Kamis, 15 September 2011

Yulianis, Wakil Direktur Keuangan PT Permai Group, milik M. Nazaruddin, mengklarifikasi pernyataan Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi, Abdullah Hehamahua, soal uang di Kongres Partai Demokrat. Menurut Yulianis, tak benar bahwa ada Rp30 miliar dan US$3 juta mengucur di Kongres Demokrat di Bandung tahun lalu itu....>>....Dari US$3 juta uang sumbangan itu, tersisa US$1,2 juta. "Uang itu lalu saya serahkan Bu Neneng [Direktur Keuangan Permai Group, istri Nazaruddin]. Sementara yang Rp30 miliar dan US$2 juta dicatat utuh, tidak terpakai. "Dibawa kembali ke Jakarta," kata Yulianis....Jadi terpakai .sepertinya di Bandung itu tidak semua dan sekitar jumlah US 1,8juta..saja....>>>Tas ini dibuka di KPK setelah Nazaruddin tiba di tanah air. Isi tas bermerk Dunhill itu antara lain: BlackBerry Torch, 2 charger BlackBerry, micro SD, kartu SIM Card Movi Star, BlackBerry Bold 9700 tanpa tutup belakang, Nokia C5 dengan SIM Card Via Tel dari Vietnam, Nokia E7, flash disk Sony, kabel data, pohon kristal, jam tangan dengan kondisi kaca pecah, tiket elektronik atas nama Syarifuddin dengan tujuan Bogota dari Cartagena, 5 lembar kartu nama, uang tunai US$20 ribu, dompet Louis Vuitton berisi sejumlah uang. Petugas Ditjen Imigrasi yang ikut menjemput Nazaruddin ke Kolombia, Rohadi Imam Santosa, menjelaskan sejak Nazaruddin ditangkap sampai tiba di tanah air, tas kecil itu masih dalam kondisi tersegel. ...>>..Dubes Menufandu Diperiksa Soal Nazar Menufandu adalah perwakilan pemerintah RI di Cartagena saat Nazaruddin dibekuk...>>


Yulianis Buka Misteri Duit Kongres Demokrat

Semua uang tersebut ditaruh di sebuah kamar hotel di Bandung.

RABU, 14 SEPTEMBER 2011, 08:35 WIB
Arfi Bambani Amri
VIVAnews - Yulianis, Wakil Direktur Keuangan PT Permai Group, milik M. Nazaruddin, mengklarifikasi pernyataan Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi, Abdullah Hehamahua, soal uang di Kongres Partai Demokrat.
Menurut Yulianis, tak benar bahwa ada Rp30 miliar dan US$3 juta mengucur di Kongres Demokrat di Bandung tahun lalu itu.

Yulianis menjelaskan kepada VIVAnews.comyang menemuinya di suatu tempat di Jakarta, Selasa 13 September 2011 malam, bahwa memang ada uang sejumlah Rp30 miliar dan US$2 juta milik perusahaan Permai Group dibawa ke sebuah hotel di Bandung pada saat Kongres digelar Mei 2010 itu.Yulianis menyatakan, uang tersebut adalah milik perusahaan yang diperintahkan pemiliknya, M Nazaruddin, untuk dibawa ke Bandung.

"Kemudian ada juga dibawa uang sumbangan sebesar tiga juta dolar dari luar yang disuruh Nazaruddin saya bawa," kata Yulianis yang saat ditemui didampingi pengacaranya, Ignatius Supriyadi.

Uang US$3 juta ini, menurut Yulianis, adalah uang sumbangan sejumlah pihak yang dia tidak ketahui. Terakumulasi bertahap, tidak sekaligus. "Saya nggak tahu sumbernya, yang bawa Pak Aan, sopir Pak Nazar," kata Yulianis. "Saya hanya disuruh mengkonversi rupiah ke dolar dan mencatatnya."

Dengan begitu, saat berangkat ke Bandung, Yulianis membawa US$5 juta yang terdiri dari US$2 juta milik Permai Group dan US$3 juta uang sumbangan dan Rp30 miliar dalam bentuk tunai yang dibawa dengan mobil boks. Sementara uang dolar dibawa dengan mobil milik Permai Group. Semua uang ini kemudian ditaruh di sebuah kamar hotel di Bandung.

Dari jumlah itu, kata Yulianis yang memiliki satu anak itu, hanya bagian 'uang sumbangan' yang terpakai untuk keperluan Kongres Demokrat. Yulianis mengaku tak tahu untuk apa dan siapa di Demokrat uang tersebut. "Saya kan bukan bendahara partai, saya hanya staf Permai Group," katanya. "Sudah pasti untuk acara Kongres, tapi saya tidak tahu untuk apa."

Dari US$3 juta uang sumbangan itu, tersisa US$1,2 juta. "Uang itu lalu saya serahkan Bu Neneng [Direktur Keuangan Permai Group, istri Nazaruddin]. Sementara yang Rp30 miliar dan US$2 juta dicatat utuh, tidak terpakai. "Dibawa kembali ke Jakarta," kata Yulianis.

Karena itu, Yulianis mengklarifikasi pernyataan Hehamahua pada Senin 12 September lalu. "Pernyataan Pak Hehamahua tidak salah, cuma tidak lengkap. Saya tidak tahu apakah memang disampaikan begitu atau wartawan mengutip yang sepotong-sepotong," kata wanita yang saat diperiksa Komite Etik KPK bercadar itu.Yulianis mengharapkan klarifikasi atas pernyataan itu bisa membuat Partai Demokrat tidak menyudutkannya. Selasa kemarin, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie sudah mengeluarkan pernyataan, meminta pembuktian atas dugaan Rp30 miliar mengalir di Kongres Demokrat.

"Saya hanya ingin menempatkan posisi yang sebenarnya begitu bahwa tidak benar Rp30 miliar untuk Kongres Demokrat, tidak benar ada uang Permai Group untuk Demokrat," kata Yulianis.
• VIVAnews

Kenapa Dubes Menufandu Diperiksa Soal Nazar

Menufandu adalah perwakilan pemerintah RI di Cartagena saat Nazaruddin dibekuk.

RABU, 14 SEPTEMBER 2011, 06:47 WIB
Arry Anggadha
VIVAnews - Komisi Pemberantasan Korupsi hari ini mengagendakan memeriksa Duta Besar Indonesia untuk Kolombia, Michael Menufandu. Dia akan diperiksa sebagai saksi dari tersangka suap wisma atlet, Muhammad Nazaruddin.

Juru Bicara KPK, Johan Budi SP, menjelaskan, KPK sudah lama mengagendakan memeriksa Menufandu. Namun dikarenakan kesibukannya Menufandu baru menyanggupinya pada minggu kedua bulan September 2011.

"Waktu itu beliau minta diundur karena ada kegiatan dan yang bersangkutan berkenan hadir pada minggu kedua bulan September," kata Johan di KPK.

Seperti diketahui, Menufandu adalah perwakilan pemerintah Indonesia yang hadir di Cartagena, sesaat setelah Muhammad Nazaruddin dibekuk. Menufandu juga ditugasi menyimpan barang bawaan Nazaruddin berupa tas kecil berwarna hitam. Diduga tas itu berisi sejumlah barang yang ada kaitannya dengan kasus yang menjerat Nazaruddin.

Wakil Ketua KPK, M Jasin, sebelumnya menjelaskan ada dua hal penting yang akan dikorek KPK dari Menufandu. Pertama soal proses penangkapan. Kedua soal tas hitam tersebut. Karena isi tas itu dinilai penting. Sebab ada perbedaan pengakuan dari Nazaruddin dan fakta di lapangan mengenai isi tas tersebut.

Tas ini dibuka di KPK setelah Nazaruddin tiba di tanah air. Isi tas bermerk Dunhill itu antara lain:  BlackBerry Torch, 2 charger BlackBerry, micro SD, kartu SIM Card Movi Star, BlackBerry Bold 9700 tanpa tutup belakang, Nokia C5 dengan SIM Card Via Tel dari Vietnam, Nokia E7, flash disk Sony, kabel data, pohon kristal, jam tangan dengan kondisi kaca pecah, tiket elektronik atas nama Syarifuddin dengan tujuan Bogota dari Cartagena, 5 lembar kartu nama, uang tunai US$20 ribu, dompet Louis Vuitton berisi sejumlah uang.

Petugas Ditjen Imigrasi yang ikut menjemput Nazaruddin ke Kolombia, Rohadi Imam Santosa, menjelaskan sejak Nazaruddin ditangkap sampai tiba di tanah air, tas kecil itu masih dalam kondisi tersegel.

Dan tas kecil itu tidak hanya disegel satu kali, tapi dua kali. Pertama, oleh Pemerintah Kolombia ketika Nazaruddin baru saja tertangkap. Setelah tim dari KPK dan polri tiba di Kolombia, segel tersebut dibuka dan seluruh anggota tim diminta untuk melihat isi tersebut. “Setelah dibuat berita acara, disegel lagi,” kata pimpinan tim penjemput Nazaruddin, Brigadir Jenderal Anas Yusuf. Jadi, penyegelan kedua dilakukan oleh Kedutaan RI di Kolombia di hadapan tim.

Namun, kubu Nazaruddin mengaku ada dua flash disk di dalam tas tersebut. Jadi mana yang benar. Satu atau dua. Itulah salah satu poin penting yang perlu dijelaskan Dubes Manufandu.

Tak hanya soal flash disk, ada kabar juga Menufandu menerima uang dari Nazaruddin. Beredar rumor, Nazaruddin memberi uang US$1 juta sebagai imbalan agar pesawat carter yang membawa Nazaruddin bisa singgah di Kuala Lumpur, Malaysia, sebelum mendarat di Jakarta.
Mengenai kabar ini, Menufandu sudah membantahnya.
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar