Rabu, 22 Desember 2010

Mantan agen intelijen AS mengungkapkan bahwa pemerintah AS telah memata-matai rakyatnya sendiri dengan menggunakan jasa perusahaan-perusahaan Israel yang berkamuflase sebagai lembaga dan organisasi intelijen.

Mayoritas Lembaga Intelijen di AS Sebenarnya Perusahaan Israel

Rabu, 22/12/2010 07:36 WIB | email | print | share
Mantan agen intelijen AS mengungkapkan pernyataan yang mengejutkan bahwa pemerintah AS telah memata-matai rakyatnya sendiri dengan menggunakan jasa perusahaan-perusahaan Israel yang berkamuflase sebagai lembaga dan organisasi intelijen.
Phillip Giraldi dalam wawancara dengan stasiun televisi berbahasa Inggris milik Iran pada Selasa (21/12)mengungkapkan, mayoritas lembaga intelijen yang ada di AS sebenarnya adalah perusahaan-perusahaan Israel.
"Yang terjadi adalah mereka (perusahaan Israel yang berkedok sebagai lembaga intelijen di AS) bekerja untuk pemerintah AS," ujar Giraldi yang pernah bekerja sebagai agen CIA.
Ia mengatakan, di Pennsylvania baru-baru ini terungkap sebuah perusahaan Israel yang mengumpulkan data para peserta aksi unjuk rasa anti-perang dan di New Jersey, seorang Israel ditunjuk sebagai direktur keamanan negara bagian itu.
"Penetrasi perusahaan-perusahaan dan orang-orang Israel ke masalah keamanan dalam negeri AS sudah berlangsung selama bertahun-tahun," sambung Giraldi dalam wawancara itu.
Soal pemerintah AS yang memata-matai rakyatnya sendiri pernah diangkat dalam laporan investigasi surat kabar Washington Post. Dalam laporan itu disebutkan bahwa pemerintah AS menggunakan sistem teknologi yang paling besar dan canggih dalam sejarah negeri itu sebagai alat untuk memata-matai rakyat.
Sistem itu mampu mengumpulkan, menyimpan dan menganalisa data pribadi warga negara AS. Data-data itu didapat dengan bantuan dari setiap negara bagian, aparat penegak hukum dan informasi FBI. Para agen intelijen mengatakan, ada kebutuhan untuk "mengenali" setiap warga negara AS, baik yang lahir di AS maupun yang dari proses naturalisasi untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa mereka sedang merencanakan serangan ke wilayah AS.
Kebutuhan untuk identifikasi itu, kata para agen intelijen tersebut, sekarang ini sangat mendesak karena dalam tahun ini saja mereka mengklaim berhasil mencium puluhan rencana tindakan terorisme. Untuk itu, para mantan agen intelijen AS tidak segan-segan merekrut para tukang sampah sebagai "pasukan" mata-mata yang memberikan laporannya pada kepolisian.
Sejak peristiwa serangan 11 September 2001 di New York dan Washington, banyak berdiri organisasi anti-terorisme yang cara kerjanya mirip intelijen, bahkan ada memiliki kewenangan yuridis sendiri dan tanggung jawab untuk mencegah aksi-aksi terorisme. Saat ini, sedikitnya ada 935 lembaga seperti ini di AS. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika sebagian besar lembaga itu sebenarnya adalah perusahaan-perusahaan Israel seperti yang diungkapkan Giraldi. (ln/prtv)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar