Jumat, 13 April 2012

Kunjungan Ulama Sunni Iran ke MUI...???!!.. >>> Apakah Benar ini....??? Semoga ... benar dan maslahat .....>>> meningkatnya pemberitaan negatif tentang Iran yang semua sumbernya adalah fitnah dan dusta akan sangat membahayakan bagi keharmonisan Muslim Indonesia yang terkenal sangat santun dan toleran karena diperkirakan tidak kurang 3 juta pemeluk mazhab Syi’ah di Indonesia. Barat dan Zionis sangat berkepentingan dalam mengusai negeri-negeri Muslim dan mereka hanya punya satu cara untuk melemahkan Islam yaitu dengan menciptakan konflik antara mazhab. Iran sebagai negeri Muslim yang mandiri dan maju dalam segala bidang tak kan pernah tunduk dengan kekuatan asing manapun dan satu-satunya cara agar Iran diisolasi dari negara-negara Islam dengan menyudutkan Syi’ah….menyudutkan mazhab dan memproduksi fitnah dan adu-domba telah mereka lakukan melalui tangan-tangan sebagian kaum muslimin yang fanatik yaitu kelompok takfir lintas mazhab....>>> ...Syeikh al-Jabri yang merupakan salah satu ulama Sunni dan menjabat sebagai Wakil Ketua Front Amal Islam Lebanon, dalam Konferensi Persatuan Islam ke-25 di Tehran mengatakan bahwa musuh-musuh Islam sedang menghancurkan persatuan umat Islam. Dikatakannya, “Amerika Serikat, rezim Zionis Israel, negara-negara Barat, dan sejumlah penguasa Arab, tidak mempedulikan persatuan umat Islam dan mereka menilai perbedaan fiqih antara Sunni dan Syiah itu tidak ada nilainya.” Menurutnya, kekhawatiran utama negara-negara tersebut adalah politik Republik Islam Iran yang mengikuti jejak Islam hakiki untuk persatuan dan stabilitas umat Islam. Barat sangat mengkhawatirkan bangsa-bangsa Islam. ...>>> ..“Negara-negara yang dulunya berpihak kepada rezim Saddam dalam menyerang Iran. Mereka melepaskan dukungan terhadap Saddam karena instruksi Amerika Serikat agar Washington dapat menyerang Baghdad. Kini negara-negara itu pula yang mendukung Amerika dan Barat melancarkan serangan militer ke Iran. (IRIB Indonesia/MZ)..>>

Jakarta, 20 Februari 2012
Kunjungan Imam Besar Sunni Iran Maulana Maulawi Madani ke kantor MUI Pusat Jl. Proklamasi, Jakarta, Senin(20/2/2012) adalah sebuah kehormatan dan sudah sepantasnya diapresiasi dimana posisi Indonesia sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar dunia menjadi sangat strategis dalam perkembangan Islam dan diharapkan bisa menjadi teladan bagi sebuah toleransi dalam keberagaman Agama dan Mazhab.

Kedatangan Grand Imam Sunni yang diutus pemerintah Iran ini, untuk menyampaikan keadaan Ahlus sunnah di Iran yang menurut mereka tidak seperti yang bayangkan selama ini. Dia menyatakan bahwa di Iran terdapat masjid Sunni, sekolah, dan sebagainya.
Dengan meningkatnya pemberitaan negatif tentang Iran yang semua sumbernya adalah fitnah dan dusta akan sangat membahayakan bagi keharmonisan Muslim Indonesia yang terkenal sangat santun dan toleran karena diperkirakan tidak kurang 3 juta pemeluk mazhab Syi’ah di Indonesia. Barat dan Zionis sangat berkepentingan dalam mengusai negeri-negeri Muslim dan mereka hanya punya satu cara untuk melemahkan Islam yaitu dengan menciptakan konflik antara mazhab. Iran sebagai negeri Muslim yang mandiri dan maju dalam segala bidang tak kan pernah tunduk dengan kekuatan asing manapun dan satu-satunya cara agar Iran diisolasi dari negara-negara Islam dengan menyudutkan Syi’ah….menyudutkan mazhab dan memproduksi fitnah dan adu-domba telah mereka lakukan melalui tangan-tangan sebagian kaum muslimin yang fanatik yaitu kelompok takfir lintas mazhab.
Bahkan dalam sambutannya pada Konfrensi Kebangkitan Islam Sepetember 2011 di Tehran Ayatullah Sayid Ali Khamne’i memperingatkan negara-negara yang telah berhasil menumbangkan penguasa despotik -yang didukung Barat- untuk tidak pernah percaya pada AS dan sekutu Eropanya dengan keterlibatan urusan pasca-revolusioner mereka.
“Jangan pernah percaya AS, NATO, dan rezim kriminal seperti Inggris, Prancis dan Italia yang telah menjarah negara Anda untuk waktu lama. Curigai mereka dan jangan pernah percaya senyum mereka, “kata pemimpin.
Selama ini dikatakan tak ada Mesjid Sunni di Iran dan media anti Syi’ah dan anti Persatuan gencar memberitakannya tetapi coba kita lihat faktanya, Tidak Ada Satupun Mesjid Ahlus Sunnah di Iran, Benarkah?
Berita yang tendensius dan berbau propaganda negatif bagi persatuan Sunni-Syiah ini, oleh pihak Wahabi diterima secara antusias dengan menyebarkan desas-desus fitnah, bahwa pemerintah Iran yang mayoritas Syiah melarang dan menghalang-halangi dakwah Ahlus Sunnah di negara tersebut, dan Ahlus Sunnah mengalami perlakuan tidak adil dari pemerintah Iran, sementara Yahudi dan Nashrani bahkan Majusi di negara tersebut mendapat perlindungan dan hak-haknya.
Ini ada kedustaan belaka, sebab pihak Ahlus Sunnah juga mendapat perwakilan di Parlemen. Di kawasan yang mayoritas Sunni, mereka mendirikan masjid dan mendapat izin untuk melakukan ritual-ritual mazhab mereka secara terbuka dan bebas.
Di Iran sendiri, terdapat 9 buah mesjid yang dikelola khusus oleh jama’ah Ahlus Sunnah. Meski demikian karena jumlah mereka yang minoritas dan tersebar sehingga masjid-masjid tersebut kadang sepi dari jam’ah bahkan tidak melangsungkan shalat berjam’ah sama sekali. Namun, masjid-masjid tersebut menjadi sangat ramai di bulan Ramadhan, dan pengikut Ahlus Sunnah menjadikannya sebagai tempat shalat tarawih berjama’ah.
Berikut daftar nama-nama mesjid yang didirikan jama’ah Ahlus Sunnah di Iran,
1. Masjid Sodiqiyah, Falake 2 Sodiqiyah.
2. Masjid Tehran Fars, jalan Delavaran
3. Masjid Syahr Quds, KM 20 jalan Qadim
4. Masjid Khalij Fars, Bozorkroh Fath
5. Masjid an-Nabi, Syahrak Donesh
6. Masjid Haftjub, jalan Mullarad
7. Masjid Vahidiyeh, Syahriyar
8. Masjid Nasim Syahr, Akbarabad
9. Masjid Reza Abad, Simpang 3 jalan Syahriyar
Dalam Silaturahmi Imam Besar Ahlussunnah Iran di MUI dihadiri banyak tokoh dan kalangan. Acara yang berlangsung tepat pukul 1 siang ini menghadirkan sejumlah ulama dan tokoh seperti Prof. Ahmad Satori Ismail, KH. Tengku Zulkarnaen, KH. Hamdan Rasyid, KH. Syaifuddin Amsir, Ustadz Muhammad Al Khathatath, dan lain sebagainya. Tak ketinggalan juga beberapa nama dari kelompok Syiah hadir dan yang menarik perhatian adalah Ustadz Farid Ahmad Okbah yang katanya ahli Syi’ah dan akftif menyebarkan fitnah dan adu-domba bahwa Syi’ah itu sesat dan Kafir angkat bicara. Pernyataan Grand Imam Sunni Iran bahwa kondisi Ahlus Sunnah di Negara Syiah tersebut dalam kondisi baik, mendapatkan respon dari pemerhati masalah Syiah, Ustadz Farid Ahmad Okbah M.Ag. Ustadz Farid menilai bahwa kita harus mengecek kembali pernyataan Syekh Maulana Malawi Madani. Menurutnya pernyataan beliau belum objektif karena posisi beliau adalah utusan pemerintah Iran. Sudah lazim tokoh-tokoh kelompok takfir selalu memutar-balikan fakta jangan-jangan yang di maksud Ahlussunnah oleh Ustadz Farid adalah kelompok wahabi tetapi dalam pernyataannya selalu menisbatkan kepada Ahlussunnah mainstream.
“Kita perlu konfirmasi ulang tentang kondisi ahlus sunnah di Iran, dari sumber lain supaya objektif,” katanya kepada sejumlah wartawan di Gedung MUI.

Ketika diskusi sedang berlangsung, Ustadz Farid pun sempat menunjukkan data-data kepada Imam Maulawi buku seorang ulama Syi’ah Iran yang menjadi sunni dan mengalami penindasan di sana.
“Salah satu ulama Syi’ah yang masuk menjadi sunni dan mendapat tekanan, yaitu Ayatullah Udzma Burqu’i setingkat Imam Khomeini,” tandasnya memberikan sejumlah data. Tahukah Ustadz Farid bahwa yang namanya Ayatullah Bur’qui dan Sayid Husein Musawi penulis buku mengapa saya keluar dari syi’ah itu adalah tokoh fiktif dan bukunya yang penuh kebohongan? dimana tahun kejadian di dalam buku itu penuh kontradikisi? Tahukah Ustadz Farid bahwa bantahan buku itu telah terbit dengan judul “Demi Allah Junjunglah Kebenaran”?. 

Jangankan Sunnah dan Syi’ah Al-Irsyad-pun pernah di adu-domba oleh Farid Ahmad Okbah. Sampai detik ini Farid Ahmad Okbah tak pernah berani berdiskusi dengan Ulama Syi’ah dengan ilmu dan akhlaq tetapi keberaniannya hanya dibelakang dengan menyebarkan fitnah dan adu-domba diantara kaum Muslimin.

Syekh Maulana Maulawi Madani, Grand Imam Sunni di Iran datang ke Indonesia atas fasilitasi Kedubes Iran di Indonesia. Ia datang dengan didampingi Muhammad Hasan Tarrabain, Ketua Lembaga Dunia Pendekatan Antar Mazhab. Mengingat gerakan kelompok takfir di Indonesia sangat gigih melakukan kemungkaran atas nama mazhab dimana anarkhisme telah berulang terjadi menimpa kaum Muslim Syi’ah di Indonesia dan yang terbaru adalah peristiwa penyerangan dan pembakaran komplek Pesantren Syi’ah di Sampang Madura 29 Dsesember 2011. Berkenaan dalam peristiwa itu Ketua MUI Sampah Kyai Bukhori Maksum mengeluarkan Fatwa bahwa Syi’ah adalah ajaran sesat dan dibantah oleh banyak kalangan bahwa fatwa itu berbahaya dan tak bertanggung-jawab karena akan menyulut konflik yang lebih besar. Pernyataan MUI Sampang dibantah langsung oleh Ketu MUI Pusat Prof.Umar Shihab bahwa Sunnah dan Syi’ah adalah dua mazhab yang besar dan sah di dalam Islam dan pernyataan ini mendapat respon keras dari al-Bayyinat dan kelompok takfir lainnya dan meminta Pemerintah melalui institusi MUI mengeluarkan Fatwa tentang kesesatan Syi’ah untuk sementara ini MUI tengah melakukan kajian apakah mazhab Syi’ah itu sesat dan kafir atau masih tetap dalam koridor Islam.
Provokator Konflik Sunnah dan Syi’ah itu adalah Wahabi dan Zionis tetapi mamakai tangan-tangan para Ulama Su’ seperti Al-Bayyinat, kelompok takfir lintas mazhab, dan Kyai-Kyai kampung yang tak luas ilmunya, Di Mesir Ahlussunah pengikut mazhab Syafi’i hidup rukun dengan Muslim Syi’ah bahkan Mufti Mesir Syaikh Ali Jum’ah mengatakan Sejarah Mesir adalah sejarah damai antara Sunnah dan Syi’ah, di Iraq ratusan tahun Sunnah dan Syi’ah hidup damai tetapi setelah kelompok salafi wahabi aktif memprovokasi dan adu-domba umat maka konflik sektarian menjadi ajang baru perang saudara, begitupula di Indonesia sebelum ada al-Bayyinat dan Salafi Wahabi Sunnah-Syi’ah dalam suasana damai dan persaudaraan yg indah. Semangat dan Jiwa takfir yang di adopsi sebagian kaum muslimin yang ditularkan kaum wahabi menjadikan Islam berwajah muram karena kebodohan tokoh-tokohnya yang mudah terpedaya dengan dunia.
Pergesekan Sunnah dan Syi’ah terjadi bukan karena Syi’ah hadir di Indonesia, Syi’ah bukanlah penyebab tetapi malah sebagai akibat dan korbannya…kekerasan dan konflik terjadi disebabkan karena ketidakmampuan suatu kelompok menerima sebuah keyakinan/mazhab yang berbeda dan ketidakmampuan menerima sikap kritis, obyektif dan ilmiyah yang dianggap akan merugikan kepentingan mereka, dianggap merongrong kemapanan mereka yang selama ini telah mereka nikmati.
Mereka yang memusuhi, menyesatkan, dan mengkafirkan Syi’ah hanya dua kelompok : 1.Kelompok pertama adalah karena jahil (mendapat informasi yang tak berimbang dari sumber-sumber fitnah dan dusta dari para pembenci Syi’ah)dan 2.Kelompok kedua adalah karena Hubbud Dunya dan yang kedua ini agak berat pengobatannya karena masalah materi dan penyakit hati.
Kalau kelompok yang pertama dengan dialog dengan ilmu dan akhlaq InsyaAllah akan tumbuh saling pengertian dan kasih sayang tetapi kalau dengan kelompok yang kedua kita hanya bisa berdoa Billahi taufiq wal hidayah …
Syekh Ahmad Deedat, Kristolog masyhur yang juga seorang ulama Ahlussunnah pernah menyatakan:
“Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. M…ereka berteriak “Tidak ada suni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah belah. Bisakah Anda membayangkan, kita suni adalah 90% dari muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan”.
Saudaraku semua! Musuh-musuh kita tidak membedakan Sunni dan Syiah. Mereka hanya mau menghancurkan Islam sebagai sebuah ideologi dunia. Oleh karena itu, segala kerja sama dan langkah demi menciptakan perbedaan dan pertentangan antara muslimin dengan tema Syiah dan Sunni berarti bekerja sama dengan kufr dan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Berdasarkan hal ini, fatwa Imam Khomeini adalah Pertentangan adalah haram dan pertentangan harus dihapuskan.
Semoga Ukhuwah Islamiyah tetap dan terus terjalin………
Syeikh al-Jabri (Ulama Ahlussunnah): Iran Mengikut Jalur Islam Sejati
Wakil Ketua Front Amal Islam Lebanon, Syeikh Abdul Naser al-Jabri, menyatakan bahwa Republik Islam Iran berjalan mengikuti jalur Islam yang sejati.

Rasa News (9/2) melaporkan,Syeikh al-Jabri yang merupakan salah satu ulama Sunni dan menjabat sebagai Wakil Ketua Front Amal Islam Lebanon, dalam Konferensi Persatuan Islam ke-25 di Tehran mengatakan bahwa musuh-musuh Islam sedang menghancurkan persatuan umat Islam. Dikatakannya, “Amerika Serikat, rezim Zionis Israel, negara-negara Barat, dan sejumlah penguasa Arab, tidak mempedulikan persatuan umat Islam dan mereka menilai perbedaan fiqih antara Sunni dan Syiah itu tidak ada nilainya.”
Menurutnya, kekhawatiran utama negara-negara tersebut adalah politik Republik Islam Iran yang mengikuti jejak Islam hakiki untuk persatuan dan stabilitas umat Islam. Barat sangat mengkhawatirkan bangsa-bangsa Islam.

Syeikh al-Jabri mengkritik keras serangan media terhadap pemerintah Suriah dan menjelaskan bahwa Amerika, Israel, dan sekutu-sekutu mereka, menyerang habis-habisan kawasan ini dan berbeda dengan sebelumnya, serangan mereka kali ini dilakukan secara frontal dan terbuka. Mereka ingin Suriah berubah menjadi medan tempur dan bahkan mereka melangkah lebih jauh dengan merencanakan serangan ke Iran.

Ulama Sunni ini juga mengkritik kebijakan sejumlah negara Arab terhadap Republik Islam Iran. Dijelaskannya, “Negara-negara yang dulunya berpihak kepada rezim Saddam dalam menyerang Iran. Mereka melepaskan dukungan terhadap Saddam karena instruksi Amerika Serikat agar Washington dapat menyerang Baghdad. Kini negara-negara itu pula yang mendukung Amerika dan Barat melancarkan serangan militer ke Iran. (IRIB Indonesia/MZ)
http://indonesian.irib.ir/momentum/-/asset_publisher/hm7C/content/syeikh-al-jabri-iran-mengikut-jalur-islam-sejati
“Persatuan Islam Bukan Berarti Semua Mazhab Harus Melebur Jadi Satu”
Ulama Sunni terkemuka Iran, Syeikh Mamusta Iqbal Bahmani, Imam Jumat Muchesh menyatakan, persatuan Islam akan mengokohkan kekuatan peradaban Islam dan para politisi negara-negara Islam harus beruapya untuk menghidupkan kembali kebebasan berpendapat, kemuliaan, dan kekuatan umat Islam.

Mehr News (1/12) melaporkan, Bahmani mengatakan, “Umat Islam harus mengutamakan sisi kolektif dan meredupkan segala perbedaan. Umat Islam harus bersatu menghadapi musuh. Persatuan itu tidak berarti seluruh mazhab harus melebur menjadi satu melainkan masing-masing mazhab harus saling menghormati dan tidak saling menistakan.”
Terkait penilaian musuh bahwa Imam Ali as adalah sumber dari seluruh friksi dalam umat Islam, Syeikh Bahmani mengatakan, “Sahabat Rasulullah Saw yang pertama kali beriman dan menjadi prosos seluruh mazhab Islam adalah Ali as. Musuh bukan hanya tidak meyakini Ali as, melainkan mereka juga tidak menerima Abu Bakar, Umar, Utsman, dan bahkan Rasulullah. Mereka hanya menggunakan tokoh-tokoh Islam itu untuk memecah belah umat Islam.”
Bahmani mengatakan, “Tidak ada ulama Sunni dalam kitab-kitab maupun khotbahnya yang menistakan keyakinan Syiah dan bahwa penistaan terhadap mazhab manapun pada hakikatnya telah keluar dari agama.”
Lebih lanjut dijelaskannya, “Syeikh kita, yakni Mamusta Syeikhul Islam, telah gugur syahid demi persatuan antara Syiah dan Sunni. Dan harus dikatakan bahwa para ulama Sunni telah melaksanakan tugasnya dengan baik untuk memperluas persatuan antara Syiah dan Sunni.” (IRIB Indonesia)
http://indonesian.irib.ir/islamologi1/-/asset_publisher/iHM3/content/persatuan-islam-bukan-berarti-semua-mazhab-harus-melebur-jadi-satu
Mendukung Pemerintahan Iran, Imam Shalat Jum’at Sunni Dibunuh
Kelompok anti revolusi di Iran bertekad melakukan aksi teror kepada tokoh-tokoh Sunni yang mendukung revolusi Islam Iran. Imam Jum’at Sunni dibunuh setelah menyampaikan ceramah dukungannnya terhadap revolusi Islam Iran dan menganggap bahwa mengkritik Al Sa’ud dan Al Khalifah adalah kewajiban para ulama Ahlusunnah di Iran.

Mendukung Pemerintahan Iran, Imam Shalat JumMenurut Kantor Berita ABNA, Mawlavi Jhanggi Zahi terbunuh dalam sebuah aksi teror oleh kelompok anti revolusi di kota Rasak, bagian selatan Sistan dan Balucistan sore Jum’at (18/1) lalu. Pelaku dengan mengendarai sepeda motor bersama pemboncengnya melepaskan tembakan yang diarahkan ke imam Sunni tersebut.

Mawlavi Jhanggi Zahi sebelum ini menyatakan dukungannya atas hukuman gantung sampai mati terhadap pimpinan kelompok teroris selatan Iran dalam sebuah wawancara saluran Sidaye Sima. Setelah itu beliau menerima ancaman bunuh dari anggota kelompok teroris Rigi.

‘Abdul Rauf Rigi, saudara Abdul malik Rigi yang merupakan penasehat dan pendiri kelompk teroris Wahabi tersebut berkali-kali telah menyampaikan secara terbuka darah Mawlavi Jhanggi Zahi ini halal untuk tumpahkan karena dukungannya terhadap orang-orang kafir Syiah.
Setahun yang lalu beberapa anggota kelompok teroris tersebut (yang digelari oleh wara setempat Laskar Syaitan) melakukan penyerangan ke dalam rumah Mawlavi Jhanggi Zahi dan sempat menyandera anak-anak dan isteri beliau. Namun percobaan pembunuhan agamawan Sunni tersebut gagal.
Mawlavi Mustafa Jhanggi Zahi adalah imam shalat Ahlusunnah kota Rasak, selatan Sistan dan Balucistan telah ditembak mati oleh dua pengendara motor ketika dalam perjalanan pulang ke rumahnya setelah menunaikan shalat Jum’at.

Mawlavi Jhanggi Zahi mengakui sudah beberapa kali menerima ancaman bunuh dari kelompk-kelompok Wahabi supaya keluar dari wilayah Sistan dan Balucistan. Namun beliau menganggap mati syahid di jalan revolusi Islam adalah sebuah kebanggaan buat dirinya. Beliau juga tidak segan-segan membongkar kesesatan firqah Wahabi dan siapa saja dalang dibalik aksi-aksi teror di wilayah Sistan dan Balucistan yang berupaya merusak persatuan Sunni-Syiah di wilayah tersebut.
Sebelum ini anak lelaki beliau pernah diculik oleh teroris Wahabi, namun beliau masih tetap mempertahankan dukungannya terhadap revolusi Islam.
Ucapan-ucapan Mawlavi Jhanggi Zahi tidak hanya dalam membongkar kedok wahabi dan kelompok teroris Rigi, malah sepanjang setahun yang lalu beliau menganggap bahwa mengkritik Al Sa’ud dan Al Khalifah adalah kewajiban para ulama Ahlusunnah di Iran.

Pihak musuh sekarang ini mulai mengambil langkah membunuh pendukung-pendukung sistem Republik Islam Iran. Kelompok-kelompok anti revolusi di seluruh Iran mulai putus asa karena segala upayanya termasuk aksi pembunuhan tidak membuahkan hasil apapun, bahkan semakin memperat persatuan dan kesatuan rakyat Iran di bawah pimpinan Wilayatul Faqih. Kelompok anti revolusi baru-baru ini juga berhasil membunuh pakar nuklir Iran di Teheran dan dua anggota kesatuan militer di Kharram Abad.
http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=292166
Sunni dan Syiah Semuanya Pecinta Ahlul Bait
Minggu, 2012 Maret 04 23:59

Mufti Tripoli Lebanon, Malik al-Syi’ar, dalam pidatonya pada peringatan Pekan Imam Husein (as) di Beirut mengatakan, “Dialog Syiah-Sunnah harus sedemikian aktif hingga berujung pada kesepahaman.”

Fars News (4/3) melaporkan, al-Syi’ar mengatakan, “Masa depan umat islam tidak akan terealisasi kecuali dengan persatuan Syiah dan Sunni.”
Ia mengimbau semua pihak untuk mengaktifkan dialog Syiah dan Sunni dan mengatakan, “Dialog harus dilakukan di berbagai tingkat, baik di kalangan ulama, pejabat, maupun masyarakat.”
Al-Syi’ar juga menegaskan bahwa Ahlussunnah tidak boleh disalahkan atas mengalirnya darah Imam Husein as dan menandaskan, “Harus terjadi sebuah gerakan islami yang akan mengesampingkan sejarah yang menyebabkan perpecahan. Menurutnya, semua umat Islam adalah pecinta Muhammad Saw dan Ahlul Bait as. (IRIB Indonesia/MZ)
http://indonesian.irib.ir/hidden-2/-/asset_publisher/yzR7/content/sunni-dan-syiah-semuanya-pecinta-ahlul-bait?redirect=http%3A%2F%2Findonesian.irib.ir%2Fhidden-2%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_yzR7%26p_p_lifecycle%3D0%26p_p_state%3Dnormal%26p_p_mode%3Dview%26p_p_col_id%3Dcolumn-2%26p_p_col_count%3D1
Persatuan, Kunci Kemuliaan Dunia Islam
Bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad Saw, Iran menggelar Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-25. Pertemuan yang dibuka hari Rabu (8/2) di Tehran itu digelar oleh Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam (FIPMI).

Sekjen FIMPI, Ayatullah Muhammad Ali Taskhiri dalam pidato pembukaan konferensi menjelaskan peran persatuan dan solidaritas umat Islam serta kebangkitan Islam.Taskhiri menilai gelombang kebangkitan Islam di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara bertentangan dengan kepentingan busuk Amerika Serikat.
Konferensi yang berlangsung tiga hari itu mengundang para intelektual dan tokoh-tokoh dari Iran dan lebih dari 50 negara di dunia. Mereka datang untuk menyampaikan pandangan mereka masing-masing mengenai masalah persatuan Islam dari kacamata fiqih, teologi, tafsir dan disiplin ilmu lainnya, serta berbagai masalah yang menimpa umat Islam.

Terkait hal ini, Iran sebagai tuan rumah mendukung terwujudnya sarana untuk mengokohkan persatuan Islam dengan dasar pijakan kolektif sebagai umat Islam.

Tehran menilai persatuan Islam sebagai potensi besar untuk menghadapi adi daya arogan yang menguasai dunia. Selama ini kekuatan hegemonik Barat menjarah sumber daya alam negara-negara dunia yang sebagian besar milik bangsa-bangsa muslim. Konflik dan kekacauan yang menimpa dunia Islam dewasa ini akibat lemahnya persatuan umat Islam.
Kini kebangkitan Islam yang disuarakan rakyat di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara berhasil menggulingkan rezim despotik yang menjadi boneka Barat di kawasan.
Besarnya dukungan rakyat terhadap Islam yang dibuktikan dalam pemilu demokratis di Tunisia dan Mesir menunjukkan bahwa perlawanan yang mereka lakukan tidak bisa dilepaskan dari motif agama yang mereka peluk.
Rakyat Timur Tengah dan Afrika Utara menyadari bahwa kebangkitan Islam saat ini adalah kekuatan besar yang bisa mengembalikan kewibawaan bangsa dan negaranya.
Mereka juga meyakini bahwa kebangkitan umat Islam merupakan kunci utama penyelesaian masalah yang menimpa dunia Islam yang selama ini berada dalam cengkeraman hegemoni Barat.
Dengan persatuan, dunia Islam mampu mewujudkan cita-cita besar kolektif demi perdamaian dan kesejahteraan dunia.(IRIB Indonesia/PH)
http://indonesian.irib.ir/fokus/-/asset_publisher/v5Xe/content/persatuan-kunci-kemuliaan-dunia-islam
Konferensi Persatuan Islam Dimulai di Tehran
Rabu, 2012 Februari 08 10:33

Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-25 dibuka hari ini (Rabu,8/2) di Tehran dengan menghadirkan pemikir dan intelektual dari 50 negara dunia. Pertemuan tahunan ini digelar oleh Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam (FIPMI).

Sekjen FIMPI, Ayatullah Muhammad Ali Taskhiri dalam pidato pembukaan konferensi itu, menjelaskan peran persatuan dan solidaritas umat Islam serta kebangkitan Islam. Dikatakannya, gelombang kebangkitan Islam dan Timur Tengah baru lahir dengan tekad bangsa Muslim di kawasan. Hal ini bertentangan dengan keinginan Amerika Serikat.
Pada kesempatan itu, Ayatullah Taskhiri menginformasikan bahwa FIMPI akan membantu usaha-usaha untuk membentuk forum-forum pendekatan antar-mazhab Islam di seluruh penjuru dunia.
Pertemuan itu mengundang para intelektual dan tokoh-tokoh dari Iran dan lebih dari 50 negara di dunia. Selain pejabat Iran, delegasi dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Rusia, Irak, Lebanon, Arab Saudi, Inggris, Amerika Serikat, Australia, Denmark, Tunisia, Qatar, Cina, Yaman dan Mesir mengambil bagian dalam konferensi tersebut.
Konferensi kali ini akan membahas isu-isu dunia Islam dalam dua sesi, yaitu “Evaluasi Kinerja Dua Dekade FIMPI” dan “Kebangkitan Islam.”
Isu lain yang akan didiskusikan antara lain, peran revolusi Islam bagi penyebaran kebangkitan Islam, realisasi pengetahuan politik yang sesuai dengan masyarakat Muslim, penyebaran budaya pendekatan dan persatuan Muslim, dukungan terhadap perlawanan Islam serta penjelasan tentang program bagi masyarakat Islam dalam semua aspek kehidupan. (IRIB Indonesia/RM/MF)http://indonesian.irib.ir/budaya/-/asset_publisher/g5LA/content/konferensi-persatuan-islam-dimulai-di-tehran

Pidato Ayatullah Taskhiri Pada Pembukaan Konferensi Persatuan Islam

Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-25 dibuka pada Rabu (8/2) di Tehran dengan menghadirkan pemikir dan intelektual dari 50 negara dunia. Pertemuan tahunan ini digelar oleh Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam (FIPMI).
Taqrib News Agency (TNA) melaporkan, Sekjen FIPMI Ayatullah Muhammad Ali Taskhiri pada pidato pembukaan, menyampaikan ucapan selamat datang kepada para tamu dan undangan, serta mengucapkan selamat atas hari kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Imam Jakfar Shadiq as. Dikatakannya, konferensi kali ini dimulai di tengah gelombang kebangkitan Islam yang menyapu dunia Islam.
“Dunia Islam telah melakukan lompatan besar di jalan tujuan-tujuan Islam dan kebangkitan Islam telah mengakhiri kekuasaan para diktator di Tunisia, Mesir, dan Libya,” ujarnya.
Ayatullah Taskhiri menegaskan bahwa kebangkitan Islam telah mengubah tidur musuh-musuh Islam menjadi mimpi buruk yang menakutkan. Menurutnya, fenomena itu bertujuan untuk menindaklanjuti cita-cita luhur revolusi Islam yang dicetuskan oleh Imam Khomeini ra dalam surat wasiat politiknya.
“Imam Khomeini ra berharap suatu hari kemuliaan dan kedigdayaan Muslim akan berada di bawah panji persatuan dan dunia Islam dari timur Asia hingga utara dan barat Afrika akan mencapai persatuan dan solidaritas,” tambah ulama senior ini.
Pada bagian lain pidatonya, Ayatullah Taskhiri menyinggung tema konferensi tahunan itu dan rencananya kinerja 20 tahun FIPMI akan dibahas dan dievaluasi selama pertemuan. Dia mengingatkan bahwa FIMPI dibentuk 20 tahun lalu atas perintah Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Dijelaskannya, forum ini merupakan kelanjutan dari misi para tokoh pemersatu umat yang telah menanamkan benih-benih persatuan mulai dari tanah Mesir hingga ke seluruh dunia Islam.
“FIMPI dengan berbekal landasan itu, mengejar tujuan-tujuan besar yang diadopsi dari kitab suci al-Quran, sunnah Rasul Saw, Ahlul Bait as, dan para sahabat Nabi Saw,” tegasnya.
Seraya menjelaskan bahwa FIMPI untuk mencapai target-targetnya, memanfaatkan semua solusi praktis, kultur, dan dakwah di seluruh dunia Islam, Ayatullah Taskhiri memaparkan secara ringkas kegiatan-kegiatan lembaga yang dipimpinnya itu.
“Melakukan riset ilmiah, membangun Universitas Pendekatan Mazhab Islam, mendirikan lembaga pendidikan, menerbitkan ratusan buku dan puluhan majalah dalam berbagai bahasa, menggelar berbagai konferensi dan seminar internasional di Iran dan luar negeri, membantu membentuk komunitas pendekatan antar-mazhab di seluruh dunia, menghadiri ratusan konferensi dunia, mendirikan kantor berita taghrib, mengirim tokoh-tokoh Syiah dan Sunni dari Iran ke berbagai negara, dan mendirikan jaringan televisi al-wahdah,” kata Ayatullah Taskhiri ketika memaparkan kegiatan-kegiatan FIMPI.
Pada bagian akhir sambutannya, Ayatullah Taskhiri menilai salah satu kegiatan terpenting FIMPI adalah menggelar konferensi tahunan persatuan umat Islam. Ditandaskannya, pertemuan tahunan ini digelar bersamaan dengan Pekan Persatuan dan bertujuan mengkaji berbagai isu penting di dunia Islam.
Upacara pembukaan konferensi ini dihadiri oleh Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi, Wakil Presiden Urusan Sunni Maulana Eshagh Madani, dan sejumlah perwakilan dari kelompok Syiah dan Sunni.
Pertemuan tiga hari itu akan membahas dua tema penting yaitu, Evaluasi Dua Tahun Kinerja FIMPI dan Kebangkitan Islam. Pertemuan tersebut menghadirkan para intelektual dan tokoh-tokoh dari Iran dan lebih dari 50 negara di dunia. Selain pejabat Iran, delegasi dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Rusia, Irak, Lebanon, Arab Saudi, Inggris, Amerika Serikat, Australia, Denmark, Tunisia, Qatar, Cina, Yaman dan Mesir mengambil bagian dalam konferensi tersebut. (FIPMI/RM)http://www.taqrib.info/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=1161:pidato-ayatullah-taskhiri-pada-pembukaan-konferensi-persatuan-islam&catid=39:akhbar-e-jahan&Itemid=95
Laporan Sidang Komisi Konferensi Persatuan Islam
Sabtu, 11 Februari 2012

Para peserta Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-25 seusai menghadiri upacara pembukaan, langsung membentuk tiga komisi khusus yaitu, komisi urusan internasional, komisi urusan Iran, dan komisi urusan budaya. Komisi tersebut bertugas membahas isu-isu aktual di dunia Islam dan hambatan-hambatan serta metode menyebarluaskan pemikiran pendekatan antar-mazhab.

Taqrib News Agency (TNA) melaporkan, komisi urusan internasional dipimpin oleh Deputi Internasional Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam (FIPMI), Doktor Mohammad Hasan Tabraiyan. Sejumlah ulama juga terlihat di komisi ini seperti, Imam shalat Jumat kota Najaf, Irak, Ayatullah Sadruddin Qabanchi, Ketua Komunitas Muslim Lebanon, Allamah Sheikh Ahmad al-Zain, dan Ayatullah Jawad Khalisi dari Irak. Mereka merilis sebuah laporan tentang kondisi Muslim di berbagai negara dan menegaskan pentingnya menggagalkan konspirasi musuh.
Doktor Tabraiyan seraya menyinggung Kebangkitan Islam dan masalah globalisasi strategi pendekatan antar-Muslim di negara-negara non-Islam, mengatakan, kelompok pendekatan antar-mazhab telah dibentuk di 20 negara Islam dunia.
Sementara komisi urusan budaya dipimpin oleh Wakil Bidang Budaya dan Riset FIPMI, Hujjatul Islam Ali Asghar Auhadi. Sebagai pendahuluan, Hujjatul Islam Auhadi menyerahkan laporan global tentang kegiatan-kegiatan departemen yang dimimpinnya. Dikatakannya, “Penandatanganan nota kesepahaman dengan pusat-pusat budaya dan universitas dan partisipasi aktif di dunia maya, termasuk di antara kegiatan budaya FIMPI.”
Delegasi dari negara-negara Afghanistan, Pakistan, Irak, Suriah, dan Lebanon juga memaparkan pandangan mereka dan memberi usulan seputar aktivitas pendekatan di negara masing-masing. Mereka menegaskan pentingnya meningkatkan aktivitas di bidang perempuan, memanfaatkan para juru dakwah, dan mencegah propaganda musuh untuk menciptakan konflik antara Syiah dan Sunni.
Sementara komisi urusan Iran dipandu oleh Hujjatul Islam Sayyid Musa Musawi. Komisi ini membahas tantangan dan masalah utama yang dihadapi oleh berbagai mazhab Islam di Iran. Tujuan utama komisi ini adalah mengikis benih-benih perpecahan yang ditaburkan oleh musuh-musuh Islam di daerah mayoritas berpenduduk Sunni di Iran. (FIPMI/RM)http://www.taqrib.info/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=1169&catid=42&Itemid=98
Rahbar Serukan Persatuan Negara-negara Muslim
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei mengatakan bahwa persatuan merupakan kebutuhan utama bagi negara-negara Muslim. Beliau mendesak kaum Muslim dunia untuk memanfaatkan peluang kebangkitan yang diciptakan gerakan kebangkitan Islam di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.

Pernyataan beliau ini disampaikan dalam pertemuannya dengan para pejabat tinggi Iran, peserta Konferensi Persatuan Islam Internasional ke-25 dan para duta besar negara Islam di Teheran, Jumat (10/2).
Berbicara tentang kebangkitan Islam, revolusi di sejumlah negara Arab, penarikan pasukan Amerika, dan kian melemahnya kekuatan rezim Israel merupakan kesempatan emas bagi negara-negara Muslim dan harus dimanfaatkan secara maksimal.
“Tidak diragukan bahwa gerakan tersebut akan berlanjut di masa depan melalui upaya negara-negara Muslim, kaum intelektual dan ilmuan, elit politik dan tokoh agama. Dan kaum muslimin sekali lagi akan mencapai masa kejayaannya.” Tegas Rahbar.
Rahbar melanjutkan bahwa para musuh Revolusi Islam senantiasa berusaha untuk menghambat perkembangan Islam –dengan segala upayanya– namun suara Revolusi Islam tetap terdengar. Hal ini disebabkan muqawamah (perlawanan) bangsa Iran dan berpegang teguhnya mereka kepada jalan yang telah digariskan oleh Imam Khomeini qs, sehingga mampu mengalahkan hegemoni musuh. Dan kesetiaan tersebut menambah tumbuh suburnya gerakan-gerakan Islam dari waktu ke waktu. (IPABI Online/presstv/irna)
Read more: http://www.ipabionline.com/2012/02/rahbar-persatuan-kebutuhan-utama-negara.html#ixzz1o0ISs2Xp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar