Senin, 12 Desember 2011

Kebohongan Syaikh Idahram [ Said Aqil Siradj, Pustaka Pesantren,] atas Nama Arifin Ilham....>> .. Kepada A. Hassan, Soekarno bercerita keinginannya membaca buku "Utusan Wahabi". Ia juga bercerita telah menerjemahkan buku biografi Ibnu Saud. "Bukan main hebatnya ini biografi! Saya jarang menjumpai biografi yang begitu menarik hati," ujar Bung Karno..>>


sumber gambar: voa-islam.com
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Salah satu kebiasaan orang Syiah dalam karya-karya mereka adalah BERBOHONG. Ini seperti sudah menjadi tabi’at yang melekat. Bagi mereka “membohongi Ahlus Sunnah” dianggap “amalan shalih”. Masya Allah. Ya maklum ya, mereka hidup tidak merasa diawasi oleh Allah. Tanggung-jawab hanya ke imam-imamnya saja. Meskipun di hadapan Allah salah, kalau hal itu diperintah oleh imam-imamnya, ya mereka lakukan juga.
Seperti dalam buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” (SBSSW) karya Idahram, dan buku-buku lain. Disana dicantumkan kalimat endorsement dari tokoh-tokoh Muslim, salah satunya Ustadz Arifin Ilham. Karena ada dukungan seperti itu, jelas buku tersebut laku keras di tengah masyarakat. Belakangan ketika ada yang melakukan klarifikasi, Arifin Ilham merasa DICATUT. Katanya, dia tidak pernah membaca isi buku itu.
Hal ini, tak lepas dari peranan salah seorang saudara kita, Al Akh Irres Ponorogo. Dia coba melakukan klarifikasi kepada Arifin Ilham via media facebook untuk mengetahui komentar Arifin Ilham terkait endorsement yang diberikan di buku-buku Idahram.
Irres Ponorogo menyampaikan pertanyaan kepada Ustadz Arifin Ilham:
“Ustadz Arifin Ilham, buku berjudul ‘Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi’ (SBSSW) yang dikarang oleh seorang yang mengaku bernama Syaikh Idahram. Buku tersebut berisi gugatan dan caci-maki terhadap apa yang disebut dengan ‘Gerakan Salafi Wahabi’. Dukungan ustad M Arifin Ilham pada buku tersebut menimbulkan kontroversi. Afwan, kiranya ustadz mau introspeksi terhadap hal ini. Tolong dikaji lagi pernyataan ustadz pada buku tersebut!”
Kemudian pernyataan di atas mendapat tanggapan sebagai berikut oleh Ustadz Arifin Ilham:
“Subhanallah, sebaiknya Akhy Fillah tahu, bahwa prakata di buka itu tanpa seizin saya Muhammad Arifin Ilham, dan sudah saya sampaikan protes saya. Membacanya pun saya belum pernah.”
(FB Ustadz Arifin Ilham 2. Tanggal 3 Desember pukul 12:57).
Kemudian Saudara Irres Ponorogo, menyampaikan pernyataan berikutnya masih via facebook ke laman FB Ustadz Arifin Ilham 2, pada tanggal 5 Desember 2011, jam 15.59. Isi pernyataannya, berikut:
“Tolong Ustadz Arifin diminta klarifikasi secara terbuka mengenai buku ‘Sejarah Sekte Salafy Wahaby’ dari ustadz Abu Muhammad Waskito: ‘Ya mestinya berani melakukan klarifikasi dong. Masak untuk publikasi buku sehebat itu, klarifikasinya hanya melalui email personal. Ayo lakukan klarifikasi terbuka. Cabut pernyataan itu, kalau perlu lakukan bantahan terhadap penulisnya. Kalau ada klarifikasi ke blog ini, resmi dari Arifin Ilham, insya Allah akan dimuat.’”
Lalu mendapat jawaban dari Ustadz Arifin Ilham sebagai berikut:
Subhanallah, cukup Dewan Syariat Majlis (Adz Dzikra) & pihak terkait (misalnya MUI), kami tidak ingin menjadi PUBLIKASI bagi mereka yang berkepentingan lain… Biarlah umat menilainya.
Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa Syaikh Idahram, Said Aqil Siradj, Pustaka Pesantren, dan para pendukung gerakan buku-buku propaganda itu; mereka telah mencatut nama Ustadz Arifin Ilham dan membuat-buat kalimat palsu sesuka hatinya.
Lihatlah disana, bahwa orang-orang itu terbiasa berbohong, makan kebohongan, bergelut dengan dunia dusta, serta menikmati tetes-tetes air dari jalan keculasan. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik. Masya Allah, seiring waktu berjalan, mereka akan “ditelanjangi” di panggung sejarah, atas ijin dan perkernan Allah Al ‘Aziz.
Syukran jazakallah khair kepada Saudara Irres Ponorogo atas keterlibatannya dalam meluruskan masalah yang ada. Wal ‘aqibatu lil muttaqiin.
AMW.

A. Hassan, Soekarno, dan Wahabi



Kepada A. Hassan, Soekarno bercerita keinginannya membaca buku "Utusan Wahabi". Ia juga bercerita telah menerjemahkan buku biografi Ibnu Saud. "Bukan main hebatnya ini biografi! Saya jarang menjumpai biografi yang begitu menarik hati," ujar Bung Karno
Oleh: Artawijaya
Sepucuk surat nun jauh dari tanah seberang dikirimkan kepada Tuan A. Hassan, guru utama Persatuan Islam (Persis). Sang pengirim bukanlah orang sembarang. Ia tokoh muda bangsa yang kala itu berada dalam pengasingan di Endeh, Nusa Tenggara Timur. Soekarno, nama pengirim surat itu, tak lain adalah sosok yang kemudian hari menjadi founding father dan presiden pertama Republik Indonesia. Soekarno sosok yang berapi-api, cerdas, dan ambisius.
Dari tanah pengasingan yang sepi, Soekarno berkirim surat kepada Tuan Hassan, begitu A. Hassan biasa disapa pada saat itu. Bagi Soekarno, A. Hassan adalah sahabat sekaligus guru dalam mempelajari Islam. Ia mengagumi karya-karyanya, termasuk juga mengagumi cara pandangnya terhadap ajaran-ajaran Islam. Kepada Tuan Hassan, Soekarno berkirim kabar dan bercerita panjang lebar mengenai berbagai hal, diantaranya soal taqlid, takhayul, kejumudan umat Islam, dan lain sebagainya. Ia juga menceritakan keinginannya untuk mendapatkan bahan-bahan bacaan Islam, terutama karya-karya A. Hassan. Diantara karya A. Hassan yang ingin sekali ia baca adalah buku berjudul, "Utusan Wahabi".
Sepucuk surat itu ia tulis dengan ketulusan..
Endeh, 1 Desember 1934
Assalamu’alaikum,
Jikalau saudara memperkenankan, saya minta saudara mengasih hadiah kepada saya buku-buku yang tersebut berikut ini : Pengajaran Sholat, Utusan Wahabi, Al-Muctar, Debat Talqien. Al-Burhan Complete, Al-Jawahir.
Kemudian, jika saudara bersedia, saya minta sebuah risalah yang membicarakan soal “sajid” (kalangan sayyid atau habaib, red). Ini buat saya bandingkan dengan alasan-alasan saya sendiri tentang hal ini. Walaupun Islam zaman sekarang menghadapi soal yang beribu-ribu kali lebih besar dan lebih rumit dari pada soal “sajid” itu, tetapi toch menurut keyakinan saya, salah satu kejelasan Islam Zaman sekarang ini, ialah pengeramatan manusia yang menghampiri kemusrikan itu. Alasaan-alasan kaum “sajid” misalnya, mereka punya “brosur kebenaran”, saya sudah baca, tetapi tidak bisa menyakinkan saya. Tersesatlah orang yang mengira, bahwa Islam mengenal satu “Aristokrasi Islam”. Tiada satu agama yang menghendaki kesamarataan lebih daripada Islam. Pengeramatan manusia itu adalah salah satu sebab yang mematahkan jiwa suatu agama dan umat, oleh karena pengeramatan manusia itu melanggar tauhid. Kalau tauhid rapuh, datanglah kebathilan!
Sebelum dan sesudahnya terima itu buku-buku yang saya tunggu-tunggu benar, saya mengucapkan terimakasih.
Wassalam,
Soekarno
Pada kesempatan lain, Soekarno juga berkirim kabar kepada A. Hassan, agar sudi kiranya guru Persatuan Islam (Persis) itu membantu perekonomian keluarganya, dengan membeli karya terjemahannya mengenai Ibnu Saud. Soekarno menceritakan kekagumannya kepada Ibnu Saud setelah menerjemahkan sebuah karya berbahasa Inggris mengenai sosok tersebut. "Bagi saya buku ini bukan saja satu ikhtiar ekonomi, tetapi adalah pula satu pengakuan, satu confenssion. Ia menggambarkan Ibnu Saud dan Wahhabism begitu rupa, mengkobar-kobarkan elemen amal, perbuatan begitu rupa hingga banyak kaum ‘tafakur’ dan kaum pengeramat Husain c.s (Syiah, pen) akan kehilangan akal nanti sama sekali," tulisnya.
Kepada Tuan Hassan, ia menuliskan...
Endeh, 12 Juli 1936
Assalamu’alaikum,
Saudara! Saudara punya kartu pos sudah saya terima dengan girang. Syukur kepada Allah SWT punya usul Tuan terima!.
Buat menganjal saya punya rumah tangga yang kini kesempitan, saya punya onderstand dikurangi, padahal tadinya sudah sesak sekali buat mempelajari segala saya punya keperluan, maka sekarang saya lagi asyik mengerjakan terjemahan sebuah buku Inggris yang mentarikhkan Ibnu Saud. Bukan main hebatnya ini biografi! Saya jarang menjumpai biografi yang begitu menarik hati. Tebalnya buku Inggris itu, format Tuan punya tulisan “Al-Lisaan”, adalah 300 muka, terjemahan Indonesia akan menjadi 400 muka (halaman, pen). Saya saudara tolong carikan orang yang mau beli copy itu barangkali saudara sendiri ada uang buat membelinya? Tolonglah melonggarkan rumah tangga saya yang disempitkan korting itu.
Bagi saya buku ini bukan saja satu ikhtiar ekonomi, tetapi adalah pula satu pengakuan, satu confenssion. Ia menggambarkan Ibnu Saud dan Wahhabism begitu rupa, mengkobar-kobarkan elemen amal, perbuatan begitu rupa hingga banyak kaum ‘tafakur’ dan kaum pengeramat Husain c.s akan kehilangan akal nanti sama sekali. Dengan menjalin ini buku, adalah suatu confenssion bagi saya bahwa, walaupun tidak semua mufakat tentang system Saudisme yang juga masih banyak feudal itu, toch menghormati dan kagum kepada pribadinya itu yang “toring above all moslems of his time; an Immense man, tremendous, vital, dominant. A gian thrown up of the chaos and agrory of the desert, to rule, following the example of this great teacher , Mohammad”. Selagi menggoyangkan saya punya pena buat menterjemahkan biografi ini, jiwa saya ikut bergetar karena kagum kepada pribadi orang yang digambarkan. What a man! Mudah-mudahan saya mendapat taufik menjelaskan terjemahan ini dengan cara yang bagus dan tak kecewa. Dan mudah-mudahan nanti ini buku, dibaca oleh banyak orang Indonesia, agar bisa mendapat inspirasi daripadanya. Sebab, sesungguhnya buku ini penuh dengan inspirasi. Inspirasi bagi kita punya bangsa yang begitu muram dan kelam hati. Inspirasi bagi kaum muslimin yang belum mengerti betul-betul artinya perkataan “Sunah Nabi”, yang mengira, bahwa Sunah Nabi SAW itu hanya makan kurma di bulan puasa dan cela' mata dan sorban saja !.
Saudara, please tolonglah. Terimakasih lahir-batin, dunia – akherat.
Wassalam,
Soekarno
Kepada A. Hassan, Soekarno juga bercerita mengenai ibu mertuanya yang telah meninggal dan kritik yang dialamatkan kepadanya karena ia dan keluarga tidak mengadakan acara tahlilan untuk almarhumah ibu mertuanya. Dalam surat tertanggal 14 Desember 1935, Soekarno menulis, "Kaum kolot di Endeh, di bawah ajaran beberapa orang Hadaramaut, belum tenteram juga membicarakan halnya tidak bikin "selamatan tahlil" buat saya punya ibu mertua yang baru wafat itu, mereka berkata bahwa saya tidak ada kasihan dan cinta pada ibu mertua itu. Biarlah! Mereka tak tahu menahu, bahwa saya dan saya punya istri, sedikitnya lima kali satu hari, memohonkan ampunan bagi ibu mertua itu kepada Allah. Moga-moga ibu mertua diampuni dosanya dan diterima iman Islamnya. Moga-moga Allah melimpahkan Rahmat-Nya dan Berkat-Nya…"
Begitulah cuplikan surat-surat Soekarno kepada sahabatnya, Tuan A. Hassan. Sahabatnya yang pada masa lalu mendapat stigma "Wahabi" dan dianggap membawa paham baru soal Islam. Unik memang persahabatan Soekarno dan A. Hassan. Karena pada masa selanjutnya, dua orang sahabat ini berbeda pandangan soal hubungan agama dan negara. Meski sahabat karib, A. Hassan tak segan-segan mengeritik Soekarno yang begitu mengidolakan sekularisasi yang diusung oleh tokoh sekular Turki, Mustafa Kamal Attaturk. Bagi A. Hassan, Islam tak bisa dipisahkan dari urusan negara. Kritik A. Hassan terhadap paham sekular Soekarno bisa dilihat dalam buku "Islam dan Kebangsaan", sebuah karya fenomenal A. Hassan yang mengeritisi kelompok nasionalis-sekular pada masa itu. Toh, meski berbeda pandangan, ketika Soekarno di penjara di Bandung, Tuan Hassan dan para anggota Persatuan Islam tetap membesuknya sebagai sahabat....

3 komentar:

  1. aku bingung mana yang benar? .............. semua saling menyudutkan...........

    BalasHapus
  2. saya juga sedang belajar memahami sejarah dan ajaran Islam dengan semampu saya...melalui artikel2 dan juga beberapa pertanyaan pribadi yang saya lontarkan sendiri dan mencari jawaban2nya...dlm aspek2 yang logis dan akal sehat...saja..
    smoga dengan belajar itu say mendapat hikmah dan bertambah kecintaan saya kpd Allah SWT-Rasulullah SAW dan agama Islam secara utuh dan totalitas... aamiin..
    Saya yakin kebenaran itu adalah Allah dan milik Allah dan diberikan denga kemurahan Hidayah dan inayah Allah kpd hambaNya... dalam ridhaNya... aamiin.. Terima kasih tanggapannya...

    BalasHapus
  3. Pd masa panjang seingat saya memang pernah saya juga membaca surat-menyurat BK dng A. Hasan...dlm pencarian agama Islam...nya BK... Dan tentang pengakuan BK saat dibuang ke Endeh.. itulah banyak diterbitkan...
    Tapi saya mencoba melengkapi pengakuan BK tatkala berdekatan dgn Muhammadiyah-NU dll...dimana sikap BK mulai ada perubahan2...yang lain..
    BK selalu mengkaitkan Islam dengn ajaran yang sebenarnya..yi Ruh Islam-Api Islam... Bukan menjadi bagian dr permainan para penjajah yang mempengaruhi orang Islam dan dengan kelihaian para orientalis2 telah menjerumuskan Islam dalam kejumudan dan kehilangan jiwa ruh Islam dan Nur Islam...yang membangun jiwa2 merdeka-dan anti penjajahan dan anti peinindasan... yang BK kaitkan dengan gerakan Nasionalisme..diseluruh perjuangan bangsa2 terjajah didunia... Mk terlahirlah Konferensi Asia-Afrika- dan lain2...

    BalasHapus