Senin, 30 Juli 2012

AWAS DEVIDE ET IMPERA...TERHADAP UMAT ISLAM...???>> ...DAN POLITIK USAid...MELAKUKAN PEMBUNUHAN DAN PENGHANCURAN UMAT ISLAM DENGAN SANGAT TERENCANA... DENGAN.. MENGUASAI PANGSA PASAR..FARMASI DI NKRI.????...SITI FADILAH SUPARI DIJADIKAN SASARAN KEMARAHAN AS DAN USAid DAN RAKSASA FARMASI...???.. >>..Jurus Sakti “PECAH BELAH” SESAMA KELOMPOK ISLAM ala RAND Corporation ..>>..Beberapa bukti tindakan program ini misalnya mengubah kurikulum pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya dari Barat, kemudian menghembuskan dogma “Time is Money - dengan pengeluaran sekecil-kecilnya menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya”. ..>>>..Mendirikan berbagai LSM yang bergerak dibidang kajian filsafat Islam, menyebar artikel dan tulisan produk LSM yang dibiayai Amerika. Intinya menyimpulkan bahwa "semua agama" adalah hasil karya manusia dan merupakan peradaban manusia. Tujuannya tak lain guna menggoyah keyakinan beragama, termasuk mendanai beberapa web site di dunia maya dan lainnya....>>..Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah memiliki mandat dan menunjuk kontraktor pelaksana penyalurkan dana dan berhubungan dengan berbagai LSM, dan para individu di negeri-negeri muslim yaitu National Endowment for Democracy (NED), The International Republican Institute (IRI) The National Democratic Institute (NDI), The Asia Foundation (TAF), dan The Center for Study of Islam and Democracy (CSID). ..>>..Seperti berkembang banyak LSM memproduk materi-materi dakwah atau fatwa namun isinya justru “menjerumuskan” Islam, termasuk munculnya banyak tokoh liberal sebagai opinion maker di tengah masyarakat, merupakan isyarat bahwa konspirasi menghancur Islam itu ada, nyata dan berada (existance). Yang paling memprihatinkan, justru jurus pecah belah dilakukan menggunakan tangan-tangan (internal) kaum muslim itu sendiri di negara tempat mereka lahir, tumbuh dan dibesarkan, sedang mereka “tak menyadari” telah menjadi penghianat bagi bangsa, negara dan agamanya! ..>>....Niat silaturahmi dan dialogpun di jawab dengan acungan golok dan clurit oleh pihak Ustadz Fauzi dan kelompoknya ...>>...sementara Habib Muhsin, Habib Alwi, dan Habib Zein al-Hamid dan murid mereka yang bernama Syamsul hanya bermodalkan niat baik dan tanpa senjata semakin tersudut. ...>>...semakin panasnya suasana maka terjadilah pengeroyokan kelompok Ustadz Fauzi dan massa yang ada diperkirakan sekitar 70 sampai 100 orang...kepada tiga orang Habib tersebut ..>>...seorang laki-laki bertato bernama Eko Mardi Santoso yang tak lain adalah menantu Ustadz Fauzi . Eko adalah seorang pemuda yang sangat gemar meminum minuman keras dan suka berjudi dengan sangat galaknya mengacungkan golok kepada ketiga orang Habib yang berkunjung itu....>>...Eko terus menyerang dengan senjata tajam miliknya dan kemudian di tangkis oleh salah seorang Habib yang bernama Habib Muhsin dan Eko pun terpental dengan tidak terduga senjata tajam miliknya mengenai dirinya sendiri yang berakibat dirinya terluka dan segera dilarikan ke Rumah Sakit. Merekapun membakar tiga sepeda motor milik tiga orang Habib itu dan satu milik orang yang salah sasaran...>>...Ketiga Habib ini bukanlah tokoh Syi’ah bahkan yang bernama Habib Alwi bin Ali al-Hamid ayah beliau adalah Ketua Anshor Tanggul Jember yang di culik oleh PKI dan dibunuh pada tahun 1966 di Merawan Banyuwangi...>>.RAND Corp adalah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah atas biaya Smith Richardson Foundation, berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS). Sebelumnya ia perusahaan bidang kedirgantaraan dan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica-California, namun entah kenapa beralih menjadi think tank (dapur pemikiran) dimana dana operasional berasal dari proyek-proyek penelitian pesanan militer...>>..>>..RAND Corp adalah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah atas biaya Smith Richardson Foundation, berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS). Sebelumnya ia perusahaan bidang kedirgantaraan dan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica-California, namun entah kenapa beralih menjadi think tank (dapur pemikiran) dimana dana operasional berasal dari proyek-proyek penelitian pesanan militer...>>....sebagian ahli menyebut angka 96% — obat jadi dan bahan baku obat di Indonesia berasal dari luar negeri. Sementara dari 300 lebih perusahaan farmasi di Indonesia, 29 di antaranya adalah perusahaan farmasi asing. Yang terakhir menguasai 25% pangsa pasar yang diperkirakan mendekati Rp 40 triliun pada 2011....>> DIMATA DUBES AS...BAHWA..SITI FADILAH SUPARI [MANTAN MENKES RI] SANGAT FATAL DAN BESAR DOSANYA???...>>...Setidaknya ada 10 perusahaan farmasi Amerika Serikat yang beroperasi di Indonesia saat ini. Termasuk di antaranya Pfizer dan Merck, dua raksasa farmasi di Wall Street sekaligus lumbung uang partai politik di Amerika....>>...“Jika perusahaan farmasi asing itu ingin mendapat izin (berjualan obat impor di Indonesia),” kata Menteri Siti Fadilah ke Dow Jones Newswires saat itu, “mereka harus berinvestasi (mendirikan pabrik peracikan) di sini, dan tak sekadar mengambil untung dari pasar Indonesia. Mereka tak boleh lagi beroperasi layaknya perusahaan kelontong di sini, dengan sebuah kantor ukuran tiga kali tiga meter tapi mendulang keuntungan miliaran rupiah. Itu tak adil.”..>>...India dan China telah menerapkan aturan serupa, kata Menteri Siti Fadilah...>>...Minimnya investasi termasuk salah satu faktor utama kenapa 98% bahan baku obat-obatan di Indonesia saat ini masih diimpor. Sebuah ironi besar yang menyebabkan harga obat selalu tinggi...>>..Pada 22 Oktober 2009, seiring habisnya masa jabatan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, habis pula ‘cinta’ Presiden Susilo pada Menteri Siti Fadilah. Presiden menunjuk orang baru, Menteri Endang, dan pada yang terakhir lah kongsi farmasi asing mencantolkan harapan. Di situs resminya waktu itu, IPMG mengucap selamat pada Menteri Endang. Mereka menawarkan pujian dan harapan. Mereka ingin menteri baru merevisi aturan-aturan baru kefarmasian di era Menteri Siti Fadilah...>>..Pada 30 Juni 2010, BPOM mencabut aturan sebelumnya dan memperbolehkan peredaran produk-produk yang mengandung alkohol atau babi. Produsen atau importir bebas memasarkan produk sejenis tanpa perlu izin. BPOM hanya mewajibkan mereka mencantumkan keterangan berupa pernyataan dan gambar pada kemasan jika produk tersebut mengandung alkohol dan babi...>>... Kini, untuk berita terakhir ini, Anda tak perlu jadi profesor untuk bisa memastikan kalau tipis kemungkinan bakal ada pejabat di negara ini, bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekalipun, yang bakal punya nyali untuk sesumbar kalau penyusutan angka kematian ibu dan bayi dalam lima tahun ke depan karena kerja keras mereka semata. Ingin tahu alasannya? Sederhana: yang merancang, menyusun, mengawasi dan mendanai program besar penyelamatan nyawa ibu hamil dan bayi yang baru lahir di Indonesia saat ini adalah USAid, lengan pendanaan pemerintah Amerika Serikat...>> DAN SADARILAH...BAHWA WNI ADALAH 90% BERAGAMA ISLAM...>>> INI SUATU PEMBUNUHAN DAN PENGHANCURAN SECARA TERPROGRAM TERHADAP..ANAK2 BANGSA... DAN KHUSUSNYA UMAT ISLAM INDONESIA...??? LALU APA TANGGUNG JAWAB MORAL DAN KEDUDUKAN PRESIDEN DAN KABINET SBY-BUDIYONO???...>>


Gerakan Wahabi di Indonesia
http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2012/06/indonesia-tidak-toleransi-siapa-bilang.html#axzz21tCC8mDK 
Albayyinat Antek Wahabi ??
Islam Times- Masyarakat Puger Jember adalah masyarakat yang agamis dan cinta damai tiba-tiba dikejutkan dengan rencana akan diselenggarakan Pengajian pada tanggal 7 Juni 2012 dengan mendatangkan penceramah Muhdor al-Hamid yang sangat terkenal sebagai provokator agar Sunni dan Syi’ah terjadi konflik dengan pemrakarsa acara itu adalah Ustadz Haqi dan Ustadz Fauzi dkk (Kaki Tangan al-Bayyinat).
Tohir; Antek Wahabi
Tohir; Antek Wahabi

Ancaman Disintegrasi Bangsa Sebagai Rasa Persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika kembali di uji tepat menjelang tanggal satu Juni tepat Hari Kesaktian Pancasila. Jember bergolak dengan isyu-isyu sektarian dimana kelompok takfir lintas mazhab kembali menjalankan agenda Zionis dan Salibis Internasional agar Ummat selalu disibukkan dengan isyu-isyu mazhab yang berujung kepada lemahnya Ummat Islam akibat perseteruan dan permusuhan sesama kaum Muslimin.

Masyarakat Puger Jember adalah masyarakat yang agamis dan cinta damai tiba-tiba dikejutkan dengan rencana akan diselenggarakan Pengajian pada tanggal 7 Juni 2012 dengan mendatangkan penceramah Muhdor al-Hamid yang sangat terkenal sebagai provokator agar Sunni dan Syi’ah terjadi konflik dengan pemrakarsa acara itu adalah Ustadz Haqi dan Ustadz Fauzi dkk (Kaki Tangan al-Bayyinat). Ustadz Fauzi ini adalah Guru ngaji di Puger Wetan sementara Keluarga Ustadz Haqi ini terkenal adalah anti Habaib dan terkhusus sangat anti Habib Ali al-Habsyi Ulama sepuh berusia 75 tahun dan menetap sejak tahun 1964 di Jember berdakwah dan membina masyarakat Puger dan berfaham Ahlussunnah wal Jama’ah.

Pengajian ini adalah yang ke lima diselenggarakan dengan Penceramah inti Ustadz Muhdor al-Hamid sejak pengajian pertama selalu memprovokasi ummat agar bergerak melakukan anarkhisme kepada Habib Ali al-Habsyi Pemimpin Ponpes Darul Sholihin. Tujuan pengajian pada tanggal 7 Juni adalah pengerahan massa agar terjadi penyerangan dan pembakaran Pondok Pesantren Darul Sholihin pimpinan Habib Ali al-Habsyi dan massa diprovokasi dengan isyu yang mereka rekayasa bahwa Habib Ali al-Habsyi selalu mencaci-maki Sahabat padahal kenyataannya tak pernah ada pencaci-makian dan pelaknatan kepada sahabat ditambah lagi Ponpes Darul Sholihin Puger Kulon Jember adalah menganut faham Sunni Syafi’i.

Rencana Pengajian tanggal 7 Juni 2012 yang akan dilanjutkan penyerangan ke Ponpes Darul Sholihin pimpinan Habib Ali al-Habsyi beredar luas di tengah masyarakat maka pada tanggal 30 Mei 2012 pihak keluarga Ustadz Muhdor al-Hamid (Sang Provokator) yang tak setuju dengan pengajian yang akan berujung dengan anarkhis berinisiatif untuk bertemu dengan Ustadz Fauzi dan panitia, mereka adalah Muhsin al-Hamid, Alwi al-Hamid, Zein al-Hamid. Dalam pertemuan itu pihak keluarga Habib Muhdor meminta klarifikasi dan penjelasan kepada Ustadz Fauzi dan panitia apakah betul rencana tanggal 7 Juni akan diadakan pengajian dengan penceramah inti Ustadz Muhdor? Dan Ustadz Fauzi menjawab betul karena ini sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Tiga orang Habib yang menemui Ustadz Fauzi itu memberitahukan bahwa Ustadz Muhdor al-Hamid adalah sepupu mereka dan menantunya Habib Ali al-Habsyi pimpinan Ponpes Darul Sholihin adalah adik mereka dan kami adalah bersaudara satu keluarga dan mereka bertiga menghimbau agar hubungan silaturahmi dan kekeluargaan ini jangan di rusak dengan isyu perbedaan mazhab.

Pada tanggal 30 Mei 2012 pihak keluarga Muhdor al-Hamid yang di wakili Habib Muhsin,Habib Alwy, dan Habib Zein al-Hamid dengan semangat kekeluargaan bersilaturahmi ke kediaman Ustadz Fauzi untuk melakukan perundingan agar semua pihak bisa menahan diri dan tercipta suasana damai marilah kita dialogkan dengan kepala dingin tetapi dijawab dengan sangat kasar oleh pihak Ustadz Fauzi bahwa tidak ada yang perlu dirundingkan dan didialogkan kami semua disini telah siap perang. Suasana semakin gaduh dan terdengar suara teriakan bahwa kami akan bakar Ponpes Darul Sholohin pada tanggal 7 Juni 2012.

Niat silaturahmi dan dialogpun di jawab dengan acungan golok dan clurit oleh pihak Ustadz Fauzi dan kelompoknya sementara Habib Muhsin, Habib Alwi, dan Habib Zein al-Hamid dan murid mereka yang bernama Syamsul hanya bermodalkan niat baik dan tanpa senjata semakin tersudut. 
 
Dengan semakin panasnya suasana maka terjadilah pengeroyokan kelompok Ustadz Fauzi kepada tiga orang Habib tersebut dan massa yang ada diperkirakan sekitar 70 sampai 100 orang. Munculah seorang laki-laki bertato bernama Eko Mardi Santoso yang tak lain adalah menantu Ustadz Fauzi . Eko adalah seorang pemuda yang sangat gemar meminum minuman keras dan suka berjudi dengan sangat galaknya mengacungkan golok kepada ketiga orang Habib yang berkunjung itu. Alhamdulillah berkat pertolongan Allah ketiga Habib tersebut tak ada yang terluka atau cidera hahya sedikit memar saja sementara Eko terus menyerang dengan senjata tajam miliknya dan kemudian di tangkis oleh salah seorang Habib yang bernama Habib Muhsin dan Eko pun terpental dengan tidak terduga senjata tajam miliknya mengenai dirinya sendiri yang berakibat dirinya terluka dan segera dilarikan ke Rumah Sakit. Merekapun membakar tiga sepeda motor milik tiga orang Habib itu dan satu milik orang yang salah sasaran.

Massapun bertambah banyak dan ketiga orang Habib ini dan Syamsul segera melarikan diri dan Syamsul terkena pukulan cukup keras ketika itu karena dipukul dari belakang. Ketiga Habib ini bukanlah tokoh Syi’ah bahkan yang bernama Habib Alwi bin Ali al-Hamid ayah beliau adalah Ketua Anshor Tanggul Jember yang di culik oleh PKI dan dibunuh pada tahun 1966 di Merawan Banyuwangi.

Pemerikasaan pihak berwajib terus dilakukan dan dalam pengumpulan saksi-saksi. Kelompok Ustadz Fauzi sudah menyiapkan cara jitu akan memutar-balikan fakta seolah-olah tiga orang Habib yang bersilaturahmi itu akan diarahkan sebagai tersangka karena melakukan penyerangan singkat kata mereka akan di tajul mulukan juga.

Tetapi tahukah anda informasi yang tak berimbang bermunculan terutama dari situs-situs pemecah-belah Ummat seperti arrahmah.com, http://www.voa-islam.com, dan lain-lain bahkan disebutkan pengikut Syi’ah mengamuk dan Aktivis NU Jember kena Bacok.

Lihatlah kejadian yang baru berlalu beberapa hari saja mereka distorsi, manipulasi, dan putar-balikan fakta dengan judul yang membodohi rakyat dan seolah-olah NU terlibat di dalam insiden itu padahal hanya oknum dan tak membawa nama Organisasi. Karena merasa belum kuat maka strategi kelompok takfir ini adalah dengan mencoba membenturkan antar NU dan Syi’ah. Wahabi Takfiri tak pernah lelah dalam memprovokasi dan menipu umat, waspadalah !!!

Sumber: http://satuislam.wordpress.com/2012/06/03/gerombolan-anti-habaib-rencanakan-serang-ponpes-darul-sholihin-pimpinan-habib-ali-al-habsyi/

Analisis  http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=en&id=5547&type=4

03-08-2011
Jurus Sakti “PECAH BELAH” SESAMA KELOMPOK ISLAM ala RAND Corporation
Author : Hendrajit (Direktur Eksekutif Global Future Institute) dan Ferdiansyah Ali (Manajer Program dan Peneliti Global Future Institute).  

RAND Corp adalah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah atas biaya Smith Richardson Foundation, berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS).  
Sebelumnya ia perusahaan bidang kedirgantaraan dan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica-California, namun entah kenapa beralih menjadi think tank (dapur pemikiran) dimana dana operasional berasal dari proyek-proyek penelitian pesanan militer.

Garis besar dokumen Rand berisi kebijakan AS dan sekutu di Dunia Islam. 

Inti hajatannya adalah mempeta-kekuatan (MAPPING), sekaligus memecah-belah dan merencanakan konflik internal di kalangan umat Islam melalui berbagai (kemasan) pola, program bantuan, termasuk berkedok capacity building dan lainnya.

Sedang dokumen lain senada, terbit Desember tahun 2004 dibuat oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council) atau NIC bertajuk Mapping The Global Future. Tugas NIC ialah meramal masa depan dunia.

Tajuk NIC di atas pernah dimuat USA Today, 13 Februari 2005 -- juga dikutip oleh Kompas edisi 16 Februari 2005.
Inti laporan NIC tentang perkiraan situasi tahun 2020-an. Rinciannya ialah sebagai berikut: (1) Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan China dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia; (2) Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS; (3) A New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat; dan (4) Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia -- kekerasan akan dibalas kekerasan.

Jujur harus diakui, ke-empat perkiraan NIC kini riil mendekati kebenaran terutama jika publik mengikuti “opini global” bentukan media mainstream yang dikuasai oleh Barat.

Isi dokumen NIC di atas menyertakan pandangan 15 Badan Intelijen dari kelompok Negara Barat. Tahun 2008 dokumen ini direvisi kembali tentang perkiraan atas peran AS pada tata politik global. Judulnya tetap Mapping The Global Future, cuma diubah sedikit terutama hegemoni AS era 2015-an diramalkan bakal turun meski kendali politik masih dalam cengkeraman.

Tahun 2007, Rand menerbitkan lagi dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Smith Foundation. Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan Muslim Moderat pro-Barat di seluruh dunia. Baik Rand maupun Smith Foundation, keduanya adalah lembaga berafiliasi Zionisme Internasional dimana para personelnya merupakan bagian dari Freemasonry-Illuminati, sekte Yahudi berkitab Talmud.

Gerakan tersebut memakai sebutan “Komunitas Internasional” mengganti istilah Zionisme Internasional. Maksudnya selain menyamar, atau untuk mengaburkan, juga dalam rangka memanipulasi kelompok negara non Barat dan non Muslim lain. Pada gilirannya, kedua dokumen tadi diadopsi oleh Pentagon dan Departemen Luar Negeri sebagai basis kebijakan Pemerintah AS di berbagai belahan dunia.

Berikut ialah inti resume dari Agenda dan Strategi Pecah Belah yang termuat pada kedua dokumen tersebut, antara lain:

Pertama, Komunitas Internasional menilai bahwa Dunia Islam berada dalam frustasi dan kemarahan, akibat periode keterbelakangan yang lama dan ketidak-berdayaan komparatif serta kegagalan mencari solusi dalam menghadapi kebudayaan global kontemporer;

Kedua, Komunitas Internasional menilai bahwa upaya umat Islam untuk kembali kepada kemurnian ajaran adalah suatu ancaman bagi peradaban dunia modern dan bisa mengantarkan kepada Clash of Civilization (Benturan Peradaban);

Ketiga, Komunitas Internasional menginginkan Dunia Islam yang ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global;

Keempat, Komunitas Internasional perlu melakukan pemetaan kekuatan dan pemilahan kelompok Islam untuk mengetahui siapa kawan dan lawan, serta pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya yang ada di Dunia Islam;

Kelima, Komunitas Internasional mesti mempertimbangkan dengan sangat hati-hati terhadap elemen, kecenderungan, dan kekuatan-kekuatan mana di tubuh Islam yang ingin diperkuat; apa sasaran dan nilai-nilai persekutuan potensial yang berbeda; siapa akan dijadikan anak didik; konsekuensi logis seperti apa yang akan terlihat ketika memperluas agenda masing-masing; dan termasuk resiko mengancam, atau mencemari kelompok, atau orang-orang yang sedang dibantu oleh AS dan sekutunya;

Keenam, Komunitas Internasional membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu: 
(1) Fundamentalis: kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam; 
(2) Tradisionalis: kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;
(3) Modernis: kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas;
(4) Sekularis: kelompok masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari urusan negara. 


Ketujuh, Komunitas Internasional menetapkan strategi terhadap tiap-tiap kelompok, sebagai berikut:

1) Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis dengan tata cara sebagai berikut: 
(a) menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak-akuratannya; 
(b) mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal; 
(c) mengumumkan konsekuensi dari tindak kekerasan yang mereka lakukan; 
(d) menunjukkan ketidak-mampuan mereka untuk memerintah; 
(e) memperlihatkan ketidak-berdayaan mereka mendapatkan perkembangan positif atas negara mereka dan komunitas mereka; 
(f) mengamanatkan pesan-pesan tersebut kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita; 
(g) mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan kaum fundamentalis, ekstrimis dan teroris; 
(h) kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan; 
(i) mendorong para wartawan untuk memeriksa isue-isue korupsi, kemunafikan, dan tak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris; 
(j) mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.

2) Beberapa aksi Barat memojokkan kaum fundamentalis adalah dengan menyimpangankan tafsir Al-Qur’an, 
contoh: 
a] mengharaman poligami pada satu sisi, namun menghalalkan perkawinan sejenis di sisi lain; 
b] mengulang-ulang tayangan aksi-aksi umat Islam yang mengandung kekerasan di televisi, sedang kegiatan konstruktif tidak ditayangkan; 
c] kemudian “mengeroyok” dan menyerang argumen narasumber dari kaum fundamentalis dengan format dialog 3 lawan 1 dan lainnya; 
d] lalu mempidana para aktivis Islam dengan tuduhan teroris atau pelaku kekerasan dan lain-lain.

3) Mendorong kaum tradisionalis untuk melawan fundamentalis, dengan cara
(a) dalam Islam tradisional ortodoks banyak elemen demokrasi yang bisa digunakan counter menghadapi Islam fundamentalis yang represif lagi otoriter; 
(b) menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; 
(c) memperlebar perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis; 
(d) mencegah aliansi kaum tradisionalis dan fundamentalis; 
(e) mendorong kerja sama agar kaum tradisionalis lebih dekat dengan kaum modernis; 
(f) jika memungkinkan, kaum tradisionalis dididik untuk mempersiapkan diri agar mampu berdebat dengan kaum fundamentalis, karena kaum fundamentalis secara retorika sering lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik “Islam pinggiran” yang kabur; 
(g) di wilayah seperti di Asia Tengah, perlu dididik dan dilatih tentang Islam ortodoks agar mampu mempertahankan pandangan mereka; 
(h) melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme berbeda; 
(i) memperuncing khilafiyah yaitu perbedaan antar madzhab dalam Islam, seperti Sunni - Syiah, Hanafi - Hambali, Wahabi - Sufi, dll; 
(j) mendorong kaum tradisionalis agar tertarik pada modernisme, inovasi dan perubahan; 
(k) mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas penguasa yang terinspirasi oleh paham fundamentalis; 
(l) Mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme;

4) Mendukung sepenuhnya kaum modernis, dengan jalan
(a) menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi; 
(b) mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda; 
(c) memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam; 
(d) memberikan mereka suatu platform publik; 
(e) menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web Sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolahan, lembaga-lembaga dan sarana lainnya; 
(f) memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” kaum muda Islam yang tidak puas; 
(g) memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayanya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan; 
(h) membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil independen, untuk mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.

Beberapa bukti tindakan program ini misalnya mengubah kurikulum pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya dari Barat, kemudian menghembuskan dogma “Time is Money  - dengan pengeluaran sekecil-kecilnya menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya”.
5) Tempo doeloe, pernah dalam mata pelajaran PMP dtampilkan gambar rumah ibadah masing-masing agama dengan tulisan dibawahnya: “semua agama sama”.
Mendirikan berbagai LSM yang bergerak dibidang kajian filsafat Islam, menyebar artikel dan tulisan produk LSM yang dibiayai Amerika. Intinya menyimpulkan bahwa "semua agama" adalah hasil karya manusia dan merupakan peradaban manusia. Tujuannya tak lain guna menggoyah keyakinan beragama, termasuk mendanai beberapa web site di dunia maya dan lainnya.
6) Mendukung secara selektif kaum sekularis, dengan cara
(a)  mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai musuh bersama; 
(b) mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri; 
(c) mendorong ide bahwa dalam Islam, agama dan negara dapat dipisahkan dan hal ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuat. 

7) Untuk menjalankan Building Moderate Muslim Networks, AS dan sekutu menyediakan dana bagi individu dan lembaga-lembaga seperti LSM, pusat kajian di beberapa universitas Islam maupun universitas umum lain, serta membangun jaringan antar komponen untuk memenuhi tujuan-tujuan AS.  
Contoh keberhasilan membangun jaringan ini ketika mensponsori Kongres Kebebasan Budaya (Conggress of Cultural Freedom), dimana pertemuan ini berhasil membangun komitmen antar elemen membentuk jaringan anti komunis.

Hal serupa juga dilakukan dalam rangka membangun jaringan anti Islam. Kemudian membangun kredibilitas semu aktivis-aktivis liberal pro-Barat, demi tercapai tujuan utama memusuhi Islam secara total. Bahkan apabila perlu, sikap tidak setuju atas kebijakan AS sesekali diperlihatkan para aktivisnya seolah-olah independen, padahal hanya tampil pura-pura saja. 
AS dan sekutu sadar, bahwa ia tengah terlibat dalam suatu peperangan total baik fisik (dengan senjata) maupun ide. Ia ingin memenangkan perang dengan cara: “ketika ideologi kaum ekstrimis tercemar di mata penduduk tempat asal ideologi itu dan di mata pendukung pasifnya”.
Ini jelas tujuan dalam rangka menjauhkan Islam dari umatnya. Muaranya adalah membuat orang Islam supaya tak berperilaku lazimnya seorang muslim. 

Pembangunan jaringan muslim moderat ini dilakukan melalui tiga level, yaitu: 
(a) menyokong jaringan-jaringan yang telah ada; 
(b) identifikasi jaringan dan gencar mempromosi kemunculan serta pertumbuhannya; 
(c) memberikan kontribusi untuk membangun situasi dan kondisi bagi berkembangnya sikap toleran dan faham pluralisme. 

Sebagai pelaksana proyek, Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah memiliki mandat dan menunjuk kontraktor pelaksana penyalurkan dana dan berhubungan dengan berbagai LSM, dan para individu di negeri-negeri muslim yaitu National Endowment for Democracy (NED), The International Republican Institute (IRI) The National Democratic Institute (NDI), The Asia Foundation (TAF), dan The Center for Study of Islam and Democracy (CSID).   

Pada fase pertama, membentuk jaringan muslim moderat difokuskan pada organisasi bawah tanah, dan kemudian setelah melalui penilaian AS selaku donatur, ia bisa ditingkatkan menjadi jaringan terbuka.
Adapun kelompok-kelompok yang dijadikan sasaran perekrutan dan anak didik adalah : 
(a) akademisi dan intelektual muslim liberal dan sekuler; 
(b) cendikiawan muda muslim yang moderat; 
(c) kalangan aktivis komunitas; 
(d) koalisi dan kelompok perempuan yang mengkampanye kesetaraan gender; 
(e) penulis dan jurnalis moderat. 

Para pejabat Kedutaan Amerika di negeri-negeri muslim harus memastikan bahwa kelompok ini terlibat, dan sesering mungkin melakukan kunjungan ke Paman Sam
Adapun prioritas pembangunan jaringan untuk muslim moderat ini diletakkan pada sektor: 
(a) Pendidikan Demokrasi. Yaitu dengan mencari pembenaran nash dan sumber-sumber Islam terhadap demokrasi dan segala sistemnya; 
(b) dukungan oleh media massa melakukan liberalisasi pemikiran, kesetaraan gender dan lainnya -- yang merupakan “medan tempur” dalam perang pemikiran melawan Islam; 
(c) Advokasi Kebijakan. Hal ini untuk mencegah agenda politik kelompok Islam. 

AS dan sekutu sadar bahwa ide-ide radikal berasal dari Timur Tengah dan perlu dilakukan “arus balik” yaitu menyebarkan ide dan pemikiran dari para intelektual moderat dan modernis yang telah berhasil dicuci otak dan setuju westernisasi yang bukan berasal dari Timur Tengah, seperti Indonesia dan lainnya. Tulisan dan pemikiran moderat dari kalangan di luar Timur Tengah harus segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kemudian disebarkan di kawasan Timur Tengah. 

Agaknya inilah jawaban, kenapa Indonesia seringkali dijadikan pertemuan para cendikiawan dan intelektual muslim dari berbagai negara yang disponsori AS dan negara Barat lain. Banyak produk baik tulisan maupun film diproduksi “Intelektual Islam Indonesia”, kemudian disebarkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Semua bantuan dana dan dukungan politik ini tujuannya guna memecah-belah umat Islam.
Seperti berkembang banyak LSM memproduk materi-materi dakwah atau fatwa namun isinya justru “menjerumuskan” Islam, termasuk munculnya banyak tokoh liberal sebagai opinion maker di tengah masyarakat, merupakan isyarat bahwa konspirasi menghancur Islam itu ada, nyata dan berada (existance). Yang paling memprihatinkan, justru jurus pecah belah dilakukan menggunakan tangan-tangan (internal) kaum muslim itu sendiri di negara tempat mereka lahir, tumbuh dan dibesarkan, sedang mereka “tak menyadari” telah menjadi penghianat bagi bangsa, negara dan agamanya!

Daftar Bacaan :
http://en.wikipedia.org/wiki/Smith_Richardson_Foundation
http://www.rand.org/
http://www.dni.gov/nic/NIC_globaltrend2020.html
http://arashirin.wordpress.com/2007/12/22/jangan-terjebak-politik-belah-bambuislam-moderat-islam-radikal/
http://www.rand.org/pubs/monographs/MG574.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Douglas_Aircraft_Company
http://www.foreignaffairs.com/articles/60656/gideon-rose/mapping-the-global-future-report-of-the-national-intelligence-co
http://forum.detik.com/showpost.php?p=2819467&postcount=376

Infiltrasi Amerika di Indonesia

http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2012/06/indonesia-tidak-toleransi-siapa-bilang.html#axzz21tCC8mDK

Dosa Fatal Siti Fadilah Supari 
di Mata Duta Besar AS
 
Islam Times- Sekitar 90% — sebagian ahli menyebut angka 96% — obat jadi dan bahan baku obat di Indonesia berasal dari luar negeri. Sementara dari 300 lebih perusahaan farmasi di Indonesia, 29 di antaranya adalah perusahaan farmasi asing. Yang terakhir menguasai 25% pangsa pasar yang diperkirakan mendekati Rp 40 triliun pada 2011.
Dosa Fatal Siti Fadilah Supari di Mata Duta Besar AS

Nama Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari hari-hari ini menghiasai ruang pemberitaan nasional. Pasalnya, mantan Menkes tersebut diketahui dituduh dan telah ditetapkan oleh kepolisian sebagai tersangka terkait dugaan korupsi pengadaan proyek alat kesehatan tahun anggaran 2005. Hal itu terungkap dari kesaksian bekas bawahan dari anggota Dewan Pertimbangan Presiden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut, dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis, 12 April 2012.

Pada Jumat, (13/04/12) mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan akan mengkonfirmasi berita penetapan status tersangka atas dirinya. "Saya akan cek ke Markas Besar Kepolisian kenapa nama saya bisa muncul," katanya pada Kamis, 12 April 2012.

Dia mengatakan rencananya pada hari ini, Jumat, 13 April 2012, akan mengkonfirmasi berita tersebut. "Yang ingin saya cari tahu kasus apa yang sedang ditangani oleh Mabes sehingga nama saya bisa sampai keluar di persidangan," ucapnya. "Cara konfirmasinya seperti apa itu urusan saya, bisa datang langsung ataupun melalui telepon," kata Siti, Tempo.co.

Hanya saja Siti yang sekarang menjabat sebagai Wakil Tim Pertimbangan Presiden enggan berkomentar apa benar dirinya pernah diperiksa oleh Mabes Polri. "Saya tidak mau berkomentar masalah itu," katanya.

Dia hanya mengatakan pernah diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi tujuh kali. "Kesemuanya terkait dengan tudingan penunjukan langsung di Kementerian Kesehatan," ucapnya.

Tapi terlepas dari itu semua, ada hal menarik yang lepas dari sorot media terkait dengan kiprah sosok wanita yang pernah menjadi musuh nomor wahid Kedutaan Besar AS untuk Indonesia ini.

Inilah ceritanya. Sebuah kisah yang menghidupkan kembali dua tahun ketegangan antara Departemen Kesehatan (Fadilah Supari) dan kongsi raksasa farmasi asing. Analisa ini pernah dipublish di Islam Times beberapa bulan lalu.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan The Jakarta Globe, Duta Besar Scot Alan Marciel pernah mengatakan kalau dia kecewa dengan hadirnya aturan yang mengharuskan perusahaan farmasi asing mendirikan pabrik peracikan obat di dalam negeri.

Setidaknya ada 10 perusahaan farmasi Amerika Serikat yang beroperasi di Indonesia saat ini. Termasuk di antaranya Pfizer dan Merck, dua raksasa farmasi di Wall Street sekaligus lumbung uang partai politik di Amerika.

Di Indonesia, mereka memperebutkan pasar farmasi yang angkanya ditaksir US$ 3,9 miliar pada 2011. Angka yang besar untuk kompetitor yang sedikit: kurang dari 100 perusahaan farmasi.

Tahun demi tahun dalam beberapa dekade terakhir, praktis tak ada kendala bagi operasi perusahaan ini di Indonesia. Lewat anak usaha di Indonesia, mereka leluasa mengimpor obat-obatan dari pabrik mereka di Amerika lalu dipasarkan di sini. Sebuah kegiatan bisnis yang menggiurkan. Ladang kerja yang seolah tak berkesudahan untuk publik di Amerika.

Mimpi buruk mereka mulai hadir pada 2008. Ketika Menteri Kesehatan saat itu, Siti Fadilah Supari, mengeluarkan sebuah aturan yang mengharamkan mereka berbisnis dengan cara lama – mengimpor dan berjualan obat impor di Indonesia – sampai mereka mendirikan pabrik peracikan obat di dalam negeri. Tujuan aturan itu mulia, kata Menteri Siti Fadilah: agar terjadi alih teknologi, investasi farmasi meningkat plus membuka lapangan kerja baru di Indonesia.

Menteri Siti kala itu memberi waktu tenggang lima tahun. Jika pendirian pabrik dirasa berat, dia memberi keleluasaan bagi mereka untuk bermitra dengan industri farmasi lokal yang sudah punya pabrik. Dia juga memberi tenggang dua tahun bagi perusahaan farmasi asing untuk memperbaharui izin edar obat impor yang habis masa berlakunya lepas lahirnya aturan baru.

Aturan Menteri Siti itu tak ubahnya lembing yang merobek perut perusahaan farmasi asing. Pendirian pabrik di Indonesia berarti investasi baru, pengeluaran tetap yang besar. Dan transfer teknologi berarti melapangkan kemerdekaan Indonesia dari obat-obat impor.

Sekitar 90% — sebagian ahli menyebut angka 96% — obat jadi dan bahan baku obat di Indonesia berasal dari luar negeri. Sementara dari 300 lebih perusahaan farmasi di Indonesia, 29 di antaranya adalah perusahaan farmasi asing. Yang terakhir menguasai 25% pangsa pasar yang diperkirakan mendekati Rp 40 triliun pada 2011.

“Jika perusahaan farmasi asing itu ingin mendapat izin (berjualan obat impor di Indonesia),” kata Menteri Siti Fadilah ke Dow Jones Newswires saat itu, “mereka harus berinvestasi (mendirikan pabrik peracikan) di sini, dan tak sekadar mengambil untung dari pasar Indonesia. Mereka tak boleh lagi beroperasi layaknya perusahaan kelontong di sini, dengan sebuah kantor ukuran tiga kali tiga meter tapi mendulang keuntungan miliaran rupiah. Itu tak adil.”

India dan China telah menerapkan aturan serupa, kata Menteri Siti Fadilah.

Lewat aturan baru itu, Siti Fadhilah nampaknya ingin meniupkan nafas baru di sektor farmasi. Minimnya investasi termasuk salah satu faktor utama kenapa 98% bahan baku obat-obatan di Indonesia saat ini masih diimpor. Sebuah ironi besar yang menyebabkan harga obat selalu tinggi.

Kongsi perusahaan farmasi asing di Indonesia meradang dengan aturan baru itu. Pabrik baru berarti ongkos baru dan kemungkinan berimbas pada tenaga kerja di Amerika. Pabrik baru berarti transfer teknologi dan suatu saat Indonesia bisa jadi mandiri dalam produksi obat-obatan.

Nada-nada ancaman hengkang dari Indonesia bahkan sempat terdengar kala itu. Sesuatu yang segera ditanggapi oleh Menteri Siti Fadilah. “Kalau mereka mau angkat kaki, silahkan saja. Aturan baru ini akan memberikan perlakuan adil ke perusahaan farmasi yang telah berinvestasi dalam pendirian pabrik peracikan obat di Indonesia.”

Lobi perusahaan farmasi asing tak pernah berhenti sejak keluarnya aturan itu. Bahkan setelah Siti Fadilah terdepak dari kabinet. Tapi hingga November lalu, saat pemerintah semestinya mulai menerapkan aturan tersebut, usaha mereka gagal.

Scot Alan Merciel nampaknya jadi harapan terakhir kongsi farmasi asing itu.

Dalam unek-uneknya di The Jakarta Globe, Marciel cerita kalau penerapan aturan itu bisa “membawa membawa konsekuensi yang tak diinginkan” bagi Indonesia.

“Hukum dan regulasi dirancang dengan ide menciptakan lebih banyak bisnis di sini atau menciptakan lebih banyak lapangan kerja, tapi seringkali aturan yang ada justru membuat investor (asing) angkat kaki,” katanya.

Tak begitu jelas konsekuensi besar yang harus ditanggung Indonesia, selain kaburnya investor asing. Tapi di wawancara yang sama, Marciel sempat menyebut “dampak bantuan Amerika” untuk Indonesia. Dia bilang pemerintahnya telah berkomitmen memberikan hibah US$ 165 juta di sektor pendidikan dan US$ 140 juta untuk “isu-isu lingkungan” ke pemerintah Indonesia.

Hibah itu bukan “investasi atau utang yang harus dikembalikan”, katanya.

Dimana-mana hibah memang tak harus dikembalikan. Tapi jika untuk kelancaran dana hibah itu pemerintah Indonesia harus mengalah pada keinginan perusahaan farmasi asing, bantuan itu sebenarnya setali tiga uang dengan utang luar negeri.

Dan, akhirnya nasib berpihak pada kongsi farmasi asing. Pada 22 Oktober 2009, seiring habisnya masa jabatan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, habis pula ‘cinta’ Presiden Susilo pada Menteri Siti Fadilah. Presiden menunjuk orang baru, Menteri Endang, dan pada yang terakhir lah kongsi farmasi asing mencantolkan harapan. Di situs resminya waktu itu, IPMG mengucap selamat pada Menteri Endang. Mereka menawarkan pujian dan harapan. Mereka ingin menteri baru merevisi aturan-aturan baru kefarmasian di era Menteri Siti Fadilah.

Pada 30 Juni 2010, BPOM mencabut aturan sebelumnya dan memperbolehkan peredaran produk-produk yang mengandung alkohol atau babi. Produsen atau importir bebas memasarkan produk sejenis tanpa perlu izin. BPOM hanya mewajibkan mereka mencantumkan keterangan berupa pernyataan dan gambar pada kemasan jika produk tersebut mengandung alkohol dan babi.

Pada Oktober 2010, sebulan sebelum habisnya tenggat izin edar obat jadi impor, menteri Endang berbicara ke DPR ihwal rencananya merevisi aturan registrasi obat impor. Sekitar sepekan setelahnya, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Alan Marciel, wadul ke sebuah koran di Jakarta dan dia mengkritik kewajiban mendirikan pabrik obat bagi perusahaan farmasi asing di era Menteri Siti.

Pada Januari 2011, “titik temu” yang diharapkan Scot dan raksasa farmasi di belakangnya terdengar di DPR. Menteri Endang bilang perusahaan farmasi asing nantinya boleh mendirikan pabrik obat di Indonesia tanpa harus bermitra dengan perusahaan lokal. Harapan mulia transfer teknologi – dan cita-cita besar kemandiran obat orang sebangsa – yang pernah dirancang Menteri Siti Fadiliah kini kandas di kaki kongsi 29 perusahaan farmasi asing.

Kini, untuk berita terakhir ini, Anda tak perlu jadi profesor untuk bisa memastikan kalau tipis kemungkinan bakal ada pejabat di negara ini, bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekalipun, yang bakal punya nyali untuk sesumbar kalau penyusutan angka kematian ibu dan bayi dalam lima tahun ke depan karena kerja keras mereka semata. Ingin tahu alasannya? Sederhana: yang merancang, menyusun, mengawasi dan mendanai program besar penyelamatan nyawa ibu hamil dan bayi yang baru lahir di Indonesia saat ini adalah USAid, lengan pendanaan pemerintah Amerika Serikat.

Kenapa Amerika? Karena semua perusahaan Farmasi di Indonesia dalam gergasi Amerika dan dengan mudah memainkan harga obat? Kenapa untuk nyawa kaum ibu dan generasi yang baru pemerintah sampai membiarkan pihak asing yang bekerja? Cekak kah kas negara kita?

Usah dijawab semua pernyataan itu sekarang. Sebab di Jakarta, modus operasi yang sama dalam perusahaan Farmasi dan obat-obatan terulang disini. Mesin-mesin propaganda Amerika telah bekerja dalam putaran penuh untuk memastikan ‘kedermawanan’ dan ‘hibah’ mereka, sesuatu yang mereka sebut sebagai ajang “mempromosikan kemakmuran dan meningkatkan pemahaman antara Amerika dan Indonesia”, masuk di ruang-ruang pemberitaan.

Intinya pendek saja: USAid menganggarkan uang “hibah” kesehatan 55 juta dolar Amerika Serikat. Uang itu, katanya, untuk “pengurangan resiko tingkat kematian ibu dan anak yang baru lahir di Indonesia”.

Nama besar hibah lima tahun ini adalah ‘Expanding Maternal and Neonatal Survival’, disebut “Memperluas Kelangsungan Hidup Ibu dan Anak” disingkat EMAS.

USAiD “bermitra dengan Kementerian Kesehatan Indonesia, rumah sakit, dan pusat-pusat kesehatan”, kata pers Jakarta menyalin siaran pers lembaga.

Asisten Menteri Luar Negeri Amerika untuk Urusan Ilmiah, Kelautan dan Lingkungan Internasional, Kerri-Ann Jones, yang datang ke Jakarta saat peluncuran program pada Kamis, 21 Juli 2011, bilang kalau program “hibah” bakal “memastikan ibu dan anak yang baru lahir menerima perawatan yang diperlukan, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat”.

“Langkah ini bagian utama dari Kemitraan Komprehensif Amerika-Indonesia,” katanya merujuk traktak yang digadang-gadang oleh Presiden Susilo sebagai dokumen yang mendudukkan Indonesia ‘setara’ dengan Amerika Serikat.

USAid bilang setiap tahunnya, ada 10.000 orang perempuan yang meninggal di Indonesia akibat komplikasi selama kehamilan dan proses persalinan. Lembaga juga bilang kalau sebagian besar kematian itu dapat dicegah andai rumah sakit atau puskesmas bisa memberi rujukan yang tepat, perawatan yang tepat, cepat dan efektif.

Betulkah begitu? Betulkah kematian ibu hamil di Indonesia karena semata karena kurangnya pengetahuan dan kecakapan dokter dan juru rawat serta minimnya fasilitas di balai kesehatan, termasuk rumah sakit dan Puskesmas? Betulkah demikian? Mengapa harga obat-obatan saban hari terus menerus menyundul langit? Bagaimana dengan sebab lain yang lebih laten semisal kemiskinan yang merontokkan sumsum ibu hamil? Bagaimana dengan korupsi yang membunuh peluang sejahtera orang banyak?

Seperti biasa, tak ada penjelasan yang memuaskan dari siaran pers USAid maupun pemerintah. Pun tak ada penjelasan kenapa statistik suram itu berbuntut program besar yang pelopor, pengawas dan pemodalnya adalah mereka – bukannya oleh pemerintah Indonesia, kalangan pegawai negeri, dari perawat, dokter, menteri hingga presiden, yang tiap bulan makan gaji dan telah disumpah untuk membaktikan jiwa dan raganya demi melayani anak bangsa.

Dalam sebuah dokumen di internet, USAid bilang program hibah kesehatan ini menyasar dua tujuan: 

(1) penyediaan fasilitas perawatan kehamilan dan neonatal emergency dan komplikasi kehamilan yang berkualitas, dan 
(2) meningkatkan ketepatan dan kejituan dalam sistem perujukan pasien di tingkat Puskesmas. Kata dokumen, pencapaian dua tujuan itu bakal bertumpu pada apa yang USAid sebut sebagai good governance, tata kerja yang rapih, apik dan terbuka, pada rumah sakit dan puskesmas yang menjadi target dana hibah (rencananya di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara).

Bagaimana menghadirkan good governance di tingkat puskesmas dan rumah sakit? USAid punya solusi. Katanya, khusus dalam program ini, mereka bakal banyak menggunakan “teknologi-teknologi maju di bidang komputer, telepon dan jejaring sosial”.

Masih sulit membayangkan wujud “hibah” setengah triliun Amerika ini. Tapi satu hal yang jelas: pemerintah Amerika Serikat, dengan sedikit dolar dan tenaga -setelah menguasai pangsa pasar obat-obatan dan mengontrol pasaran kemudian perusahaan-perusahaan farmasi- sebenarnya sedang menyusun cetak biru sistem pelayanan kesehatan rakyat Indonesia dan pemerintah kita membukakan jalan untuk semua langkah itu. Ironis dan tragis! Lalu apa yang ‘masih’ diharapkan rakyat dari pemerintah?

Dan selamat buat Bu Endang Sedyaningsih. [Islam Times/on/]

Beberapa dokumen PENTING:
-- http://www.4shared.com/document/fe9M_uKi/fileA110920100423164213.html
-- http://www.4shared.com/document/f1NoFtUW/HK00051233516.html
-- http://www.4shared.com/document/q46-qu68/KMK_No_410_ttg_Perubahan_KMK_N.html
-- http://www.4shared.com/document/ypWULvgs/permenkes-949-2000-ttg-registr.html
-- http://www.4shared.com/document/Z8Xcbwlz/PMK_1120-Rev_KMK_1010.html
-- http://www.4shared.com/document/pM0wRwGJ/PMK_No_1010_ttg_Registrasi_Oba.html
-- http://www.4shared.com/document/RfrkZnTv/PMK_No_1120_ttg_Perubahan_Atas.html
-- http://www.4shared.com/document/s36HpeJ8/PP_No_51_Th_2009_ttg_Pekerjaan.html
-- http://www.4shared.com/document/nhVFtHIn/registrasi_obat.html
-- http://www.4shared.com/document/kuiTN7LY/regulasi_telekomunikasi_pp_per.html

..

1 komentar:

  1. saya yang awam berterimakasih dengan ulasan itu... yg tentu maksudnya utuk tujuan baik...yakni harus berhati-hati...dg adanya upaya2..bangsa asing atau faham yang memecah belah umat....
    Semoga kita ummat Islam bisa saling bersilaturahim dan saling belajar ilmulhaq...yakni ilmulQurán dan Sunnaturassulullah saw secara utuh, komprehensif dan kaffah serta istiqomah...berjihad dan memperkuat persatuan ummat Islam seutuhnya...
    Memang disayangkan disaat ummat Islam banyak yang di-obok2 oleh berbagai kekuatan yg bersumber dari itu2 juga...dan diadu domba..bahkan seakan disteer oleh grand design program Barat+zionis... Banyak korban kezholiman ini dan berlaku bertahun-tahun tanpa ada kesadaran untuk saling memperbaiki..untuk kemenangan dan kejayaan Islam..
    Menjadi pemikiran yg tak masuk akal.. Mengapa Palestina semakin ditindas oleh Israel+AS+Sekutu..?? Mengapa Iraq diinvasi AS+Sekutu?? Mengapa Afghanistan..diinvasi AS +Sekutu+Negara2Teluk?
    Juga Mengapa Ghadafy harus diinvasi+ alqaida+Barat+ Negara Liga Arab? Mengapa Syria -Libanon di-obok2 + alqaeda+Barat+Negara Teluk? Mengapa Iran diancam2 oleh AS+Israel+Negara Teluk?..Ada apa ini..??...Ini menjadi tanda tanya...besar.. Mengapa semua negara muslim menjadi sasaran mereka2 Barat+Negara2 kaya Teluk?? ada konspirasi apa??
    Ada permainan politik dan gerakan apa..?? Lalu agama dan mazhab di-obok2..??? Mengapa Siti Fadhilah Supari dijadikan sasaran kemarahan AS ?? Mengapa SBY-Budiyono manut-nut bongkok2an.. kpd AS..??...Sungguh mengherankan.. Saya awam yang merindukan Islam dan Ummat yang menyatu dengan keragaman mazhab..yang shoheh.. Semoga..Islam dan Umat Islam semakin bijaksana.. kuat dan maju...aamiin

    BalasHapus