempelajari "jongkok" baru, ialah jongkok ala Nippon. Apabila rakyat memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agusuts 1945, maka "para-inlander" dengan setengah percaya dan setengah tak percaya memasuki kantor Republik, tetapi apabila "sep-lama" datang, maka gelisah lagi. Sekarang dengan memuncaknya perjuangan, maka sudah banyak para inlanders tadi yang mengenal kembali "his masters voice" itu (suara tuannya). Mereka kembali bersedia menerima perintah tuan-lama buat keperluan tuan lama itu, kalau perlu menentang kemauan bangsa sendiri.

Kini mereka para inlanders menunggu saat bilamana mereka dengan aman bisa melompat sambil berteriak-teriak: Tuan-besar sudah kembali! Sifat kaum tengah memang tengah memang sangsi bolak-balik di antara golongan atas dan bawah. Di mana ada kapital nasional dan borjuis nasional yang kukuh kuat, maka dalam masa revolusi kaum tengahnya sangsi bolak-balik di antara borjuis atas dan proletar nasional. Akhirnya di tengah-tengah kesukaran perjuangan mereka membelok kepada yang kiranya akan menang. Di Indonesia kapital dan borjuis yang kuat-kukuh itu terdiri dari bangsa asing. Mungkin pada permulaan perjuangan para inladers memihak kepada rakyat-murba. Tetapi kalau perjuangan itu sedikit lama dan tampaknya sukar, maka mereka akan mengabdi kepada kapital dan borjuis asing manapun juga. Dalam dua setengah bulan Persatuan Perjuangan itu berdiri, aliran "para-inlanders" terasa benar. Makin keras desakan Sekutu-Inggris-Belanda dengan "moderate"nya, makin keras pula semangat para inlanders dalam Persatuan Perjuangan membatalkan "minimum program" yang memang revolusioner itu sama sekali, atau men-sabot, membelokan, melemahkan artinya. Sesudah penangkapan Madiun proses ini berlaku lebih cepat dan lebih nyata lagi. Tetapi dengan melemahkan, membelokkan, bahkan seandainya dengan membatalkan Minimum Program sama sekali ini tiada berarti rakyat Indonesia dengan Pemudanya akan bisa dibelokkan dilemahkan ataupun dipatahkan semangatnya membela kemerdekaan 100% dan menolak kapitalisme asing.

Mungkin nama Persatuan Perjuangan dan Minimum Program akan dijadikan barang "bisikan", bahkan mungkin bisa ditutup sama sekali, tetapi selama rakyat dan pemudanya terus memperjuangkan kemerdekaan 100% dan penolakan kapitalisme asing, maka selama itulah pula Persatuan Perjuangan, yang berarti Persatuan mereka yang berjuang, serta Minimum Programnya, akan berlaku. Nama kumpulan atau program baru mungkin bisa menipu rakyat dan pemudanya, sebagian atau seluruhnya buat sementara waktu, tetapi tidak buat selama-lamanya.

Semenjak penangkapan Madiun dengan radio Hilversumnya, nyatalah sudah bahwa Persatuan Perjuangan dan program minimum sudah meningkat ke periode (musim) kedua dalam perjuangan anti-imperialisme dan revolusi-nasional ini. Dalam periode kedua ini kaum setengah ke sini setengah ke sana, setengah revolusioner dan setengah kompromis itu mesti disingkirkan sama sekali. Karena mereka sudah nyata, dan memegang terus mereka itu berarti melemahkan barisan perjuangan. Persatuan Perjuangan bukanlah berarti kumpulan kaum revolusioner dan kaum kompromis yang lengkap siap dengan 1001 perkataan buat menyelimuti politik kompromisnya. Sesudah penangkapan Madiun maka perjuangan revolusi Indonesia mesti dikembalikan ke tangan mereka yang tegas-tegas mengakui kemerdekaan 100%, menolak perundingan yang tiada berdasarkan perngakuan 100% itu dan tegas terang menolak kapitalisme asing dengan siasat menyita perusahaan musuh. Pembersihan mesti dilakukan.

Dan dalam masa pembersihan itu mesti dilakukan dengan cepat dan kalau perlu dengan deras-tangkas. Kalau tidak maka kaum kompromis akan jaya melembekkan semangat perjuangan, membelokkan atau mematahkan perjuangan itu sama sekali dan mengembalikan Indonesia ke status penjajahan dengan atau tidak-dengan nama "Republik".

Setengah kaum tengah bagian atas yang dipelopori oleh "ahli" politik dan "ahli" diplomasi serta para pamong praja dan intelligensia sudah terjerumus atau sengaja menerjunkan dirinya k etengah-tengah barisan Nica. Kaum pembelok, yang sudah menjalankan rolnya dengan terbuka, setengah tertutup atau sama sekali bersembunyi itu mesti di-isolir, dipisahkan atau sama sekali diberantas dari perjuangan revolusioner. Persatuan Perjuangan revolusioner mesti terdiri dari kaum dan golongan revolusioner saja. Dalam periode kedua ini, sesudah ujian dua setengah bulan ini, maka golongan yang tetap revolusioner ialah: Pertama, golongan proletariat perindusterian, yakni buruh pabrik, bengkel, tambang, pengangkutan, listrik, percetakan, PTT dll.

Kedua, proletariat tani, ialah buruh kebun bersama dengan kaum tani biasa, kaum tani menengah, sampai ke tani sederhana (kerja dan cukup buat keluarga sendiri saja), terus ke setengah tani, setengah buruh tani. Ketiga, kaum Marhaen ialah pedagang kecil, warga-kecil seperti juru tulis, guru, dan intelligensia miskin di kota-kota. Semuanya golongan ketiga ini menghendaki sungguh lenyapnya imperialisme asing dan berdirinya terus Republik Indonesia, dan banyak sekali memberikan pengorbanan harta dan jiwanya dalam semua garis pertempuran. Ketiga golongan yang masih revolusioner dalam periode kedua di masa revolusi nasional ini lebih kurang terikat oleh aliran pula, yakni aliran ke-Islaman, kebangsaan, dan keproletaran (sosialisme, komunisme ataupun anarkis-sindikalisme). Ketiga aliran ini terus menerus mempengaruhi pergerakan anti-imperialisme di Indonesia selama lebih 40 tahun di belakang ini. Dalam periode kedua inipun ketiga aliran itu tiadalah bisa diabaikan.

PARI tiada akan melupakan tiga aliran yang terbuka atau tertutup pada sanubari tiga golongan tersebut di atas. Ketiga aliran itu masing-masingnya lebih kurang mempengaruhi masing-masingnya ketiga golongan tadi. Tetapi boleh jadi sekali dan sepatutnyalah pula ke-Islaman lebih tebal dari pada kaum tani, kebangsaan lebih tebal pada kaum marhaen dan ke-proletaran pada golongan proletariat.

PARI mesti mencocokkan organisasi, prinsip, paham, taktik-strategi dan slogannya dengan kekuatan-revolusioner dalam negeri dan teman penyambutnya di luar negeri serta dengan keadaan dalam dan luar Indonesia buat melakukan program minimum dan maksimumnya. Pencocokan itu mesti senantiasa dilakukan dan diperoleh berhubung dengan perubahan musim (periode) perjuangan dan peralihan pusat kekuatan dari golongan ke golongan yang revolusioner. Buat periode kedua ini cukuplah sudah Minimum Programnya Persatuan Perjuangan, yang kalau dirasa perlu bisa ditambah di sana sini, dengan tiada mengurangi semangatnya yang revolusioner. Setelah kemerdekaan 100% tercapai, maka akan berlakulah program maksimum, yang maksudnya menuju kepada Indonesia berdasarkan sosialisme, bersandarkan kekuatan diri dan mengingat keadaan di sekitar Indonesia. Pertama sekali amat tidak bijaksana mengumumkan program maksimum pada musim revolusi-nasional demokratis ini.

HARI DAN TANGKISAN
Akan terlampau jauh ke muka kalau kita di sini menguraikan program maksimum. Kita yang di tengah-tengah perjuangan yang sungguh ini, di tengah-tengah dentuman bom, meriam, dan mortir, wajib memusatkan semua pikiran, perhatian dan kemauan pada barang yang nyata dan praktis saja. Sekejap kita melayangkan meninggalkan daratan, sebegitulah pula kita melalaikan perjuangan yang sebenarnya dan meringankan pekerjaan musuh memerangi kita. Cukuplah sudah kalau diperingatkan saja bahwa setelah revolusi-nasional-demokratis yang sempurna kelak sudah berlaku dan kemerdekaan 100% tercapai, maka program maksimum yakni sosialisme 100% akan segera dijalankan. Mungkin apa tidaknya sosialisme 100% bisa dijalankan adalah sama sekali tergantung pada kekuatan lahir-batin Indonesia sendiri dan keadaan di sekitar Indonesia.


Memeriksa dan menguraikan kemungkinan di sektor Indonesia akan memakan banyak waktu dan tempat. Tetapi semua kemungkinan bisa dibulatkan seperti berikut: Pertama, Perang Dunia ke-3 timbul. Dalam hal ini, tentulah sendirinya Indonesia akan berhadapan dengan persoalan sosialisme dalam suasana peperangan. Kemungkinan pertama ini membawa kemungkinan terlibat atau tidaknya Indonesia dalam perang dunia ke-3 itu. Kedua, dunia akan mengalami perdamaian beberapa lama sesudahnya kemerdekaan 100% tercapai. Dalam hal ini persoalan sosialisme di Indonesia harus diselesaikan dengan sifat dan cara berlainan dari pada di waktu peperangan.
 


 
 

In picture: Pink Lake in western Australia

Pink Lake in western Australia
Pink Lake in western Australia
Lake Hillier or Pink Lake is a salt lake in the Goldfields-Esperance region of Western Australia. It lies about 3 kilometers west of Esperance and is bounded to the East by the South Coast Highway
- See more at: http://en.alalam.ir/news/1596560#sthash.ZhpGDWSA.dpuf

In picture: Pink Lake in western Australia

Pink Lake in western Australia
Pink Lake in western Australia
Lake Hillier or Pink Lake is a salt lake in the Goldfields-Esperance region of Western Australia. It lies about 3 kilometers west of Esperance and is bounded to the East by the South Coast Highway
- See more at: http://en.alalam.ir/news/1596560#sthash.ZhpGDWSA.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar